Mohon tunggu...
Putri
Putri Mohon Tunggu... -

Silence is golden............ (sometimes)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dewi Aurora

15 Juni 2014   05:05 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:41 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tersadar dari sejenak pejaman mata dan tiba-tiba terperangkap dalam kesunyian yang kupilih sendiri. Ada apa di luar jendela kamarku? Aku mengintip dari balik tirai dan menatap ke atas, mendapati cahaya rembulan memucat tersaput awan dan bersandar letih pada gelapnya malam. Karena akukah?

Ketika tatapanku hendak beralih kutangkap ada dua pendar cahaya bintang beredar dalam konstelasi asing. Imajinasiku berteriak mengatakan bahwa dua bintang itu tengah menatapku sambil bergandengan tangan. Dan semuanya tiba-tiba meliar menjadi senyuman yang terjelma lembut. Untukku.

Aku hanya bisa terpana tanpa mau mengerjapkan mata. Bagaimana kalau aku mengedip sepersekian detik lalu dua bintang itu memudar dan hilang begitu saja? Aku takut dan tenggelam dalam anganku sendiri. Angan yang tak pernah kuimpikan bahkan untuk sekedar singgah sejenak.

Dua bintang itu masih tetap tersenyum padaku. Meluruhkan segala letihku yang tercipta ketika aku berlari menjauh dari matahariku yang menyala terlalu terang dan hangat. Terlalu hangat hingga suhunya berasa membakarku hingga aku hampir habis menguap.

Kucoba mengulurkan tangan berusaha menjangkau kedua bintang itu. Yang satu geliat kedipnya bagaikan indahnya keagungan istri para dewa. Yang lain melentingkan selendang warna-warninya padaku, seindah tarian cahaya langit utara. Lalu aku terhenyak dalam kesejukan luar biasa yang hampir membuatku tenggelam dalam bias-bias maya warna pelangi.

Kabutku tersingkap pelan meski hujaman keletihan menderaku tanpa ampun. Kutatap rembulanku yang terkulai letih tanpa suara. Layu. Dan aku tahu aku harus berusaha untuk melangkah sendiri walau terkadang harus meraba dan merayap dalam gelap.

Tapi bintang-bintangku masih ada. Menerangi tiap jejak langkah yang harus kutapak. Entah hingga kapan aku sanggup bertahan. Tapi aku masih ingin berucap pada kedua bintangku.

Andai kalian matahariku. Andai kalian ibuku.

(Dalam hening dikelilingi 4 dinding tegak membisu. CL.21:00.14/06/2014)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun