Hari pertama kuliah kampus meminta seluruh mahasiswa baru berkumpul sesuai pembagian kelas konseling masing-masing. Tiap kelas akan di dampingi satu dosen konseling. Awal masuk kelas konseling yaitu dengan dosen konseling yang bernama Bu Lira, yang merupakan lulusan Rekayasa Genetik S3 dari Amerika, Bu Lira sangat pandai memberi semangat kepada mahasiswa untuk mencapai masa depan yang sukses.
   Bu Lira sebagai dosen konseling beliau melakukan sesuatu yang aneh untuk mahasiswanya agar semangat kuliah yaitu dengan cara Bu Lira membawa pizza dan sebuah koper berisi tikus yang membuat seisi kelas panik. Tetapi anehnya setelah kejadian itu semangat mahasiswa buangan ini yang dulunya tidak semangat untuk kuliah justru semakin meningkatkan untuk melanjutkan kuliah dan meraka semakin rajin semangat menggapai mimpi masing-masing.
  Dari kejadian itu  tujuh mahasiswa  ini yang awalnya tidak punya semangat kuliah, yang seanaknnya sendiri sekarang berubah menjadi semangat belajar meraih nilai ijazah yang bagus dan lulus kuliah di kampus UDEL ini. Dan dari tujuh mahasiswa ini semua lulus dari kampus UDEL ada yang bekerja di perusahaan yang ternama bahkan ada yang sekarang melanjutkan kuliah S2.
    Pengalaman berharga bagi semua mahasiswa, bermimpi menghadapi tantangan-tantangan yang ada di bangku kuliah, kesabaran, ketekunan yang kita lakukan dalam meraih mimpi.
   Kelebihan dari Buku ini yaitu memiliki cerita yang sangat menarik dan menggunakan cover yang kekinian, sesuai dengan pembaca yaitu semua kalangan usia. Gaya bahasa yang digunakan mudah dipahami namun tidak baku, dan dari setiap cerita mulai pertama sampai akhir dapat memotivasi kita dari semua masalah yang setiap mahasiswa miliki, kisah persahabatan semasa kuliah. Dan banyak ceritanya itu berkaitan dengan kehidupan mahasiswa yang mengalami kesulitan.
   Kekurangan dalam buku ini juga mengajarkan mahsiswa itu harus memahami dan mengerti  tindakan yang diambil dan resiko yang akan diterima. Alur ceritanya yang sangat bagus karena setiap cerita memiliki keunikannya sendiri, dan dari setiap ceritanya memiliki peristiwa yang menyenangkan akan tetapi akan muncul masalah-masalah yang muncul secara bergantian.
  Kekurangan lainnya yaitu menggunakan bahasa yang tidak baku, dan banyak lika-liku dari setiap ceritanya dan terlalu banyak tokoh yang hadir dalam novel ini dan banyak kesalahan penulis dalam penulisan novel ini.
  Kesimpulan dalam buku ini Melalui tokoh Ogi dalam novel ini menggambarkan sebuah kehidupan yang sangat banyak mengalami rintangan, kegagalan-kegagalan yang dia alami tetapi dia tidak pantang menyerah untuk menyelesaikan kuliahnya di kampus UDEL. Ogi ingat perjuangan orangtuanya untuk menguliahkan dia agar menjadi  sarjana dan sekarang impian dia sudah berhasil meraih gelar yang Ogi dan orangtuanya inginkan.
    Novel ini adalah tentang realita yang ada dan dikupas di dalam naskah fiksi. Tentang kebanyakan sarjana, yang (kita bisa lihat sendiri), banyak yang nganggur, tentang kesombongan fresh graduate yang memiliki IPK besar dan lantas berpikir bahwa nilai-nilai di kertas itu amat penting. Nilai-nilai itu penting, tetapi ada yang lebih harus diperhatikan, yaitu tujuan setelah kuliah.
  Novel Kami ( Bukan ) Sarjana Kertas sangat bagus dan wajib dibaca pelajar SMA, mahasiswa, para orangtua, karyawan, anak muda berkarya, dan semua kalangan usia agar kita dapat tahu seberapa pentingnya nilai sebuah ijazah untuk masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H