Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia
Kesimpulan
Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi - tingginya. Dalam hal ini menuntun bukan kodrat dasarnya tapi menuntun untuk memperbaiki tingkah lakunya. Pernyataan tersebut mencerminkan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, yang menekankan pentingnya peran pendidik dalam membimbing dan membentuk karakter serta perilaku peserta didik untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.Â
Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan sejati tidak hanya berkutat pada penyampaian pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan kepribadian dan moral peserta didik. Dalam konteks ini, "menuntun" bukan hanya tentang memberikan informasi atau instruksi kepada peserta didik, tetapi juga tentang membimbing mereka dalam memperbaiki perilaku dan sikap mereka. Pendekatan ini mencakup pengajaran nilai-nilai moral, pembentukan karakter, dan pembinaan sikap yang positif. Ki Hajar Dewantara merupakan pendiri Taman Peserta didik, sebuah lembaga pendidikan yang mengembangkan konsep pendidikan, khususnya sistem among.Â
Sistem Among merupakan sistem pembelajaran yang proses pembelajaran yang merdeka bagi peserta didik. Karena dalam sistem Among Ki Hadjar Dewantara dipahami sebagai pemeliharaan dan perhatian untuk mendapat pertumbuhan anak lahir dan batin sesuai dengan kodrat. Isinya terangkum dalam asas yang sangat masyhur, yaitu tut wuri handayani, in madya mangun karsa, ing ngarso sung tuladha. Ing Ngarso Sung Tulodo artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dalam pembelajaran, pendidik dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik dengan menanamkan nilai-nilai karakter seperti: Disiplin, Saling peduli, Tanggung jawab, Tolong menolong. Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang merata dan inklusif bagi semua lapisan masyarakat. Hal ini relevan dengan upaya pemerintah dalam memastikan akses pendidikan yang adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Pertanyaan pemantik dalam membuat kesimpulan dan refleksi terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara:
1. Apa yang Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari topik ini?
Sebelum mempelajari filosofi pendidikan, pemahaman saya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas lebih bersifat teknis dan berdasarkan pada pemrograman serta konsep-konsep pendidikan yang telah dipelajari dari data yang tersedia. Ini mencakup pemahaman tentang bagaimana informasi diproses oleh peserta didik, bagaimana keterampilan dapat dikembangkan melalui pembelajaran, dan bagaimana teknologi dapat digunakan dalam konteks pendidikan.
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari topik ini?
Setelah saya mempelajari filosofi pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara pemikiran saya berubah, Bahwa pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi - tingginya. Dalam hal ini menuntun bukan kodrat dasarnya tapi menuntun untuk memperbaiki tingkah lakunya. Hal ini sesuai dengan trilogi pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi teladan), Ing Ngarso Mangun Karso (di tengah membangun keinginan/motivasi/semangat) dan Tut Wuri Handayani (di belakang mendorong).
3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda merefleksikan pemikiran KHD?
Hal yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah yaitu Saya dapat memastikan bahwa pendekatan pembelajaran saya mencakup pengembangan aspek kepala (intelektual), hati (emosional), dan tangan (keterampilan praktis). Ini bisa dilakukan dengan merancang aktivitas pembelajaran yang mencakup pemecahan masalah, refleksi nilai-nilai, serta penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Saya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka, seperti merencanakan proyek-proyek sendiri, mengeksplorasi minat pribadi, dan mengembangkan keterampilan diri. Hal ini sejalan dengan gagasan bahwa pendidikan seharusnya mendorong kemandirian dan kebebasan belajar. Serta merancang kegiatan yang membantu peserta didik memahami dan menerapkan nilai-nilai karakter seperti kejujuran, kerja keras, dan empati. Melalui diskusi, permainan peran, dan proyek kolaboratif, peserta didik dapat belajar bagaimana menerapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari. Menciptakan lingkungan kelas yang inklusif, di mana semua peserta didik merasa diterima dan didukung. Ini termasuk menghormati keragaman budaya, suku, dan latar belakang peserta didik, serta menyediakan aksesibilitas bagi semua peserta didik untuk belajar, membantu peserta didik memahami bahwa pembelajaran tidak terbatas pada ruang kelas, tetapi berlangsung sepanjang hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H