Saat itu saya sedang berhenti sejenak, di pinggir jalan tepat di depan sebuah toko buah dan sayur. Tidak lama, berhenti juga sebuah mobil di depan mobil saya. Â Sesosok Lexus CT200H dengan warna merah tua yang dalam bahasa spesifikasi pabrik mereka sebut sebagai red mica crystal shine. Â Kesan pertama melihat mobil ini langsung terpesona, sempat hampir melakukan "yel-yel terpesona" ala TNI itu, tapi aku tak mampu. Hehe..
Walaupun hanya melihat sedikit dari samping saat berbelok, dan akhirnya hanya melihat "pantatnya" saja, impresi pertama saya terhadap Lexus CT200h ini sungguh membuat saya deg deg ser. Bodinya sangat sporty tapi tetap dinamis. Beberapa sudut bodinya yang tajam seolah ingin menggambarkan kesan tegas dan berani.  Percampuran antara desain futuristik dan keanggunan sebuah hatchback bercampur menjadi satu. Anggun sekali, berkelas tapi tetap ramah. Intinya, aku terpesona.
Sambil mengira-ira sosok yang akan keluar dari mobil itu, dalam pikiran saya membayangkan sosok  muda yang mengendarai mobil itu. Boleh laki-laki boleh perempuan, mari ikut membayangkan. Tidak terlalu muda pastinya, karena mobil ini cukup mahal untuk dimiliki anak muda pada umumnya.  Lebih cocok dimiliki oleh ibu muda, eh orang muda yang sudah mulai mapan dengan karirnya. Bisa jadi bapak-bapak atau ibu-ibu muda.
Lexus CT200h mengusung mesin 1.8L - 4 silinder in line dengan dilengkapi sistem hybrid. Gampangnya ini adalah mobil hybrid. Dibanderol dengan harga (termasuk pajak) antara JPY 3,869,000 -- JPY 4,881,000 atau jika dirupiahkan kurang lebih antara Rp 502,970,000 -- Rp 634,530,000. Tapi ini harga di Jepang lho ya, kalo sudah masuk Indonesia pasti harganya akan jauh lebih mahal. Mungkin bisa dua kali lipat atau  lebih.
Belum rampung membayangkan sosok yang akan keluar dari dalam mobil, tiba-tiba pintu sisi pengemudi terbuka. Ternyata yang muncul bukan ibu-ibu muda, tapi bapak-bapak muda. Bapak muda  itu  keluar dari mobil yang aku terpesona padanya itu. Dengan kostum kasual. Hoodie abu-abu dipasangkan dengan celana panjang warna khaki. Lengan bajunya setengah terangkat. Tapi kok ada yang aneh dalam pengelihatan saya. Kenapa dia pakai sarung tangan? Padahal cuaca Sapporo hari hari ini sudah cukup hangat, sudah masuk pertengahan musim semi pula. Iseng saja, terus saya amati sosok pengendara CT200h itu.
Bapak muda itu keluar dari sisi pengemudi langsung menuju pintu bagasi. Dibukanya bagasi, diambilnya beberapa kardus berisi sesuatu yang kelihatannya berat, lalu diturunkannya kardus itu. Â Â Kardus-kardus sisanya dalam bagasi juga dirapikan. Oh, mungkin dirapikan untuk memberi ruang belanjaan dari toko buah dan sayur itu nanti, pikir saya.
Lho, tapi kok kardus yang sudah diturunkan itu tidak dinaikkannya lagi, malah dibawa ke dalam toko buah dan sayur itu?
Saat bapak muda itu lewat samping mobil saya, sepintas saya lihat kardus yang dibawanya itu. Itu kardus sayur, isinya brokoli. Sekali lagi saya pastikan. Benar! Itu kardus sayur dan isinya brokoli.
Secepat kilat pikiran saya langsung menuju pada sebuah kesimpulan yang tajam dan mendadak. Seperti beloknya motor matic yang dikendarai "emak-emak riting kanan tapi belok kiri".
Ternyata si bapak muda adalah supplier toko sayur dan buah itu. Saya cukup yakin brokoli tadi adalah hasil kebunnya yang langsung diantarkan menggunakan mobil operasionalnya itu, Â Lexus CT200h yang anggun dan saya sempat terpesona olehnya. Â Â
Terjawab sudah kenapa dia pakai sarung tangan. Ya, itu adalah sarung tangan untuk kerja. Orang-orang di sini sangan akrab dengan sarung tangan. Angkat barang sedikit saja harus pakai sarung tangan. Untuk keselamatan kerja, untuk higienitas, dan untuk membantu mencengkeram terutama untuk barang-barang yang licin.