Mohon tunggu...
Mahansa Sinulingga
Mahansa Sinulingga Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis yang tinggal di Bekasi dan bekerja di Jakarta.

Ikuti saya di blog mahansa.wordpress.com dan Twitter @mahansa.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Memilih Akses Internet di Jepang

13 Agustus 2015   08:39 Diperbarui: 4 April 2017   18:11 3811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oke, jadi masalahnya, solusi internet seperti apa yang paling tepat untuk di Jepang. Aku coba browsing-browsing. Yang paling enak tentu punya koneksi langsung di ponsel. Tidak perlu perangkat tambahan, langsung konek seperti biasa aja. Tapi, harus hati-hati. Salah-salah, tagihan bisa bengkak. Perhatikan baik-baik ketentuan roaming internasional operator Anda, atau cari tahu jika ada paket operator lain yang tersedia untuk itu. Seperti waktu ke Singapura dua tahun silam, kebetulan XL lagi punya penawaran lumayan menyenangkan. Detil harga dan paketnya aku lupa, tapi dengan paket yang lumayan terjangkau, aku sudah punya kuota tertentu yang cukuplah untuk liburan 4 hari di negara singa itu.

Tapi, tahun kemarin, aku punya pengalaman yang kurang menyenangkan menggunakan paket murah-meriah semacam itu. Kebetulan mendadak aku harus mengakses file-file kerjaan dan ternyata kuotanya sudah nggak cukup untuk kirim email dengan attachment. Jadi, terpaksa aku menggunakan paket roamingnya Indosat, buntut-buntutnya nggak hemat-hemat juga. So, ketimbang repot pakai paket dari operator lain, aku sudah mengintip-intip paket dari Indosat.

Ternyata, untuk Jepang, Indosat punya penawaran paket Rp 79.000 per hari, unlimited. Pilihan ini lumayan, tapi aku nggak tahu, unlimited itu dengan kecepatan seperti apa.

Pilihan lain, waktu mampir ke pameran wisata Jepang di Central Park beberapa waktu silam, ada penawaran pakai modem wireless ala-ala Bolt gitu di stan HIS Tour. Harganya kalau tidak salah sekitar Rp 400 ribu. Alat sudah bisa dibawa dari Indonesia, sehingga begitu tiba di Jepang dapat langsung dipakai. Cuma, aku belum menemukan informasi review layanan ini.

Review yang banyak aku temukan di Internet adalah menggunakan alat yang sama. Bedanya, kita pesan via internet dan diambil di kantor pos di bandara. Meski ngeri-ngeri sedap kalau ternyata tidak sesuai yang ditawarkan, aku nekat memesan modem dari Japan Wireless. Kebetulan dibandingkan sejumlah penyedia layanan sejenis lainnya, ini termasuk yang paling murah. Pikirku, kalaupun tidak sesuai yang diharapkan, aku masih bisa menggunakan paket Indosat sebagai cadangan.

Waktu ngecek di websitenya, ada pilihan menggunakan model yang 3G dengan kecepatan maksimal 21 Mbps atau model LTE dengan kecepatan maksimal 75 Mbps. Herannya, yang LTE punya batasan kecepatan akan turun jadi 128 kbps setelah penggunaan 10 GB, sedangkan yang model 3G tidak ada batasan ini. Berhubung penggunaan internetku tidak macam-macam, rasanya yang 3G sudah jauh dari cukup.

Cara memesannya cukup mudah. Tinggal memilih paket yang diinginkan, membayar pakai Paypal (aku jadi terpaksa membuka akun Paypal), dan menerima konfirmasi via email. Sempat jadi ragu-ragu, karena interface di websitenya kurang meyakinkan, tapi tampaknya untuk urusan pembayaran cukup secure lah. Terakhir, kita akan mendapatkan voucer yang harus diprint dan tinggal ditunjukkan waktu pengambilan barang. Kebetulan aku memilih untuk dikirimkan ke kantor pos bandara Kansai, Osaka. Selain itu, ada juga pilihan untuk dikirimkan ke hotel tempat kita menginap. Tapi, aku memilih untuk dapat mengambilnya begitu menginjakkan kaki di Jepang.

Urusan pengambilan sangat mudah. Aku cukup memberikan voucer dan petugasnya langsung mengambilkan modem pesananku. Kayaknya memang layanan ini sudah lazim sehingga petugasnya langsung paham gitu. Kantor pos di airport Kansai terdapat di lantai 2, di sisi selatan, dekat Family Mart.

[caption caption="Amplop untuk mengembalikan paket. Masukkan ke dalam dan cemplungkan ke dropbox di kantor pos mana saja."]

[/caption]

Kita menerima paket dalam amplop cokelat. Di dalamnya terdapat tas kecil berisi modem, charger, dan power bank. Kita cukup menghidupkan modem dan memasukkan password di gadget. Voila, gadget pun langsung terkoneksi. Begitu mudah dan praktis. Yang menyenangkan, modem ini bisa diakses oleh (maksimal) 5 gadget pada saat bersamaan. Jadi, meski harga per harinya lebih mahal ketimbang paket Indosat, tapi aku dan Icha dapat sharing sehingga biayanya lebih ekonomis ketimbang kami masing-masing mengambil paket dari Indosat.

Pengalaman kami selama empat hari di Jepang, sinyal relatif baik dengan kecepatan yang dapat diandalkan. Sinyal juga tidak hilang waktu kami naik Shinkansen dari Osaka ke Tokyo. Beberapa kali, Icha juga sempat menggunakan video call mengunakan Line dan dapat berjalan baik meski agak patah-patah. Tapi, suaranya dapat diterima dengan jelas. Untuk browsing dan akses Google Maps, sama sekali tidak ada masalah. Bahkan, dalam kereta bawah tanah (subway) saja masih ada sinyal. Jadi, overall, dengan harga yang kami bayar, layanan dan kemudahan yang kami terima cukup memuaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun