Mohon tunggu...
Mahansa Sinulingga
Mahansa Sinulingga Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis yang tinggal di Bekasi dan bekerja di Jakarta.

Ikuti saya di blog mahansa.wordpress.com dan Twitter @mahansa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Metal Tanpa Batas Ala Babymetal

1 April 2016   08:44 Diperbarui: 4 April 2017   16:11 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Screen Capture Album Baru Babymetal di Spotify"][/caption]Satu April tahun ini termasuk yang ditunggu-tunggu sebagian metalheads. Hohoho, setidaknya Facebook Metalhammer bilang begitu, “Prepare for Fox Day on April 1. BABYMETAL are back with a new album and world tour.” Yup, dan aku termasuk salah satu yang menantikan album follow up dari debut Babymetal ini.

Sempat kecewa karena melalui iTunes Indonesia tidak bisa preorder, ternyata masuknya Spotify ke Tanah Air membawa berkah. Bangun pagi tadi aku cek, album baru Babymetal ini sudah nongol di Spotify. Hahaha, mana masih periode gratis lagi. Jadi, sepanjang perjalanan ke kantor, aku pun menyimak album bertajuk Metal Resistance ini. Jadi, buat yang pengen menyimak gratis album ini, buruan install Spotify.

Di channel Youtubenya, sudah tiga lagu dari album baru ini diperkenalkan. Yang pertama, “Road of Resistance” yang ditampilkan live. Berikutnya, klip video resmi “Karate”, menyusul berikutnya klip video resmi “The One”. Ketiga lagu itu melambungkan asa fans Babymetal tentang apa yang bisa diharapkan dari album baru ini.

Oke, mari sedikit bicara latar belakang. Aku pertama kali mengenal Babymetal dari Youtube. Aku kira ini hanya band lucu-lucuan, semacam parodi untuk menarik perhatian. Band ini terdiri dari trio Su Metal (Suzuka Nakamoto), Yui Metal (Yui Mizuno), dan Moa Metal (Moa Kikuchi). Semula, mereka dibantu band pengiring dengan kostum tengkorak yang disebut “Babybone”.

Sejak pertengahan 2012, mereka diiringi oleh Kami Band. Dari sini, Babymetal mulai dianggap pendatang baru yang “serius” di kancah metal. Kami Band bukan band main-main. Pentolannya, Takayoshi Ohmura, termasuk gitaris kawakan yang telah berkolaborasi dengan nama-nama beken, sebutlah Ritchie Kotzen atau Marty Friedman. Sementara itu, gitaris satunya, Leda, merupakan jebolan Galneryus, band power metal kenamaan Jepang. Bermodal dua gitaris keren ini, jangan heran kalo musik metal yang ditawarkan Babymetal cukup joss.

Kiprah mereka lalu dikomentari banyak musisi metal lain dan menjadi kontroversi. Belakangan, apa yang tadinya aku anggap lelucon, eee ternyata enak juga didengar. Antara lain, ya karena memang yang memainkan musiknya juga berkelas. Jadilah Babymetal merambah ke mana-mana, menjadi bintang di festival-festival rock kelas dunia, hingga akhirnya sepanggung dengan dedengkot-dedengkot metal sekelas Metallica dan Iron Maiden.

Saat ini, fans base mereka mestinya sudah cukup besar dan merata di berbagai belahan dunia. Orang-orang yang menganggap mereka cuma lelucon dan bukan metal kini dianggap orang yang tidak bisa “move on”. Aku tidak heran jika album kedua ini akan laris manis, karena di banyak forum metal dan media sosial, para fans sudah menanti-nanti.

Album sebelumnya, [selftitled] Babymetal (2014), dianggap fresh, menawarkan sesuatu yang baru di kancah metal. (Orang-orang di balik) Babymetal sendiri menamakannya sebagai “kawaii metal”, crossover antara genre metal dan idol—itu lho, semacam teman-temannya AKB48 atau di Indonesia JKT48). Gimana nggak weird, pertama kali mendengar suara bocah 11 tahun digabung dengan distorsi gitar maksimal dan scream-scream yang devilish. Hahaha, awalnya weird, tapi lama-lama terdengar unik, orisinal, dan akhirnya bikin nagih... Apalagi rata-rata lagu Babymetal fun dan enak didengar. Tapi, jangan salah, tak kurang garang dan heavy lho. Simak saja “Ijime Dame Zettai”, lagu bercorak power metal yang biasanya menjadi nomor pamungkas pada konser mereka.

Omong-omong soal konser, pengalaman menikmati Babymetal akan lebih komplet jika menonton aksi panggungnya. Koreografi memainkan peran penting dan menjadi ciri sejumlah lagu, misalnya pada lagu “Headbanger” penonton akan melompat bersama sambil berteriak “Hei!!!....” Atau, pada intro “Ijime Dame Zettai” penonton akan bersiap-siap membuat wall of death lalu bertubrukan sejadi-jadinya ketika jeritan Su pecah.

Jadi, apa yang diharapkan dari album baru Babymetal? Ya tentu saja menanti kreativitas crossover apa lagi yang bisa mereka tampilkan.

Nomor pembuka, “Road of Resistance” yang sudah muncul di Youtube sepertinya akan menjadi penerus “Ijime Dame Zettai”. Nomor power metal ini sangat bertenaga tapi sekaligus easy listening. Cocok sebagai pembuka konser. Apalagi ada bagian sing along yang megah. Menonton videonya saja sudah cukup bikin merinding, gimana kalo benar-benar jadi crowd di situ?

“Karate” tampil berikutnya. Kesan industrial menyeruak pada intro sebelum berlanjut dengan garukan gitar yang heavy dan drum yang groovy. Enak banget buat headbang. Ketika vokal masuk, whoahooo... this is Babymetal. Susah menjelaskannya, tapi kombinasi khas antara garangnya gitar dan vokal yang imut menjadi signature Babymetal. Nomor ini layak menjadi hits.

Nomor ketiga “Awadame Fever” mengingatkan pada “Catch Me If You Can”. Lagu-lagu seperti ini dirancang untuk jadi jeda dan berimprovisasi saat konser.

Nomor keempat “YAVA!”menghadirkan crossover metal dengan ska. Terdengar riang dan bersemangat. Musik-musik beginian yang acap terdengar menggelegar dari toko-toko pakaian anak muda di sepanjang Jalan Takeshita, Harajuku. Lagi-lagi aku terenyak, bisa juga ya metal dibikin begini.

“Amore” yang muncul berikutnya standar saja, just another fast power metal song. Yang perlu disimak barangkali harmoni duet gitar Kami Band yang melodius. Buat penggemar metal yang ngebut, nomor ini dijamin memuaskan.

“Meta Taro” yang mengekor di belakangnya lagi-lagi membuatku tersenyum lebar. Nggak tahu lagu ini bercerita tentang apa, tapi menyimak cara menyanyinya, kayak lagu anak-anak masa lalu, sebutlah “Balonku” atau “Potong Bebek Angsa”. Nomor-nomor seperti ini yang membuat Babymetal dikira lelucon. Tapi, bahkan lagu seperti ini pun bisa dibikin jadi lagu metal yang garang.

Dua lagu berikutnya, “GJ!” dan “Sis. Anger” menurutku permata-permata di album baru ini. “GJ!” merupakan nomor metal yang berat tapi nge-groove ala Lamb of God. Tapi kombinasi duet imut bergaya rap dari Yui dan Moa menghadirkan sesuatu yang benar-benar fresh yang menyenangkan didengar. Sementara itu, “Sis Anger” nggak tanggung-tanggung. Ini sih bisa dibandingkan dengan deathmetal ala Cryptopsy atau, kalau di Tanah Air, Burgerkill atau Siksakubur. Lengkap dengan blastbeat yang bertalu-talu. Mungkin agak lebay, tapi memang ini nomor yang kelam dan bengis kalau saja vokalnya growl dan throat. Berhubung yang menyanyikannya tiga remaja imut, lagi-lagi aku cuma bisa berujar, busyet!... boleh juga. Keren.

Usai dihajar dua nomor yang sejauh ini metal oktan tinggi, “No Rain, No Rainbow” menjadi oasis menyejukkan. Ini nomor balad yang indah. Diawali denting piano dan alunan orkestra biola, nomor ini cocok untuk mengistirahatkan kuping sejenak. Sayang sekali, kendala bahasa membuat pendengar yang tidak mengerti bahasa Jepang sulit menangkap makna lirik. Walau agak mendayu, tapi lagu ini tidak menjadi cengeng.

Ternyata, pendengar hanya diberi kesempatan menarik napas sejenak. “Tales of The Destinies” langsung menggebrak lagi dengan tempo cepat. Ini nomor yang sedikit akrobatik. Berbagai elemen coba ditampilkan sehingga agak gado-gado rasanya.

“The One” yang menjadi nomor pamungkas terasa istimewa. Untuk pertama kalinya Su menyanyikan lirik berbahasa Inggris. Walau sepotong-sepotong dan disambung kembali dengan bahasa Jepang, tapi pesannya tertangkap jelas. Di video resmi di Youtube, ditampilkan terjemahannya. Intinya, lagu balad ini berkata bahwa siapa pun yang mendengarkan lagu ini, kita adalah satu. Cheesy, tapi sangat kontekstual dengan Babymetal. Yup, mereka dari Jepang dan turut membawa ke-jepang-an mereka. Yang mempersatukan mereka dan penontonnya adalah kecintaan terhadap musik yang universal. Pesan yang sangat positif. Tak heran, membaca komentar-komentar di Youtube, rata-rata mengapresiasi Babymetal.

Yup, seperti seorang teman penggemar grunge pernah berujar, di kancah metal terjadi regenerasi sehingga genre ini terus eksis. Aksi-aksi seperti Babymetal, meski awalnya dianggap bercandaan doang atau cuma gimmick bisnis yang nggak bakal bertahan lama. Nyatanya, Babymetal bisa menjadi jembatan atau pintu masuk sehingga umat metal terus bertambah. Seperti kata seorang komentator, penonton konser Babymetal itu mulai dari metalheads cool yang cuma gondrong dan berkaos hitam, anak punk dengan spikes, hingga anak kecil beserta ibunya.

Album ini menegaskan lagi, berbagai crossover dimungkinkan untuk membuat metal menjadi musik tanpa batas. Batasannya adalah kreativitas. Sejauh kau kreatif, langit pun tak bisa membatasinya.

Tinggal lagi, kapan ya ada promotor yang mau membawa Babymetal ke Indonesia. Aku pastikan akan hadir di sana. Hail!...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun