Lagu : Opick]
***
Adakah kita termasuk golongan orang sombong? Mudah-mudahan tidak.
Bagaimana kita mengenal orang sombong? Lihatlah sikapnya terhadap kebenaran.
Kebenaran yang bagaimana, bukankah kebenaran itu relaltif?
Sejak bergabung dengan kompasiana ini, tagline dalam halaman profil saya mengatakan,
“seandainya kebenaran itu relatif, maka berpihak pada yang baik adalah absolut,,,tentang apa dan siapa yang baik itu, mutlak dia bukan relatif karena dia causa prima yang absolut”
Sebagai gambaran, mereka biasanya paling takut dengan ajaran agama, dengan memvonis ajaran agama itu kolot, puritan, sektarian, atau dogmatis. Mereka mengagungkan akal atau rasio yang sebenarnya amat sangat terbatas dibanding rahasia-rahasia alam semesta dengan milyaran galaksi dan ciptaan di dalamnya. Padahal kalau kita berpaling dari agama, mau ke mana lagi kita berpedoman? Akhirnya kita tidak ada bedanya dengan makhluk ciptaan Tuhan lain seperti binatang dan tumbuhan. Bahkan derajat kita bisa lebih rendah dari mereka, karena sesuai obrolan Nabi Sulaiman a.s. dengan kaum jin dan binatang, mereka juga sesungguhnya bersujud kepada Allah s.w.t., bentuk ketundukan kepada Sang Pencipta.
Seburuk apapun hasil dogma itu menurut penilaian manusia, belum tentu buruk di mata Pencipta atau Sang Pemilik Jiwa. Seruan Paus Urbanus II dalam Perang Salib tahun 1095-1291 dan keceplosan George W. Bush yang menyebut Crusade dalam Perang Irak dan Afghanistan, adalah dogma politis yang bebas diipatuhi pengikutnya. Berbeda jika seruan itu berupa dogma agama yang menyebut "jika ditampar pipi kirimu, berikan pipi kananmu".
Mudah-mudahan bermanfaat.
Referensi :
[caption id="attachment_127552" align="aligncenter" width="480" caption="Lempar jumrah, simbolisasi membuang sifat angkuh dan sombong dari diri kita (foto kalatidha.wordpress.com)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H