Mohon tunggu...
mahasenduro
mahasenduro Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pisank Man Lomba Layangan

7 Februari 2019   06:06 Diperbarui: 7 Februari 2019   06:18 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya nak, asalkan kamu jangan suka tidur kalau jam pelajaran saya. Jangan suka berkelahi." Jawab Pak Guru dengan serius.

"Siap Pak, saya usahakan." Seloroh Pa'at  Psikopat.

Jam pelajaran telah selesai, semua ketua kelompok bergegas menemui Pa'at Psikopat untuk mendaftarkan diri. Data pendaftaran masih berupa kertas manual dibalik buku tulisnya yang kosong. Pa'at Psikopat memberi tanda terima pembayaran dengan sobekan kertas yang diberi cap sidik jarinya. Kertas itu sekaligus tanda untuk menukarkan konsumsi selama acara. Kini semua uang pendaftaran sudah terkumpul. Diluar dugaan bagi pedagang kue bikang keliling di sekitar sekolah tantangan diskon besar dapat terjawab kurang dari 24 jam. Pa'at Psikopat satu-satunya anak pada abad ke-20 yang mampu membeli kue bikang lebih dari jumlah Rp.500.000,-

"Nak, kamu pasti mencuri uang ya?." Tanya Pedagang Kue bikang yang masih tidak percaya dihadapannya ada anak kecil membawa uang sebanyak itu.

"Tidak Pak Lek Bikang !. Ini uangnya saya mau beli, jangan lupa dihitung diskonnya." Jawab Pa'at Psikopat dengan tegas.

Gemetaran tubuh pedagang kue bikang sebab merasa terhina kalah dengan anak kecil. Dirinya pun malu serasa ditelanjangi harga dirinya sebab sudah kalah telak. Terlebih dagangan kue bikangnya juga hasil dari hutang kepada tetangganya. Terpuruk karena kesombongan, begitu sesuai dengan pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula begitu nasib sialnya. Pa'at Psikopat  akan mendapat untung besar sebab kegiatan lomba layangan akan berjalan sukses dengan konsumsi makanan paling istimewa di desa yaitu Kue Bikang. Keesokan harinya sepulang sekolah lomba layangan dimulai, konsumsi pun diberikan kepada para peserta, para juri, dan tamu undangan. Senyum kepuasan tersirat dari semua yang hadir. Konsumsi kue bikang adalah martabat tertinggi. Rasanya yang khas selalu bisa memuaskan para penikmatnya. Bagi Pa'at Psikopat menyelenggarakan lomba itu tidak harus berhadiah, tapi yang penting semarak kebersamaan dan konsumsi yang enak, itu adalah hal yang wajib !.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun