Mohon tunggu...
Jarot Mahardika
Jarot Mahardika Mohon Tunggu... Lainnya - Terus belajar

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Memiliki Mobil di Jepang Tak Semahal Kata Orang

18 Juni 2021   19:02 Diperbarui: 19 Juni 2021   13:51 2173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Self service. Mengisi BBM di salah satu SPBU Jepang./Dokumentasi pribadi

Ini adalah tangapan untuk artikel yang berjudul "5 Alasan Mengapa Mayoritas Masyarakat Jepang Ogah Membeli dan Memakai Kendaraan Bermotor Pribadi". Sebelumnya terima kasih saya ucapkan untuk penulis Mas Adrian Chandra Faradhipta, saya jadi punya ide tulisan. Salam kenal Mas.

Mungkin memang betul mayoritas masyarakat Jepang ogah membeli dan memakai kendaraan bermotor pribadi. Tapi, apa betul alasannya karena sistem transportasi umum Jepang yang sudah bagus dan karena mahalnya biaya memiliki kendaraan bermotor pribadi?

Saya akan memberikan sudut pandang lain sebagai pengguna kendaraan pribadi (mobil) di Jepang. Ngomong-ngomong, maafkan saya karena tidak membahas kendaraan roda dua (sepeda motor), saya tidak punya datanya dan saya tidak punya pengalaman memakainya di Jepang.

Sejak tahun kedua tinggal di Jepang saya mulai menggunakan mobil untuk kegiatan sehari-hari. Ini adalah tahun kelima saya tinggal di Jepang. Berarti sudah empat tahun saya menggunkan mobil pribadi. 

Jadi, selama saya tinggal di Jepang saya lebih banyak menggunakan mobil pribadi sebagai transportasi dibandingkan dengan kendaraan umum.

Jika dilihat dari beban atau biaya yang dikeluarkan untuk memiliki mobil di Jepang tentu akan terlihat mahal atau memberatkan. Tapi jika memiliki mobil untuk alasan produktifitas, maka beban biaya tersebut akan terasa ringan. 

Bagi masyarakat Jepang memiliki mobil bukanlah untuk sekedar punya atau untuk gaya-gayaan saja.  Mereka memiliki mobil untuk alasan produktifitas. Itulah mengapa penjualan mobil di Jepang tetap tinggi, jauh lebih tinggi dari total penjualan mobil di Indonesia.

Berikut perbandingan total penjualan mobil di Jepang dan di Indonesia. Data ini adalah data tahun 2019. Sengaja saya pakai data tahun 2019 karena kondisi masih normal, belum terdampak pandemi Covid-19.

Penjualan mobil di Jepang pada tahun 2019 adalah 5.195.216 unit (data Japan Automobile Dealer Association). Angka tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan penjualan mobil di Indonesia pada tahun yang sama yang hanya menembus angka 1 jutaan saja. Tepatnya 1.026.921 unit (data GAIKINDO). 

Sebagai tambahan informasi, berdasarkan data Biro Statistik Jepang (Statistics Bureau of Japan) jumlah penduduk Jepang per 1 Desember 2019 mencapai 126 juta jiwa. Sedangkan  jumlah penduduk Indonesia hingga akhir Desember 2019 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai lebih dari 260 juta jiwa.  

Artinya jumlah penduduk Jepang pada tahun 2019  tidak sampai setengah jumlah penduduk Indonesia.

Data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Jepang menggunakan mobil lebih banyak dari masyarakat Indonesia.

Oke, sekarang kita masuk ke pembahasan sesuai dengan urutan artikel "5 Alasan Mengapa Mayoritas Masyarakat Jepang Ogah Membeli dan Memakai Kendaraan Bermotor Pribadi".

Pertama, Transportasi Umum di Jepang Lebih Murah dan Nyaman Serta Terintegrasi Sampai ke Pelosok

Betul, memang demikian adanya. Tapi pada kenyataanya tidak semua orang di Jepang ada dalam kondisi ideal untuk bisa menggunakan transportasi umum sebagai sarana pendukung kegiatan sehari-harinya. Saya adalah yang termasuk dalam kondisi tidak ideal itu. Mengapa demikian?

Lokasi kerja saya tidak di daerah perkantoran. Biasanya di lokasi yang seperti itu meskipun tersedia kendaraan  umum, namun jarak kedatangan kendaraanya lumayan panjang. Bisa sampai 30 menit jarak waktunya. Jadi, tertinggal bus atau kereta 1 detik berarti terlambat 30 menit karena harus menunggu kendaraan berikutnya selama 30 menit. Belum lagi jika harus transit kendaraan.

Mengantar anak ke  hoikuen (semacam taman kanak khusus untuk anak yang orang tuanya bekerja atau memiliki kegiatan reguler lainnya).  Sembari berangkat kerja saya pun harus mengantar anak ke hoikuen, itu cukup memakan waktu. 

Bayangkan jika harus menggunakan kendaraan umum. Harus ikut menyesuaikan jadwal kendaraan umum dan pasti akan memakan waktu lebih lama. Kurang praktis.

Aktifitas kerja di luar kantor. Banyak pekerjaan yang mengharuskan seorang pekerja berpindah pindah lokasi selama jam kerjanya. Tidak hanya ngendon di kantor saja. 

Meskipun disediakan mobil kantor, kadang itu menjadi kurang praktis ketika lokasi yang akan dikunjungi lebih dekat ke rumah dan di waktu menjelang jam pulang kerja. 

Repot kan kalau harus mengembalikan mobil kantor dulu? Contoh lain, misalnya harus ketemu klien di sebuah lokasi yang mana janjiannya pagi. Repot kan kalau harus ke kantor dulu ambil mobil? Tidak praktis, makan waktu.

Bagi saya tiga hal tersebut sudah cukup alasan untuk tidak menggunakan transportasi umum.

Kedua, Biaya Pembelian Dan Pemeliharaan Kendaraan Bermotor Yang Mahal

Yuk kita bedah biaya yang dikeluarkan jika memiliki mobil di Jepang. Harga mobil baru di Jepang setau saya mirip-mirip dengan harga di Indonesia. Tidak beda jauh. 

Sebagai contoh saya akan membandingkan Toyota Raize di Indonesia dengan di Jepang. Kita mulai dari harga. Harga (OTR) Toyota Raize di Jakarta mulai dari Rp 228.400.000, sedangkan di Jepang harga dimulai dari JPY 1.679.000  atau jika dirupiahkan dengan kurs Rp 130 maka harganya sekitar Rp 218.270.000. Selisih sedikit dengan harga di Indonesia.

Kalau mau menghemat, kita bisa membeli mobil bekas yang harganya jauh lebih murah dari harga baru.

Tentang pajak, Raize di Jepang dipajaki  JPY 29.500 atau sekitar Rp 3.835.000. sedangkan di Indonesia pajak tahunan Raize adalah Rp. 2.678.750,00. Lebih mahal pajak di Jepang.

Biaya lain yang harus dikeluarkan adalah biaya inspeksi kendaraan, ini tergantung jenis kendaraan dan fungsinya. Jika kendaraan digunakan untuk pribadi, bukan komersil maka akan lebih murah. 

Pemeriksaan pada umumnya dilakukan setiap dua tahun untuk kendaraan pribadi. Besaran biayanya jika dirupiahkan sekitar 3 juta sampai 6 juta. Di Indonesia untuk kendaraan pribadi tidak ada inspeksi berkala, jadi tidak perlu keluar biaya ini.

Selanjutnya asuransi. Salah satu resiko berkendara adalah kecelakaan. Di Jepang, apabila anda seseorang dinyatakan bersalah dalam sebuah kecelakaan, bisa saja dia mendapatkan tuntutan ganti rugi yang sangat besar. Nilainya bisa milyaran. 

Maka dari itu, asuransi sangat dianjurkan untuk mengantisipasi hal hal yang tidak diinginkan. Banyak faktor penentu tarif asuransi di Jepang. Umur pengemudi, jenis mobil, tujuan pemakaian mobil, dan lain lain. 

Setiap tahun biaya yang harus dikeluarkan untuk asuransi mobil sekitar 7 juta sampai 8 juta. Di Indonesia mungkin sekitar 4 juta sampai 6 juta pertahun, saya kurang informasi tentang ini. Silahkan ditambahkan di kolom komentar jika ada yang tau informasinya untuk pembanding.

Berikutnya parkir. Apabila  seseorang akan membeli mobil, maka syaratnya adalah punya tempat parkir. Ini tidak bisa diakali, akan ada petugas yang memeriksa. Jika pemilik mobil di Jepang tidak memiliki tempat parkir pribadi maka mereka harus menyewa tempat parkir.

 Kisarannya sangat variatif, tergantung lokasi dan fasilitas. Jika dirupiahkan sekitar Rp 700 ribu sampai Rp 2,5 juta per bulan. Mungkin ada yang lebih. 

Di Indonesia, umumnya pemilik mobil juga memiliki tempat parkir pribadi. Jadi tidak perlu mengeluarkan biaya parkir bulanan. 

Ketiga, Biaya Bahan Bakar Yang Cukup Mahal

Harga bensin reguler akhir-akhir ini di Jepang sekitar JPY 135 per liter, atau sekitar Rp 17.550. Harganya selalu update sesuai dengan harga minyak dunia. Setiap saat bisa berubah. Sepertinya harga BBM di Indonesia jauh lebih murah ya? 

Untungnya disini jarang ada macet, jadi penggunaan bahan  bakar bisa lebih efisien.

Saya sendiri mengeluarkan biaya sekitar Rp 2 juta per bulan untuk bensin. Jarak rumah saya dengan lokasi kerja sekitar 12 km. Sambil berangkat kerja, saya juga mengantar anak dan istri. 

Setiap akhir pekan biasanya saya juga ke luar kota, rekreasi dengan keluarga. Mobil saya berkapasitas mesin 2.000 cc dan AWD (all wheel drive), jadi agak boros bensin. 

Kalau mau lebih murah disini bisa pakai mobil mini (kei car), kapasitas mesinya maksimal 660 cc ada juga yang bermesin hybrid. Per liter bisa menempuh jarak 25 km.

Dengan kondisi saya, setelah saya hitung, dibandingkan jika saya naik kendaraan umum ke kantor, ternyata naik mobil pribadi lebih murah. 

Total yang harus saya keluarkan untuk naik kendaraan umum dalam satu bulan untuk pulang pergi ke kantor saja sudah habis Rp 2,4 jutaan. Belum lagi untuk jalan-jalan dengan keluarga.

Bagaimana konsumsi BBM di kota-kota besar di Indonesia? Di Jakarta misalnya, dua juta cukup untuk biaya BBM per bulan? Mudah-mudahan cukup.

Keempat, Biaya Tol Yang Sangat Mahal

Menurut pengalaman saya, jika menggunakan jalan tol untuk kegiatan yang tidak produktif (menghasilkan uang) tentu akan terasa mahal. Kalau sekedar mau piknik, saya rasa tidak perlu lewat jalan tol. 

Saya sendiri lewat jalan tol seperlunya saja karena di tempat saya jarang ada macet. Biasanya saya lewat jalan tol untuk keperluan pekerjaan saja, pun dibayarin kantor. 

Di tempat saya tinggal, tarif tol dalam kota sekitar Rp 50.000. Flate rate. Jaraknya sekitar 25 km sampai 30 km. 

Kelima, Tarif Parkir Yang Super Mahal

Betul, tarif parkir di Jepang mahal. Hitungannya per jam, ada yang per 30 menit, bahkan ada yang per 20 menit. Ada yang per jam tarifnya sampai sekitar Rp 90 ribu. Memang mahal, makanya harus disiasati. 

Untuk urusan pekerjaan, biaya parkir ditanggung perusahaan. Jadi tidak perlu dipikirkan. Untuk urusan pribadi, ada beberapa cara yang saya lakukan agar bisa menghemat biaya parkir. 

Pilih tujuan yang memberi fasilitas parkir gratis. Banyak juga kok tempat belanja dan tempat wisata yang memberikan fasilitas parkir gratis. 

Demikian sharing pengalaman saya sebagai pengguna kendaraan pribadi (mobil) di Jepang. Mudah-mudahan bermanfaat. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun