Mohon tunggu...
Mahansa Sinulingga
Mahansa Sinulingga Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis yang tinggal di Bekasi dan bekerja di Jakarta.

Ikuti saya di blog mahansa.wordpress.com dan Twitter @mahansa.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Lima Podcast Menarik

28 Januari 2016   09:20 Diperbarui: 29 Januari 2016   00:39 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang sudah bukan zamannya media arus utama. Teknologi digital memungkinkan setiap orang menyuarakan pendapatnya. Dalam bentuk tulisan hingga video. Untuk mengaksesnya juga kini bisa dilakukan melalui ponsel yang selalu ditenteng. Singkatnya, orang lebih suka mendengarkan hal-hal remeh-temeh yang bisa diakses kapan saja ketimbang mengonsumsi media arus utama.

Hehe, agak ironis memang kalau orang media arus utama seperti aku ngomong begitu. Tapi memang kenyataannya seperti itu. Aku sendiri sekarang gemar menyimak informasi dari “media” yang dulu mungkin belum terpikirkan, podcast.

Lain waktu, aku mungkin akan menulis mengapa aku sekarang sudah semakin jarang membaca dan lebih suka mendengarkan podcast. Tapi, alasan praktisnya saja, setiap hari aku melaju (commuting) antara rumah-kantor. Dengan kondisi lalu-lintas yang parah saat ini, aku bisa menghabiskan waktu antara 1,5 jam hingga 2 jam di jalan. Cukup banyak down time yang kalau tidak diisi hal berguna akan sangat sia-sia. Nah, mendengarkan podcast ini menjadi cara untuk membuat waktu tetap produktif.

Kalau yang belajar komunikasi tentu tahu, media audio punya keunggulan lebih personal. Pendengar seakan-akan disapa langsung dan diajak ngobrol. Komunikasi jadi terasa lebih intim. Berbeda dengan mendengarkan radio konvensional, yang jadwalnya ditentukan stasiun radio, menyimak podcast membuat pilihan sepenuhnya berada di tangan kita. Seperti halnya mengikuti blog, kita dapat memilih topik dan podcaster favorit kita. Seperti aku bilang di atas, setiap orang kini bisa bicara tentang apa saja dan memublikasikannya—dalam hal ini melalui podcast.

Rata-rata podcast ini bisa diunduh dari Itunes. Tapi karena aku bukan umat Apple dan malas mengunduhnya dari komputer (lebih enak langsung di ponsel), jadi aku menggunakan doubleTwist. Buat pengguna Android, pilihan lain bisa juga menggunakan Stitcher, Podbean, atau Soundcloud. Terserah, mana yang paling mudah.

Oke, berikut adalah lima podcast yang sering aku dengarkan sembari melaju menembus kemacetan Ibu Kota.

Entre Leadership

Ini termasuk podcast yang pertama aku dengar. Namanya unik, kesannya profesional tapi tidak terlalu formal. Di keterangan singkat tentang podcast disebutkan bahwa podcast ini menyajikan wawancara dengan tokoh-tokoh kenamaan dunia bisnis dan pemasaran seperti Mark Cuban, Seth Godin, Jim Collins, dan banyak lagi. Setelah aku ikuti, podcast yang dipelopori Dave Ramsay ini persis seperti yang aku bayangkan. Host Ken Coleman memandu wawancara dengan mantap dan menyakinkan, tetapi cukup santai untuk didengarkan. Topik-topiknya biasanya praktis dan inspiratif, seputar UKM (small business), dunia kerja, dan pemasaran.

Tiap episode biasanya beranjak dari buku-buku yang ditulis para narasumber. Dari sini kemudian aku berkenalan dengan nama-nama seperti Michael Hyatt dan Gary Vaynerchuk, yang kemudian aku ikuti blog dan podcastnya. Atau Sally Hogshead yang bicara tentang fascinate sebagai alternatif MBTI yang langsung aku beli bukunya (menarik nih buat yang senang belajar tipe-tipe kepribadian). Dan masih banyak lagi. Agar tidak bosan, biasanya ada lebih dari satu segmen dan narasumber. Yang menarik, biasanya suka ada bonus resource gratis dari para narasumber yang bisa diunduh dari website. Taktik promosi sih, tapi tetap saja menyenangkan mendapatkan barang gratisan, hehe.

This is Your Life with Michael Hyatt

Seperti aku bilang, aku kenal Michael Hyatt karena mendengar wawancaranya di Entre Leadership. Dia ini mantan petinggi sebuah penerbitan buku kenamaan di AS. Dia meninggalkan dunia korporat untuk fokus menjadi bloger, penulis, dan pembicara. Bersama anaknya, dia mendirikan Platform University, semacam sekolah jarak jauh tentang bagaimana membangun “platform”. Kegiatan lain, dia juga pelayan aktif di sebuah gereja ortodoks. Jadi, jangan heran kalau dalam uraiannya dia acap terdengar religius.

Kalau pengen mengembangkan blog dan mengoptimalkan media sosial (Facebook, Twitter), Michael Hyatt bisa jadi sumber yang kaya dan menarik. Tapi, kesanku, semuanya too polished. Dirancang dengan baik, profesional, dan cenderung formal (walaupun Michael mencoba tampil lebih santai). Oya, podcast Michael juga bisa disimak dalam bentuk video di Youtube atau bahkan transkrip kalau pengen menyimak dalam bentuk tertulis. Aku sempat begitu tertarik sampai-sampai ikutan daftar di Platform University. Tapi, sekarang aku bisa menyimpulkan kalau banyak yang diutarakan Michael adalah hal-hal yang lazim atau sudah proven di dunia media sosial. Tapi tetap saja menyenangkan untuk menyimak kembali berbagai hal tersebut yang disajikan dengan baik.

The #AskGaryVee Show

Kalau pengen tahu tren terkini media sosial, nama satu ini tak boleh dilewatkan, Gary Vee. Ia boleh dibilang kutub yang berseberangan dengan Michael Hyatt. Aku pertama kali mendengar Gary Vee lagi-lagi di Entre Leadership. Aksen berbeda (aku tidak tahu, ini aksen orang mana) dan gaya bicara meledak-ledak Gary membuat aku terkesan. Yang lebih menarik, host Ken Coleman biasanya punya pertanyaan standar, buku apa yang sedang dibaca. Dengan enteng, Gary bilang kalau dia nggak pernah baca buku. Hahaha, Ken sampai sempat bingung. Tapi Gary memang tipe orang yang banyak bicara. Makanya dia nggak bisa duduk diam dan baca buku. Aku beli bukunya, Crush It! Kelihatan sekali, dia bukan “orang tulisan”, karena bahasanya seperti orang nyerocos.

Gary ini tadinya jualan anggur, melanjutkan usaha orang tuanya. Tapi kemudian dia membuat channel Youtube yang mengupas serba-serbi anggur. Dia berhasil menjadikan media sosial sebagai kendaraan untuk memperkenalkan bisnisnya. Dari situ, bisnisnya berkembang pesat. Dia kemudian mendirikan perusahaan konsultan media, semacam online strategist gitu. Menurut Gary, untuk mengembangkan bisnis sekarang setiap orang harus masuk di media sosial dan mengembangkan brand personality. Dia begitu rajin mengembangkan platformnya. Sama seperti Michael Hyatt, podcast Gary juga dapat disimak di Youtube. Dan memang akan lebih menarik karena Gary orangnya ekspresif. Kalau Michael segala-sesuatunya dirancang dengan baik, kalau Gary spontan dan apa adanya. Ada satu episode yang direkam di downtown New York. Eee, ternyata mereka ditegur polisi dan disuruh berhenti. Adegan itu terekam dan dibiarkan oleh Gary. Menarik.

Di podcast ini, setiap orang boleh bertanya tentang apa saja dan Gary akan menjawabnya. Pertanyaan bisa disampaikan melalui Twitter dengan mention @garyvee dan hastag #askgaryvee.

Just Japan Podcast

Kalau tiga podcast sebelumnya berkisar tentang bisnis, pemasaran, dan media sosial, podcast yang satu ini seputar apa saja tentang Jepang, dari sudut pandang seorang bule alias gaijin. Podcast ini dibikin oleh Kevin O’shea. Dari namanya, jelas keturunan Irlandia. Tapi dia berasal dari Kanada. Dia menikah dengan seorang Jepang dan akhirnya menetap di Kobe. Sehari-hari dia mengajar bahasa Inggris.

Aku ketemu podcast ini karena mencari-cari segala sesuatu tentang Jepang. Podcast ini unik karena O’shea bisa dibilang syor sendiri. Dia suka podcast yang panjang-panjang, jadi jangan kaget kalau durasinya bisa sejam lebih. Biasanya tiap episode akan ada tamu, lalu mereka akan membahas topik tertentu. Topiknya cukup unik, misalnya bagaimana kebiasaan pernikahan di Jepang. Jadi ternyata orang Jepang sekarang pengen kebule-bulean. Menikah dengan gaya bule di depan pastor, padahal bukan orang Kristen. Nah, ternyata itu menjadi “peluang kerja” bagi para gaijin. Mereka pura-pura jadi pastor dan memimpin acara pernikahan. Salah satu narasumber si Kevin seorang bule yang nyambi jadi pastor gadungan. Ceritanya sangat menarik.

Talking Metal

Hahaha, nggak perlu heran ya. Namanya juga selera. Makanya podcast ini juga masuk daftar. Dibawakan host Mark Strigl, podcast ini sudah berumur lebih dari 10 tahun. Yup, Mark sudah ngepodcast sejak 2005. Jangan heran kalau episode terbaru yang dipublikasikan akhir Januari ini adalah episode ke-582. Dalam kurun waktu selama itu, sudah banyak nama-nama beken di panggung metal yang diwawancara Mark. Dua di antaranya yang pernah aku tulis di blog sebelumnya yaitu drummer Def Leppard, Rick Allen, dan mantan duetnya Marty Friedman di Cacophony, Jason Becker.

Mungkin karena sudah berumur, rentang pengalaman Mark sudah sangat panjang. Tapi, dia banyak membahas band-band tahun 1980-an. Sebutlah, dia mewawancarai Paul Di’anno (Iron Maiden), Udo Dirkschneider (Accept, UDO), Joe Lynn Turner (Deep Purple, Yngwie Malmsteen, Rainbow), Ron Keel, hingga Michael Angel Batio. Mereka bicara tentang isu-isu yang dulu pernah memanas atau kejadian di konser tertentu. Sungguh menyenangkan mengingat kembali berbagai hal yang terjadi saat pangung metal sedang riuh-riuhnya. Yang membuat cerita menjadi lebih menarik karena sekarang orang-orang tersebut sudah tua. Banyak kisah terjadi, sebut saja seperti Jason. Wuah, benar-benar menyentuh.

So, mau ikutan denger podcast? Sila diinfo podcast favorit kamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun