Mohon tunggu...
mahasenduro
mahasenduro Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Madrasah Ibtidaiyah Al Azhar Senduro

7 Desember 2018   20:30 Diperbarui: 7 Desember 2018   21:45 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MI Al-Azhar, Membuka Harapan Lebih Baik !.

Mendidik butuh kesabaran, jadi wajib banyakin cinta biar apa yang kita kerjakan kuat tekun dan berhasil. Setiap hari murid selalu dapat memberikan kenangan manis. Guru harus mampu membuka pikiran murid agar pembelajaran dapat dimengerti dengan mudah. Misalnya gerakan jari untuk mengajarkan terapan belajar berhitung, atau beragam gambar benda yang memudahkan alur cerita menjadi mudah diceritakan. 

Guru juga harus mampu mengukur efesiensi waktu agar murid tidak jenuh menerima materi pelajaran. Saya tadi berkesempatan untuk melihat beberapa murid yang guru beri tambahan pelajaran extra membaca di kelas 1, mereka ada tidur, bercanda, tidak begitu fokus untuk menerima materi. Sebentar saya coba pelajari, ternyata ada yang unik dari tatapan polos mereka, seperti ingin mengatakan sesuatu yang selama ini dirahasiakan. 

Guru cerdas harus pandai menemukan kunci pintu hati mereka dan menjadi seperti yang mereka inginkan. Hukum relativitas akan berlaku, bisa jadi murid tidak bisa bukan karena kurang pandai, tetapi guru harus mampu berinovasi lebih "Gila" agar dunia anak dikenal oleh sang Guru. 

Saya membayangkan jika ada kesempatan menjadi guru yang berpakaian aneh lalu menjelaskan dengan gaya kekanak-kanakan, kadang memakai topeng dari kertas sisa sobekan majalah, bercerita hingga dapat menangis bersama, atau menggunakan teater untuk memudahkan mereka memahami materi. 

Poinnya, kegilaan itu harus selaras dengan batasan ilmu yang disampaikan. Membaca menjadi poin dasar untuk membuat mereka nanti dapat mengungkapkan gagasannya. 

Pada kesempatan itu juga mata saya terbelalak oh ini ya tantangan nanti mengajar dan sungguh berat ya?. Tanpa kekuasaan Allah rasanya mustahil juga mampu untuk mengajarkan mereka tentang hal mendasar yaitu membaca. Menjadi Guru mengemban amanah yang begitu berat jika kita tidak dapat ilham dari Allah. 

Murid yang polos tentu mereka datang ke madrasah dengan bermodal ikhlas untuk mengabdi di hari itu. Bisa dibayangkan setiap hari mereka bangun lebih pagi untuk semangat yang dijaga menuntut ilmu. Sungguh jalan tengah yang dilematis jika guru tidak bisa membayangkan mereka adalah anak sendiri. Saya mencoba mencari kesunyian untuk sekedar berfikir betapa beruntungnya teman mereka yang sudah bisa membaca, berhitung, bercerita?

Amal jariyah guru akan sangat berat timbangan pahala di akherat atas apa yang murid raih. Keberhasilan membaca akan dibawa seumur hidupnya bahkan menjadi kado manis dari guru yang mungkin sudah mereka lupakan ketika mereka dewasa nanti. Ternyata poin selanjutnya yaitu Guru harus selalu ikhlas lagi. Apapun yang terjadi tetap harus fokus memberikan pengetahuannya kepada murid dengan totalitas. 

Saya jadi ingat, suatu waktu pernah dimasa kecil bapak saya membelikan vitamin kepada saya agar lebih kuat belajar. Rasa vitamin itu manis, seperti coklat. Mungkin setiap orang tua akan sangat takut anaknya tidak sepadan dengan teman sekolahnya?. Itulah saya dulu, yang tidak suka belajar. Sekarang cermin masa lalu itu sudah terbelah, dan hadir di depan muka saya sendiri. Ya Allah, terimakasih segala puji. 

Saya ibaratkan perjuangan menjadi Guru adalah melanjutkan pekerjaan paling mulia sebagai manusia. Mungkin ada sebagian yang tidak akan menyukai guru nya yang dianggap kurang pandai, sekarang tolong mari kita berfikir lebih dewasa lagi. Semua proses butuh waktu. Semua kebaikan berawal dari Ide dan kejernihan hati. Sangat berbeda peran orang tua yang sanggup menghargai guru anaknya di madrasah. Dukungan moral akan membuat guru semakin kuat berinovasi untuk menemukan cara paling tepat mendidik muridnya. 

Mari melangkah dengan semangat melanjutkan kebaikan kepada sesama. Setiap pagi salam sapa guru kepada murid akan selalu manis, agar keceriaan mereka tetap terjaga menjalani mimpi mereka masing-masing. Salah satu murid, datang bercerita kepada saya kalau dia sudah membeli laptop harganya 10 ribu saja, saya respon dengan senyum. Mereka memahami hidup ini masih sangat sederhana. Tugas guru mempersiapkan mereka dengan bekal ilmu yang bisa kita sampaikan. 

Bukankah waktu paling baik menjadi manusia itu ketika ringan berbagi?. Guru disini mendekatkan murid dengan mengenal Al Quran, Sholawat, Dzikir, Asmaul Husna, dan Budi pekerti luhur mencium tangan guru bolak-balik dua kali. Disitu suatu saat akan terkenang oleh para murid sebuah kenangan manis batin guru yang mengajarkan dengan sabar kepada mereka. Harapannya semoga hidup para murid menjadi lebih berkah. Selalu ada jalan terang untuk yang mau bersungguh-sungguh. Lebih baik madrasah, madrasah lebih baik.

DOKPRI
DOKPRI
Hawin Fizi Balaghoni

3 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun