Diplomasi tersebut digunakan untuk mempromosikan kebudayaan dan makanan lokal serta berbagi keberagaman yang unik dari setiap makanan kepada para wisatawan yang datang.
Dalam konsep berkelanjutan, pengembangan ethno-tourism dapat sejalan dengan praktik berkelanjutan pada sektor pariwisata yang memiliki komitmen dalam pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs) untuk mencapai target di tahun 2030.Â
Sejalan dengan hal tersebut, ethno-tourism harus mampu dalam mengakselerasi pengembangan program dan meningkatkan perekonomia masyarakat setempat.Â
Salah satu komitmen pelaksanaan SDGs adalah Pekerjaan Layak & Pertumbuhan Ekonomi serta Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan.Â
Kedua hal tersebut berfokus pada pembangunan yang mendukung kegiatan produktif, penciptaan lapangan kerja layak, kewirausahaan, kreativitas dan inovasi, dan mendorong formalisasi dan pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah, termasuk melalui akses terhadap jasa keuangan serta melindungi warisan budaya dan warisan alam serta membuat masyarakat bangga pada wilayahnya.
Pembangunan ekonomi dan pariwisata melalui peningkatan lapangan kerja sesuai dengan target Pariwisata Nasional yakni Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pariwisata sejumlah 15 Juta orang pada tahun 2024.
Angka tersebut pada dasarnya masih terasa realistis jika pemerintah mampu mendorong semangat masyarakat dalam mengembangkan pariwisata lokal dalam aspek sosial dan budaya.Â
Sebagai negara yang multikultural dengan jumlah etnik yang heterogen, kemampuan dalam pengembangan pariwisata sektor tersebut dapat dirasakan sangat optimis.Â
Peningkatan jumlah tenaga kerja ini harus sejalan dalam mencapai jumlah wisatawan nusantara di tahun 2024 kurang lebih sejumlah 600 juta orang.Â
Keterlibatan masyarakat adat khususnya dalam partisipasi pariwisata lokal memberikan potensi besar dalam memberdayakan anggota masyarakat adat untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan kepercayaan diri yang diperlukan untuk pengembangan pariwisata etnik (ethno-tourism).Â
Dalam konteks pembangunan pariwisata etnik tersebut keterlibatan masyarakat dalam melakukan pengorganisasian aset, menjadi daya tarik utama bagi pengalaman berwisata bagi wisatawan.Â