Mohon tunggu...
Mahameru Sdw
Mahameru Sdw Mohon Tunggu... Penulis - Cicurug, Sukabumi

Umur 20 tahun

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Wadas Beserta Analisis Lainnya

12 Februari 2022   05:00 Diperbarui: 12 Februari 2022   05:41 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka saya kira jika masyarakat disalahkan oleh pemerintah akibat ketidaktahuannya, menurut saya merupakan suatu kekonyolan. Jika diibaratkan seperti seseorang yang meludah, disini pemerintah meludahi wajahnya sendiri.

Akhir dalam kekhawatiran

Seperti gesekan batu yang terus di lakukan berkali kali bisa menimbulkan percikan api, bahkan tidak mustahil dari percikan itu terbuatlah nyala api.

Jika masyarakat merasa dirinya beberapakali dikecewakan tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti mereka bisa melakukan aksi besar besaran, sudah tentu aksinya berevolusi pada dosis yang lebih tinggi. Sebab akan ada saja masyarakat yang berdialektis dalam pergerakannya. Jika pemerintah tidak tembus dengan demonstrasi atau sangsi sosial di medsos, maka masyarakat bisa saja suatu saat nanti mencari cara alternatif lain agar di dengar oleh pemerintah sehingga masyarakat datang dengan aksi yang berbeda yang tidak disangka sangka oleh pemerintah.

Tidak mustahil berujung konflik antara masyarakat dengan pemerintah, jika memang pemerintah terbukti korup, konflik tersebut merupakan hal yang wajar karena masyarakat berusaha meraih hak nya sebagai warga negara, bahkan bisa disebut juga hal itu bukanlah suatu tindakan separatis melainkan nasionalis dengan syarat masyarakat benar - benar berjuang untuk terbebas dari keterkekangan pemerintah yang korup. Hal tersebut tak jauh berbeda dengan tindakan melawan penjajah yang dulu dilakukan para pahlawan demi menjemput proklamasi.

Mengambil semboyan Ganjar Pranowo "Tuanku ya rakyat, Gubernur cuma mandat!" hemat saya, kalimat yang syahdu dalam kuping demokrasi itu perlu direalisasikan, sehingga masyarakat benar - benar merasa dirinya diperhatikan. Maka tidak mustahil akan adanya keharmonisan antara masyarakat dan pemerintah yang berujung pada saling percaya dan saling membantu. Jangan sampai kalimat hanya sebatas indah dalam dimensi imajinatif saja, walaupun imajinasi sangatlah di junjung oleh Albert Einstein tapi akan jadi percuma jika imajinasi tidak sampai realisasi. Imajinasi yang tidak direalisasi tidak akan bisa merubah kerupuk yang sudah basi, menjadi Wagyu dan nasi.

Catatan kaki:

1. Tito Dirhantoro: Ternyata, Ini Proyek yang Bikin Desa Wadas Dikepung Polisi dan Puluhan Warganya Ditangkapi, Kompas TV, 9 Febuari, 2022. https://www.google.com/amp/s/www.kompas.tv/amp/article/260006/videos/ternyata-ini-proyek-yang-bikin-desa-wadas-dikepung-polisi-dan-puluhan-warganya-ditangkapi



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun