Mohon tunggu...
MAHAR
MAHAR Mohon Tunggu... -

Jajaka Bandung yang masih berharap bisa melihat lipatan pelangi kembar, masih memendam cahaya bintang jatuh, dan masih suka kepo-in serbuk bunga dandelion yang terbawa angin,,

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dari Infeksi yang Bikin Mual Hingga Penyakit yang Mengerikan

14 April 2016   19:32 Diperbarui: 14 April 2016   19:36 2877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

“..Bicara dampak homoseksual, gak usah koar-koar soal HAM. HIV Aids ini masalah utamanya…”

Gelap begitu larut untuk disebut malam. Temaram langit Jakarta memang sedikit mencekam. Namun, tak menyurutkan puluhan pasien menunggu giliran di RS Restu Kasih Cililitan. Meski jarum jam bertengger di angka sembilan, denyut aktivitas pelayanan kesehatan masih berdetak, meski terdengar pelan.

Hampir lima jam lamanya, saya menunggu sang dokter selesai melayani ragam keluhan para pasien. Bukan, bukan untuk berobat. Sekadar bercakap-cakap, bertanya ihwal wacana homoseksual ditinjau dari aspek kesehatan. Kepada siapa? Beliau adalah Dokter Dewi Inong Irana, pakar kulit dan alat kelamin. Cum, relawan di salah satu LSM yang concern membina ratusan homoseksual.

Saat perbincangan dimulai, ia mengawali dengan satu pertanyaan menggelitik. “Bisa gak mereka yang homoseksual ini, tidak berhubungan seks?” tanyanya saat saya bertandang di awal April 2016.

“Kalau misalnya bisa, bahayanya tidak terlalu. Sekarang buat kami, dokter kesehatan (kulit kelamin), yang dikhawatirkan dari LGBT ini adalah HIV Aids. Karena dari situ penularannya,” lanjut dr Inong.

Dr Inong berpendapat, kaum homo ini pasti melakukan aktivitas seksual. Akibat dari perbuatan itulah yang dalam kacamata ilmu kesehatan sangat berbahaya. Menurutnya ada dua akibat dari perilaku seks bebas tersebut. Yaitu, HIV Aids dan Infeksi Menular Seksual (IMS).

Munculnya pertama kali HIV Aids ini, kisah dr. Inong, di Amerika tahun 1981. Ketika itu ditemukan pada lima laki-laki muda yang terserang sebuah penyakit baru, namun tak kunjung sembuh-sembuh. Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), resiko penularan HIV Aids tertinggi, imbuhnya, terjadi pada Anus, Vagina, dan Mulut (seks oral).

“Ini data dari situs CDC (red_ http://www.cdc.gov), sementara orang gay melakukan seksnya dari anus dan mulut. Kita tahu anus itu adalah tempat bersarangnya kuman-kuman yang kotor, jadi numpuk penyakitnya,” kata dr. Inong.

“Baik interaksi antar dua kelamin, dubur-kelamin amat sangat membahayakan. Termasuk kelamin ke mulut. Banyak yang menyangka, seks oral tidak menyebabkan HIV Aids, padahal tadi, resiko penularannya menempati urutan ketiga,” lanjutnya.

Dr. Dewi Inong menjelaskan beberapa macam penyakit kelamin yang menular. Lewat smartphone-nya ia menunjukkan gambar-gambar yang membuat bulu kuduk terasa ngilu. Membayangkannya saja berujung mual, apalagi benar-benar mengalami hal itu. Bagaimana tidak, pembaca, nampak warna-warna merah pucat darah, kuning nanah, serta bentuk-bentuk serupa bengkak berjalar di bagian atau sekujur anggota tubuh. Naudzubillah.. 

Tidak hanya disitu, dr Inong ini juga menyebutkan beberapa penyakit yang baru muncul akhir-akhir ini akibat perzinahan, baik yang dilakukan oleh hetero, juga homoseksual.

“Ada yang namanya Gonorrhea, pada biseksual ketika ia seks dengan laki-laki dan juga perempuan (istrinya), kalau dia punya anak, anaknya bisa buta. Begitu juga dengan Sifilis. Saya pernah survei terhadap 500 waria dan gay, ternyata 75 persen dari mereka mengidap Sifilis di darah,” kata dr Inong.

Dengan kata lain, tambah dr Inong, Resikonya sangat tinggi. Kalau sudah kena infeksi penyakit seksual ini; Sifilis, Gonorrhea, mudah bagi dia terkena HIV Aids.

Ia yang juga anggota The Internasional Fellow ini menjelaskan adanya penyakit baru, setelah menghadiri sebuah kongres American of the Metallurgy. Nama virusnya HPV, seperti jengger ayam. Dahulu virus ini penyebab Kanker Penis, ternyata sekarang merambah kepada Kangker Mulut, Tenggorokan, dan Dubur. Bahkan orang-orang gay yang tidak melakukan seks pun bisa kena.  

“Virus itu, tidak ada obatnya, serius. Biasanya penanganannya, kami suntik dulu lalu bakar pakai listrik, sakit banget. Tapi dalam waktu sebulan tumbuh lagi, apalagi kalau dia ‘kontak’ lagi,” ujar dr. Inong.

Selain itu, ada yang namanya Kanker Sarkoma kaposi. Dr. Inong menjelaskan meski pengidap HIV Aids telah meminum obat tiap bulannya, masih bisa terkena kanker ini. Bahkan, orang gay yang belum positif HIV pun, dalam data beliau menunjukkan 30 persen beresiko.

“Saya pernah dapat pasien mengidap Kanker Sarkoma kaposi ini, lalu saya rujuk ke RS Cipto Mangukusumo (RSCM) Pokdisus. Hari pertama ada 10 orang yang nemenin, hari kedua tinggal lima, hari ketiga tinggal satu, selanjutnya teman-temannya yang gay ini tidak ada yang nemenin,” ujar dr. Inong mengenang.

“Ini semua artinya apa? Artinya, sekarang ini banyak bermunculan penyakit baru akibat perilaku perzinahan. Sebagai muslim, kalau kita mikirnya, ya Allah udah dikasih penyakit gitu masih belum taubat juga? Ya akibatnya, muncul yang baru lagi,” ucap dr Inong dengan nada yang terheran.

Dr Inong juga menunjukkan data yang ia rujuk dari Departemen Kesehatan RI. Dari data itu, disebutkan HIV Aids terbanyak menjangkiti laki-laki, dua kali lipat dari perempuan. Dan rata-rata usianya, berkisar di antara 20 – 49 tahun, usia-usia produktif.  Ia tak bisa membayangkan dengan adanya sekelompok orang yang menuntut perkawinan sejenis kelamin. Sebab, kondisi seperti ini saja, data pengidap HIV Aids begitu memilukan hatinya.

“Belum berbicara kerugian yang harus ditanggung negara. Pengobatan HIV Aids, itu kisaran 500 ribu sampai satu juta per sekali berobat. Dan pengobatan ini kan mesti rutin. Negara dalam kebijakan asuransi kesehatannya tentu akan dirugikan. Harus mensubsidi biaya-biaya semacam ini. Berapa biaya yang ditanggung sebulan, bila tadi rata-rata pengobatannya hampir satu juta? Plus yang mengidap ini bukan satu atau dua orang saja,” katanya.

Padahal dengan uang tersebut, hemat dr Inong, bisa dialokasikan untuk pendidikan, infrastruktur, dan kesejahteraan lainnya.

“Ini ancaman yang mengerikan. Bicara dampak homoseksual, gak usah koar-koar soal HAM. HIV Aids ini masalah utamanya. Kenapa demikian, karena ini serupa proxy war, memiskinkan tenaga kerja, pendapatan negara berkurang, jam kerja hilang, generasi muda yang sehat berkurang, belum dimiskinkan dengan bayar pengobatan seumur hidup,” tandasnya. []

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun