Mohon tunggu...
Mahansa Sinulingga
Mahansa Sinulingga Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis yang tinggal di Bekasi dan bekerja di Jakarta.

Ikuti saya di blog mahansa.wordpress.com dan Twitter @mahansa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kesan Pertama Mendengar Album Baru Metallica, Hardwired.. to Self Destruct

18 November 2016   09:21 Diperbarui: 21 November 2016   10:25 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terus, bohong banget kalo nggak teringat lagu “Am I Evil” waktu dengerin drumnya Ulrich di intro lagu “Confusion”. Tapi, begitu masuk ke riff-riff awal, kocokan gitarnya terasa menyambar-nyambar lagu “Eye of the Beholder” dari album Justice.

Sementara itu, “Now That We’re Dead” mengingatkan pada “Seek and Destroy”. Tapi, terutama pada bagian reff-nya, bisa juga disandingkan dengan lagu-lagu heavymetal standar pada periode 1980-an. Hetfield benar-benar “bernyanyi” di sini. Juga pada lagu “Here Comes Revenge” atau “Am I Savage”. Mungkin kembali pada masa-masa Load dan Reload? Entahlah, karena aku tidak pernah mendengar kedua album itu. Tapi, yang jelas, meski temponya lambat, lagu-lagu tersebut masih terasa heavy dan garang, khas metal. Ya itu tadi, dengan sound Death Magnetic yang makin matang.

Bicara soal tempo yang lambat, ada yang menyarankan untuk coba mendengar “Atlas, Rise!” dengan tempo yang sedikit dipercepat. Kalau di Youtube, coba klik ikon gear dan ubah speed menjadi 1,25. Asli, jadi supermaknyuss... Hahaha, aku yakin, kalau dibawakan live, pasti asyik benar lagu ini.

Lagu yang paling kencang di album ini adalah lagu pamungkas, “Spit Out the Bone”. Whohooo... this is Metallica, baby! Walau tidak segahar “Damage Inc” atau “Dyers Eve”, “Spit Out the Bone” sudah cukup untuk membungkam mereka yang bilang Metallica sudah habis.

Apa yang aku tangkap, Metallica tidak lagi memaksakan diri. Mereka terasa nyaman memainkan musik yang memang mereka ingin mainkan. Di usia personilnya yang sudah lebih dari setengah abad, jelas akan kedodoran kalau konstan bermain di tempo tinggi. Metal toh tak harus kencang, tapi heavy itu pasti. Dan, Metallica kembali memberikan contoh yang tepat bagaimana harus memainkannya.

Kalaupun ada kekurangan, aku merasa Ulrich sekarang seperti kedodoran kalau bermain di tempo cepat. Entah karena setelan snare yang lebih longgar dan injakan bass drum yang kurang kentara, sound drum jadi terdengar “ketinggalan” dan “terengah-engah” mengikuti kocokan gitar yang solid. Fill in-nya juga ketebak. Andai saja Lombardo yang berada di balik set drum, mungkin lebih mantap. Tapi, sedodol-dodolnya Ulrich, dia tetap figur penting yang tak tergantikan di Metallica.

Hal lain adalah Hammett. Pada album ini, untuk pertama kalinya Hammett tidak menyumbang lagu. Permainannya juga standar, banyak melodi yang ketebak, ujung-ujungnya pasti mengandalkan pedal wah. Seperti kata teman aku Wak Bogard, Hammett mestinya malu pada gitaris-gitaris muda zaman sekarang.

Overall, Hardwired... to Self-Destruct merupakan album yang kuat dan sekali lagi membuktikan siapa Metallica sebenarnya. Lagu-lagu yang direkomendasikan yaitu “Atlas, Rise!”, “Now That We’re Dead”, dan “Spit Out the Bone”.

Album ini mungkin bukan masterpiece. Tapi, kalau mau mendengarkan musik metal yang sesungguhnya, silakan dengar dari rajanya, the one and the only Metallica. Hail!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun