Mohon tunggu...
Minami
Minami Mohon Tunggu... pegawai negeri -

@maharsiana

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Anomali Hadits Nabi Tentang Nasib Bangsa Israel Menjelang Akhir Zaman

8 Juni 2010   04:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:40 23436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak akan datang hari kiamat sampai kaum muslim memerangi kaum Yahudi sehingga mereka bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon itu berkata, “Hai muslim, hai hamba Allah, di belakangku ada Yahudi, kemarilah dan bunuhlah ia!, kecuali pohon gharqad, karena sesungguhnya pohon ini adalah pohon Yahudi.

Bosan membicarakan kebiadaban Israel yang tiada habisnya atau perjuangan rakyat Palestina dari ketertindasan penjajah? Itu sudah banyak, oleh karena itu mari kita mencari wacana lain. Ada baiknya juga perhatikan berita wahyu yang disampaikan Allah melalui mulut nabi-Nya.

[caption id="attachment_160185" align="alignleft" width="300" caption="Pohon Qharqad mulai banyak ditanam Israel (foto suaramedia.com)"][/caption]

Kalimat di atas terlontar dari mulut seorang penguasa jazirah Arab di Madinah pada awal abad ke-7 Masehi. Diriwayatkan oleh dua ahli hadist terbesar dan terkenal kualitas kesahihannya, pada saat rilisnya menimbulkan banyak guncangan di masyarakat. Hadist dari Abu Hurairah r.a. itu dianggap dhaif (lemah) bahkan maudhu’ (palsu).

Bagaimana bisa?

Sekitar rentang waktu itu, kondisi bangsa Yahudi sangat memprihatinkan, selain sedang ditindas bangsa Romawi, mereka juga tengah berdiaspora ke berbagai belahan dunia. Pada saat Islam mulai berkembang di jazirah Arab, terdapat dua negara adikuasa yang menguasai dunia, yakni Empirum Romawi di sebelah Barat dan Empirum Persia di belahan Timur.

Pada mulanya, umat Islam yang mendengar ucapan Nabi Muhammad itu sangat terkejut. Termasuk sebagian ulama ketika menanggapi rilis oleh dua periwayat hadist yang terpisahkan ruang dan waktu tersebut. Artinya keduanya tidak mungkin membuat kesepakatan dalam meriwayatkan hadist, toh mereka mencari jalan sendiri-sendiri ketika mengumpulkan hadist-hadist yang terserak ke penjuru tempat.

Secara logika, kaum muslim pada waktu itu tidak percaya jika kaum Yahudi akan diperangi seperti itu, tanpa diperangi oleh orang Islam pun mereka sudah kocar-kacir oleh bangsa lain. Beruntung mereka ditampung oleh Raja Cyrus Agung dari Persia saat empirum itu menguasai tanah Yudea. Selanjutnya, nasib mereka juga penuh kemuliaan di bawah kekhalifahan Islam di Spanyol dan Turki.

Hingga kini, di bekas-bekas kejayaan Islam masa lalu tersebut terdapat komunitas Yahudi yang hidup berdampingan secara damai di Iran dan Turki. Hanya di Spanyol paska inkuisisi oleh Raja Ferdinand dan Ratu Isabella nasib bangsa Yahudi ini kembali sengsara, diusir dari tanah yang mereka huni selama ratusan tahun di bawah kekuasaan Islam Andalusia. Sejak abad ke-15 itulah mereka bertebaran ke seluruh muka bumi. Antara lain ke benua Amerika dan daratan Asia (Afghanistan dan Cina).

Setelah 14 abad menjadi kontroversi karena ketidaksesuaian redaksi dengan kondisi kekinian bangsa Yahudi, baru pada awal abad ke-20 relevansi hadist di atas menemukan kejelasannya.

Ketika tokoh Zionisme Internasional Theodore Herzl gagal membujuk Khalifah Usmani Sultan Hamid II guna memberi sejengkal tanah Palestina untuk bermukim kaum Yahudi yang terdiaspora, dia tidak putus asa. Dengan sokongan dana tak terbatas dan lobi-lobi internasional yang handal, jalan menuju ke sana mulai menemukan titik terang.

Perang Dunia I yang dimulai pada 1914 telah menyeret “the sick man” –sebutan Eropa untuk kekhalifahan Usmaniyah- ke kancah peperangan besar abad ke-20. Sebagai pihak yang kalah perang, Usmani yang tergabung dalam Poros As bersama Jerman dan Italia, harus mengakui kekuasaan pihak pemenang, yakni Sekutu.

Sebagaimana disebutkan Henry Ford dalam bukunya, pentas perang tersebut merupakan andil besar dari “the invisible hand”, miliarder-miliarder Yahudi yang menguasai perekonomian dan media berpengaruh dunia saat itu dan hingga kini. Satu diantaranya adalah keluarga Rotschilds yang mempunyai tujuh perusahaan minyak dunia, “seven sisters”. Ironinya, mereka berdiri di belakang kedua belah pihak yang berperang, mendanai negara-negara dengan utang yang menjerat, seperti kebiasaan mereka sebagai rentenir bagi gentile (ghoyim, orang non-yahudi). Tujuannya sudah jelas yaitu menciptakan konstelasi dunia dalam keadaan chaos, pada momen inilah gerakan Zionisme akan mengambil peranan.

Dimotori oleh Menteri Luar Negeri Inggris, ditandatanganilah Deklarasi Balfour pada 1917, sejenis janji negeri Elizabeth itu untuk membantu pengembalian bangsa Yahudi yang tersebar di seluruh dunia. Hingga kini, negeri itu mengalami apa yang namanya “dosa turunan”, perasaan bersalah karena telah melahirkan “anak nakal” bagi dunia. Kini, dosa tersebut diteruskan oleh “bapak angkat” anak nakal itu dan ditanggung oleh masyarakatnya, siapa lagi kalau bukan Amerika.

Sejak itulah era aneksasi mulai gencar dilakukan pelopor-pelopor Zionisme sampai terbentuknya negara Yahudi –Herzl menyebutnya Judenstaat- pada bulan Mei 1948. Dibantu pasukan teror Haganah, mereka merampas tanah-tanah penduduk asli Palestina baik yang beragama Islam maupun Kristen. Banyak dari mereka yang kemudian menjadi pengungsi di negara-negara tetangga dan menyebar ke penjuru dunia, terbanyak ke tanah Amerika.

Berangsur-angsur, negara Yahudi melebarkan wilayahnya guna menggenapi tujuan akhir mereka, menduduki “tanah yang terjanjikan”, the promised land.

Di sini lah relevansi hadist nabi di atas semakin nyata. Allah memang menjanjikan perputaran roda kekuasaan bagi bangsa-bangsa. Siapa pun mereka jika berusaha dengan sungguh-sungguh disertai kerja keras dan rela berkorban, Allah akan memutar roda kejayaannya ke atas. Sebaliknya, kaum yang terlena dan terbuai oleh kenikmatan duniawi, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan baginya.

Kini, kondisi umat Islam sedang di bawah. Namun bukan mustahil jika dengan usaha sendiri, mereka akan diangkat kembali seperti 14 abad silam saat menguasai dua pertiga dunia. Sayang, bangsa Yahudi memiliki perhitungan yang tepat, mereka berani bertindak semena-mena karena masa kejayaan Islam dan umat Islam (izzul islam wal muslimun) masih jauh panggang api. Indikasi yang mereka gunakan adalah hadist nabi tentang kondisi umat Islam.

Hadist pertama adalah umat Islam yang masih seperti buih di lautan, banyak tapi tidak berbobot sehingga mudah diombang-ambingkan gelombang. Kedua adalah hadist tentang kondisi jamaah salat Subuh yang masih jauh dari ideal, yakni saat mendekati jamaah salat Jumat.

Dari situlah kaum Zionis berkata, “Ah, santai masih jauh.”

Kini, tinggal umat Islam mau bagaimana, masih terbuai oleh kenikmatan duniawi atau bergegas memenuhi panggilan azan Subuh. Memang diakui sejak era aktivis-aktivis dakwah masuk kampus dan masyarakat, kini jamaah Subuh telah menunjukkan perkembangan yang signifikan, tidak diisi orang-orang tua lanjut usia saja. Makin banyak anak muda yang bersemangat tinggi meluruskan shaf salat Subuh di masjid.

Wallahua’lam, hanya Allah yang tahu.

[caption id="attachment_160188" align="aligncenter" width="450" caption="Jamaah Subuh seperti ini bukan utopia, salat di Masjidil Aqsa (ahmad-wiguna.blogspot)"][/caption]

_____________________________________________________________________________________

Catatan:

Penyebutan Yahudi dalam hadist tersebut dikarenakan ketika itu belum ada entitas negara Yahudi yang sejak 1948 bernama Israel, sebuah negara Zionis. Jika dikaitkan dengan masa modern, Zionisme tidak bisa dibenarkan dari segi hukum manapun. Kini, adakah sebuah suku atau bangsa berani menduduki suatu wilayah yang beradulat milik negara lain? Oya, sejak penolakan bangsa Yahudi sebagai umat Nabi Musa a.s. untuk memasuki tanah Kanaan (Palestina) sejak itulah hak mereka berupa 'Sertifikat Hak Milik' atas tanah itu dicabut oleh Yahweh, selamanya.

Artikel terkait :

Kiamat Versi Quran, Injil, Taurat oleh Minami

Konflik (Israel-Palestina) Takkan Pernah Usai? oleh Ifan Anwar

Pengungsi Palestina 1948 Masih Menyimpan Kunci Rumah Mereka oleh Limantina Sihaloho

Israel, Adikuasa Pengganti Amerika oleh Zulfikar Akbar

Penjelasan Pohon Ghorqod dan Foto-fotonya

Yang Ditakuti Yahudi dari Umat Islam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun