Mohon tunggu...
Maharani syahputri
Maharani syahputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Buruk bagi Dunia Pendidikan Akibat Belajar Online Ditengah Pandemi Covid-19

12 Juli 2021   16:00 Diperbarui: 12 Juli 2021   18:14 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang sudah kita ketahui kehadiran pandemi Covid-19 membawa dampak buruk di bidang apapun ,tidak terkecuali pendidikan. Pendidikan di era pandemi bisa dikatakan sebagai puncak terburuk pendidikan di Indonesia. Tidak adanya sikap tegas pemerintah untuk segera memperbaiki dunia pendidikan menjadi masalah utamanya saat ini. Banyak sekali hal-hal  tak lazim yang dijumpai dalam dunia pendidikan di era masa pandemi seperti saat ini. Contoh kecilnya saja murid dimasa sekarang tidak mengenal secara langsung siapa gurunya, dengan siapa dia belajar, bahkan seperti apa gurunya. Dengan adanya masalah kecil seperti ini  juga dapat menurunkan persentase minat belajar pada anak-anak terutama tingkat sekolah dasar. Dimana seharusnya mereka mendapat arahan dan pendidikan dini secara langsung, namun akibat adanya pandemi sistem pendidikan mereka malah digantikan dengan belajar online.Yang efektifitas nya bisa di anggap sangat rendah pada proporsi 8 dari 10 anak yang mengikuti pembelajaran secara online tersebut.

Penyalah gunaan Gadget Dan Kuota Internet Yang Seharusnya Menjadi Penunjang Pembelajaran Daring

Sistem pembalajaran yang awalnya tatap muka secara langsung sekarang digantikan dengan sistem daring melalui media yang mendukung penggunaan internet seperti gadget memberikan dampak buruk yang besar bagi dunia pendidikan. Anak-anak yang semulanya tidak terlalu terpengaruh dengan internet menjadi cakap internet dalam kurun waktu yang sangat singkat. Tapi sangat-sangat disayangkan kecakapan internet tersebut malah digunakan untuk hal-hal diluar dunia pendidikan. Seperti bermain game online dan juga streaming youtube ataupun film . Pemberian gadget dan kuota pada anak-anak usia pendidikan disalah gunakan untuk bermain game online hingga mereka tidak hirau lagi dengan pembelajaran yang seharusnya mereka prioritaskan. Apalagi lagi dengan kurang nya pengawasan orang tua dalam penggunaan gadget menambah dampak negatif yang lebih parah terhadap anak-anak dalam jenjang pendidikan.

Keterbatasan Ekonomi Membuat Anak Beresiko Tinggi Terancam Putus Sekolah

Keterbatasan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 juga mengakibatkan keterbatasan anak-anak menerima akses pendidikan secara daring. Tidak ada nya pemasukan yang signifikan oleh orang tua membuat anak-anak meraka tidak mendapatkan  media untuk menunjang pembelajaran  secara daring. Semisalnya gawai dan kuota internet. Keterbatasan ekonomi membuat para orang tua tidak mampu memberikan anak nya gawai dan kuota internet. Meskipun pemerintah memberikan bantuan berupa kuota internet gratis untuk pelajar, namun jika tidak memiliki gawai bantuan itu tidak akan ada gunanya sama sekali. Akibatnya banyak anak-anak yang terpaksa berkerja untuk membantu perekonomian keluarganya sehingga pada akhirnya mereka memutuskan berhenti sekolah. Entah itu karena mereka telah merasa nyaman bekerja dan menghasilkan uang atau karena sudah tidak ada harapan lagi bagi mereka untuk kembali bersekolah.

Anak Beresiko Kehilangan Pembelajaran Atau Lost Learning

Sebagai pelajar kita dapat merasakan bahwa pembelajaran tatap muka dikelas dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik dibandingkan pembelajaran jarak jauh atau daring. Sistem penyampaian dan penerimaan materi jelas memberikan kualitas yang sangat berbeda antara tatap muka dan daring. Pada sistem pembelajaran daring siswa begitu mudah mendapatkan nilai yang bagus dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka. Kenapa? karena pada saat pembelajaran daring siswa dengan mudahnya mengakses berbagai materi pembelajaran dari internet , entah mereka paham atau tidak tapi yang pasti mereka akan selalu mendapatkan jawaban yang benar. Sementara itu,pada pembelajaran tatap muka anak-anak akan lebih berusaha untuk mendapatkan jawaban yang benar dengan cara yang tidak instan. Semisalnya mereka bisa mendatangi perpustakaan, berkonsultasi lebih banyak dengan guru, dan bekerjasama kelompok dengan teman-temannya. Dengan begitu setidaknya anak-anak akan menyimpan sedikit dalam memori mereka apa yang telah mereka dapatkan dari usaha yang mereka lakukan.

Anak-Anak Jadi Kurang Bersosialisasi

Bermain, berinteraksi,dan bersosialisasi adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan anak-anak. Terutama pada anak usia dini hal ini bisa menjadi pokok penting yang harus diperhatikan oleh orang tua. Biasanya anak-anak dengan mudah mendapatkan waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya nya. Entah itu disekolah, di lingkungan rumah atau bahkan di taman bermain. Tapi semenjak adanya pandemi Covid-19 semua kegiatan itu harus di urungkan terlebih dahulu. Agar dapat menghambat penularan Covid-19. Namun, seiring berjalannya waktu dan pandemi yang tak kunjung reda, anak-anak pun akhirnya merasa jenuh terus-menerus bermain di dalam rumah dan hanya berinteraksi dengan keluarganya saja. Bahkan ada sebagian dari anak-yang mengalami gangguan psikologi berupa stress karena sudah terlalu lama tidak melakukan aktivitas yang membutuhkan interaksi dengan teman sebayanya.

Intinya adalah meskipun dengan segala kecanggihan teknologi yang kita rasakan saat ini tetap saja akan mengandung sisi negatif yang sudah sepatutnya kita hindari. Adanya pengawasan yang lebih ketat dari orang tua akan sangat-sangat membantu agar anak-anaknya tidak terjerumus ke dalam negatifnya dampak teknologi yang semakin canggih ini, terutama internet. Tapi pengawasan orang tua saja tidak akan cukup untuk untuk menunjang pendidikan yang lebih baik lagi kedepannya, jika tidak adanya keinginan dari diri anak itu sendiri. Merubah mandset atau pola pikir rasanya adalah kunci yang tepat agar dunia pendidikan semakin maju meskipun dilaksanakan secara daring di dalam situasi pandemi

Karena sungguh pada akhirnya keputusan kembali pada diri kita sendiri. Jika jika kita ingin maju maka tingkatkanlah hal-hal yang positif. Namun, jika kita tetap memilih untuk terjerumus lebih dalam, maka terimalah resiko yang nantinya akan kita sesali sendiri. Karena memang setiap keberhasilan dalam bidang apapun itu kembali kepada bagaimana cara kita mendapatkannya. Seberapa besar hasil yang kita tuai kembali kepada seberapa besar usaha yang kita lakukan.

penulis: Maharani Syahputri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun