Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Exposisi "Hitam Putih" Potret Kejujuran Sang Fotografer

28 Oktober 2020   12:04 Diperbarui: 28 Oktober 2020   19:10 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu potret Hitam Putih karya Goenawan Monoharto /Ft.repro: MahajiNoesa

Goenawan Monoharto, terjaga dengan Hitam-Putih kejujurannya/Ft: Mahaji Noesa
Goenawan Monoharto, terjaga dengan Hitam-Putih kejujurannya/Ft: Mahaji Noesa

Exposisi (Expo) atau pameran foto karya Goenawan Monoharto di Galeri De La Macca dibuka untuk umum sejak 22 Oktober dan akan berlangsung hingga 10 Nopember 2020. Menampilkan lebih dari 50 karya foto. Sesuai temanya yang puitik 'Terjaga', foto-foto dipamerkan merupakan foto-foto lama yang merekam gerak, mimik, ekspresi  para aktor di pentas-pentas seni dan pertunjukan budaya. Tampak hanya ada sebuah kursi santai di tengah ruang Galeri De La Macca, itupun diberi tanda cross merah terang. Sebagai sinyal untuk para pengunjung pameran foto di masa pandemi, hanya boleh berdiri menikmati foto yang ditata di sejumlah panel.

Karya foto yang ditampilkan semuanya masih merupakan produk tustel manual  menggunakan roll atau klise film yang harus terlebih dahulu dicuci klise, kemudian diafdruk di atas kertas foto untuk melihat hasilnya. "Ada seninya tersendiri memotret secara manual menggunakan roll film yang peka cahaya," tutur Gun yang ditangannya juga kini tak lepas menggenggam gawai berkamera digital.

MANAKIN, salah satu karya foto warna Goenawan Monoharto/Ft.repro: Mahaji Noesa
MANAKIN, salah satu karya foto warna Goenawan Monoharto/Ft.repro: Mahaji Noesa

Dari 50-an  karya foto Goenawan Monoharto yang ditampilkan dalam 'Terjaga' lebih dari 30 foto merupakan foto Hitam-Putih (Black White). Mengingatkan sebuah hasil foto Hitam Putih yang diserahkan Gun kepada saya tahun 90-an, momen saat melakukan rekreasi rame-rame di Pulau Samalona, depan Pelabuhan Makassar.

Lama saya membatin kenapa foto dengan latar panorama pulau dan laut yang indah dibuat dalam bentuk Hitam-Putih. Bukankan lebih baik dibuat dalam bentuk foto berwarna. Apalagi Gun saat itu saya ketahui  senang menggunakan roll film ASA 400. Tanya hampir sama meletup di dada ketika bersama mengikuti Ekspo Pariwisata Sulsel diselenggarakan IKSS di ITB Bandung masa Orba. Gun begitu percaya diri menampilkan puluhan foto alam, manusia dan budaya Sulsel dalam bentuk Hitam-Putih. Deg-degan terhenti tatkala melihat banyak pengunjung asyik menikmati yang Hitam-Putih itu.

"Foto Hitam-Putih terutama untuk merekam karakter wajah seseorang itu sulit  dimodif dimanipulasi, seperti hasil karya foto warna yang dapat berganti dalam banyak permainan warna untuk satu obyek foto. Karya Hitam-Putih adalah kejujuran, aplikasi jaman now pun sulit menggoyahkan," tandas Gun. Kemudian menunjuk sebuah foto warna karyanya berjudul 'Manakin'. "Ini salah satu hasil foto yang dapat memanipulasi manakin seperti potret manusia dengan permainan warna dan efek-efeknya. Bahkan dapat mengesankan lebih dari erotic, vulgar!" katanya. Oooiyaaa.... terus memotret, Gun!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun