Mohon tunggu...
Ismaharani Lubis
Ismaharani Lubis Mohon Tunggu... wiraswasta -

single mommy www.maharanilubis.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[ECR#5] Antrian Itu Masih Panjang

11 September 2012   10:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:37 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sumber gambar

"Huuu....Huuuu...." Ranti sesenggukan di pelukan Mahar.

"Sudah lah Ranti... gak baik nangis begitu hanya karena kekasih yang berpaling cinta."

"Kamu bisa ngomong karena tak merasakan sakitnya dikhianati ! Huuu...huuuu..."

Mahar tak mampu menjawab. Tak ada gunanya adu pendapat dengan gadis yang tengah dirundung duka ini. Tak mungkin juga Mahar mengungkapkan apa yang sebenarnya ia rasakan. Akan menambah masalah baru yang lebih rumit, pikirnya.

*****

"Kejam... hiks..hiks.. sungguh kejam dia Mahaaaarrr...." Aya menangis tertahan. Aya memang dikenal sebagai gadis yang tak banyak bicara. Wajar saja jika tangisnya pun hanya berupa isak yang tertahan.

"Aya yang sabar ya... ditolak olehnya bukan berarti dunia kiamat kok. Tuh masih ada Bocing dengan dunia gelapnya.." Mahar menasehati Aya dengan lugu.

"Mahaaaaaaaaaaaaaarrrr....!!!! pengen di bikinin jus cabe rawit ya???!!!" jeritan Aya cukup membuat Mahar lari pontang-panting. Menjauh adalah jurus paling aman.

*****

"Hey perempuan2 Rangkaaaaaaaaaaaattt...!!! Jangan coba-coba dekati 'dia' ya. Kalau masih pengen menghirup udara desa, sebaiknya kalian tidak over acting di depan kantor desa. Kalau bandel juga, jangan menyesal jika tiba-tiba ada kelom mampir di jidat lu pade!!" teriakan Jingga melalui microphone berkekuatan 5000 watt membahana di berkeliling desa dengan mobil pick-up sambil menunjuk ke arah foto ukuran poster. Sungguh bikin Mahar merinding. Dasar Edaaaaaaaannn!!!

******

Apa lagi sih??? Kemaren Ranti, trus Aya, trus Jingga. Sekarang siapa lagi?

"Cup...cup.. Cupi diem ya... ini Sekar kasih kripik jengkol gratis deh. Tapi raungannya di stop dulu, malu sama warga yang pada nonton. Ntar dikira ada pertunjukan wayang orang lagi."

"Huaaaaaa...hwwaaaaaaawww...huuuwwwaaaaaawwww...." Lolongan Cupi malah makin melengking mirip suara kucing minta kawin. Sekar menutup telinganya dan menyerah.

"Kenapa dia Sekar?" Mahar bertanya dengan wajah blo'on.

"Hhhhhh... pusing aku Mahar. Biasalah, ditolak mentah-mentah sama si 'dia'. Kiamat deh!"

****

Malam ini di teras rumah, Mahar termenung. Bayangan wajah penuh tangis sahabatnya, Ranti, Aya dan Cupi membuatnya gentar. Sesungguhnya ia juga sangat berharap pada pria itu. Sejak pertama kedatangannya ke desa, hatinya mulai terpikat pada pria baik hati itu. Tapi semakin hari perasaannya semakin tenggelam, melihat begitu banyaknya gadis rangkat yang bagaikan bunga mekar juga berharap cinta padanya. Apalah diriku yang janda ini jika dibandingkan mereka yang masih gadis ranum, batin Mahar sendu.

Dulu, dulu sekali.... mahar pernah memendam rasa yang indah. harapannya terlalu tinggi mungkin. Ibarat langit yang mendamba kehadiran pelangi di malam hari. Tak mungkin lah. Segala upaya dilakukan agar hatinya memilih Mahar. Tapi tak jua berhasil. Hingga Mahar sadar, upayanya mendekati sia2. Lalu hadir beberapa pria lain dalam hidup Mahar. Saat ia merasakan jatuh cinta, saat itu pula cinta itu menyakitinya. Ki Dalang pergi meninggalkannya ke gunung Naras demi cita2nya. Firman bahkan meninggalkan Mahar untuk selama-lamanya. Sungguh tragis. Mahar kembali terpuruk, dan lagi-lagi... pria ini hadir di depan matanya. Ia tak pernah pergi, tak pernah pula mendekat. Ia tak menawarkan cinta yang agung atau cincin pengikat asmara. Tapi tak pernah pula memberi janji. Pada siapapun, ya.. PADA SIAPAPUN!!!

Tiba-tiba senyum manis merekah di bibir Mahar. TIDAK PADA SIAPAPUN ! Ya...Cinta mas Hans jauh lebih nyaman dan menyenangkan karena ia mencintai semua warga desanya yang damai. Tak perlu bersedih jika kelak Mas Hans menjatuhkan pilihannya pada seseorang. Dan tidak menutup kemungkinan jika pilihannya jatuh pada.................. (???)

********

Tulisan ini terinspirasi oleh #RangkatCintaSederhana, karena di desa Rangkat kisah sederhana menjadi sangat istimewa saat seluruh warga ikut ambil bagian di dalamnya, bahkan dalam soal merebut hati A'a Kades Hans Rangkat .. Caiyo!!   :))))))

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun