Mohon tunggu...
indra simanjuntak
indra simanjuntak Mohon Tunggu... profesional -

Tribun Reporter & Kakao Trader !

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

20 Menit Tentang Dia

18 Mei 2012   17:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:07 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13373605511880156890

^^ DARI jauh gua sudah lihat doi. Eh, benaran. Dia datang. Rabu, kira-kira jam 10.00 WIB pagi. Masih terlalu 'pagi' buat gua nyari berita. Dengan tenang dia memilih tempat duduk. Kemudian duduk. Jangan terlalu manis, kata dia kepada pelayan. Gulanya seujung sendok aja. Kebetulan duduknya agak jauh dari tempat gua. Dia pilih tempat duduk yang dipinggir. Lebih dekat ke pintu utama. Gua juga duduk di pinggir sih, dekat pintu juga. Tapi lebih dekat ke penjual warung dan pintu samping ^^ Seperti kebanyakan orang baru yang masuk tempat baru, setelah celingak celinguk keadaan sekitar sesaat, dia segera memainkan BlackBerry-nya. Enggak berapa lama, kembali dia keluarkan satu handphone dari dalam tasnya. Apa merk tasnya enggak terlalu jelas. Tapi yang jelas mahal. Karena bagus, eye catching dengan paras dia. Meski posisi agak jauh, untungnya enggak menghalangi pantauan gua untuk memandangi puas wajah doi. Dia cantik. Cantik sekali terlihat dari balik gelas. Gelas dari kopi yang dipesannya tadi. Gelas yang terlalu murah untuk kecantikannya. Benaran. Agak lebay sih memang :D. Bicara soal cantik, gua sendiri enggak tahu definisi cantik gua itu seperti apa. Karena tiap individu punya tipe dan pandangan yang berbeda. Tapi, menurut penerawangan gua sesuai dengan ukuran ‘warung’ tempat gua sekarang duduk, rasa-rasanya enggak pas. Maksudnya, agak kurang cocok doi ada di warung ini. Sendirian. Minum kopi. Dengan gelas yang sering didapat dari hadiah beli odol atau sabun colet dua bungkus sekaligus gitu. Oh iya, dia putih. Rambutnya enggak terlalu panjang. Kira-kira sebahu. Dan agak kemerahan sedikit. Sedikit aja. Mungkin efek dari sinar matahari. Bisa jadi karena imajinasi gua yang terlalu tinggi. Maklum, jam 10.08 WIB masih pagi buat ukuran gua. Sambil menunggu kopinya dingin, dia terus memainkan BlackBerrynya. Kopi dibiarkan dia agak lama, tidak langsung diseruput, seperti gaya gua minum. Gua lebih suka menikmati minum kopi saat panas. Agak-agak gimana gitu. Sedikit demi sedikit. Buat gua, di situ kenikmatannya. Dia. Dia berbeda. Sendok dipakai dia untuk mencicipi rasa kopi. Kemudian sesendok lagi. Dan lagi. Memainkan BlackBerrynya lagi, menengok-nengok sebentar. Dan sesendok lagi. Lagi. Gua enggak ngitung sudah berapa sendok. Sesekali dia tersenyum sendiri. Mungkin mendapat pesan lucu dari lawan chatnya. Dan pikiran gua pun mulai menebak-nebak. Pasti pacarnya. Bisa jadi suaminya. Mungkin temannya. Ahhh. Sementara gua masih sibuk dengan duga-dugaan, doi segera menegak kopinya. Lalu bangkit dan menghampiri pemilik warung. Kemudian membayarnya. Tepat jam 10.20 WIB, dia berlalu pergi. Sementara gua masih terlena. Bengong memikirkan kenapa dia ada di warung ini. Selama di sini, belum pernah ngelihat perempuan semenarik dia. Paling banter, cewek-cewek yang singgah itu PNS. Karena warung ini lumayan dekat dengan Pemda. Tapi itu juga enggak lama. Dan tidak ada yang menarik. Semenarik dia :p Bukan bermaksud mendiskriminasikan PNS. Tapi benar. Gua pribadi sih lebih menikmati melihat polwan dan seragamnya atau pegawai swasta yang pakai blazer merah, kuning, atau biru (bukan baju partai tapi) dipadu rok ketat gitu. Mirip seperti dia :D April, 2012. Kantin sebelah Pemda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun