"Ya," jawab Dendrobium, berusaha terdengar santai. "Aku tidak menyangka bisa menemukanmu di sini."
Kala mengangkat bahu ringan. "Kafe sedang direnovasi, jadi aku pikir, kenapa tidak mencoba sesuatu yang kecil dan sederhana?"
Percakapan mereka mengalir seperti sungai, membasuh kegelisahan yang sempat menguasai hati Dendrobium. Tetapi saat suasana mulai nyaman, seorang pelanggan datang, menyerahkan buket bunga kecil kepada Kala. Kala menerimanya dengan senyuman hangat. Dendrobium berdiri diam, keraguan kembali menghantui.
"Maaf," ujar Kala setelah pelanggan itu pergi. "Itu hanya teman lama."
Dendrobium mengangguk, mencoba tersenyum meski hatinya diliputi kecemasan. Malam itu, ia duduk di kamar, menatap buku catatannya. Kata-kata Vulpes kembali menggema: Kadang tanahnya gersang, kadang hujannya terlalu deras. Tapi kamu harus tetap percaya.
Dendrobium menulis puisi pendek, mencurahkan perasaannya:
Solitude of Love
There is no greater eternal ruin
Than this:
Solitude without solace
Love endlessly you---
Like a cup left untouched.
(2025)
Esoknya, dengan tangan gemetar, ia menyerahkan buku itu kepada Kala. "Ini," katanya nyaris berbisik. "Semua yang aku rasa selama ini---tentang dunia, kopi, dan... kamu."
Kala membuka halaman-halaman buku itu perlahan, membaca dengan penuh perhatian. Ketika selesai, ia menatap Dendrobium dengan mata yang menyimpan banyak makna.