Sejak Ayah tak pulang-pulang, Kak Sela selalu main ke rumah tiap sabtu dan minggu. Aku senang sekali ketika Kak Sela datang sabtu ini. Aku sudah menunggunya sejak pagi. Kak Sela seperti kebingungan ketika Aku minta bantuan agar menulis surat untuk Ayah. Kak Sela bertanya kenapa harus menulis surat? Aku jawab saja Aku kangen Ayah, sekarang Ayah di langit sedang sIbuk bertugas menjaga langit. sudah lama tidak pulang, mungkin tidak sempat menulis surat untuk Awan makanya Awan saja yang mengirim surat.
“Kak Sela bisa bantu kan?”
“Iya, kakak bantu.” Lalu Kak Sela mengambilkanku secarik kertas dan pena.
“Awan mau bilang apa ke Ayah?”
“Awan cuma mau bilang kalau Awan kangen sama Ayah. Awan tau Ayah sedang sIbuk di langit. Awan pengin cepat besar biar bisa terbang ke langit membantu Ayah bekerja.”
“Ada lagi yang lain?” kata Kak Sela. Aku menggelengkan kepala.
“Aku juga mau mengirim foto ini untuk Ayah. Ayah pasti senang.” Lalu Aku memperlihatkan fotoku bersama Ayah dan Ibu sebelum Ayah terbang. Kak Sela mengangguk.
“Mmm.. apa Awan sudah bisa tanda tangan?”
“Untuk apa tanda tangan? Awan belum bisa.”
“Kata Ibu guru kakak, kalau menulis surat harus dikasih tanda tangan dari pengirimnya. Biar tau kalau surat itu asli.” Aku bingung, Aku mana bisa tanda tangan. Aku pengin cepat sekolah biar bisa menulisa surat dan tanda tangan seperti Kak Sela. Kak Sela diam sejenak, tapi kemudian tersenyum seperti telah menemukan sesuatu.
“Ahaa, begini saja Awan…” lalu Kak Sela mengoleskan tinta penanya di jempol tanganku. Kemudian menempelkan jempolku di surat itu.