Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ternyata Ada Gajah Kerdil Endemik Sulawesi di Soppeng

21 Juli 2017   21:08 Diperbarui: 22 Juli 2017   14:46 2590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Villa Yuliana yang berfungsi sebagai Museum Latemmamala di kota Watan Soppeng, ibukota kabupaten Soppeng (atas), dan fosil gading gajah temuan dari Lembah Walanae yang menjadi salah satu koleksi museum tersebut (bawah)/Ft: Mahaji Noesa

''Di gudang masih banyak fosil gajah purba temuan dari Lembah Walanae yang dikarungkan saja belum diberi label,''jelas Mastang, Juru Pelihara Rumah Informasi Kawasan Prasejarah Caleo. Tamatan SMA 2 Soppeng yang sejak tahun 2009 diangkat sebagai pegawai Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Makassar yang kini berubah nama menjadi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulsel, seorang diri bertugas melakukan buka tutup, merawat kebersihan lingkungan sekaligus sebagai guide bagi pengunjung di Rumah Informasi Kawasan Prasejarah Caleo.

Fosil temuan dari Lembah Walanae yang digudangkan, diinformasikan, tak hanya sebatas fosil gajah purba. Ada juga banyak fosil vertebrata jenis lainnya, seperti fosil kura-kura purba, fosil babi purba,  fosil ikan purba, fosil buaya purba, dan fosil beragam peralatan digunakan manusia purba.

Dari temuan fosil taring babi purba (Fr Caminus Celebochoerus heekereni) sepanjang 37 cm, berikut fosil rahang bawah, tulang paha, tulang pipih, gigi taring, dan tulang belikat, setelah direkonstruksi menunjukkan ukuran tubuh babi purba lebih besar dibandingkan babi yang ada sekarang. 

Villa Yuliana yang berfungsi sebagai Museum Latemmamala di kota Watan Soppeng, ibukota kabupaten Soppeng (atas), dan fosil gading gajah temuan dari Lembah Walanae yang menjadi salah satu koleksi museum tersebut (bawah)/Ft: Mahaji Noesa
Villa Yuliana yang berfungsi sebagai Museum Latemmamala di kota Watan Soppeng, ibukota kabupaten Soppeng (atas), dan fosil gading gajah temuan dari Lembah Walanae yang menjadi salah satu koleksi museum tersebut (bawah)/Ft: Mahaji Noesa
Dengan alasan lemari pamer yang terbatas, hanya ada 5 lemari pamer berukuran kecil sehingga masih cukup banyak temuan fosil berguna bagi kepentingan edukasi serta pengembangan ilmu pengetahuan (geologi dan paleontologi), tidak dipajang. Fosil-fosil tersebut bebannya berat sehingga membutuhkan lemari pajangan yang harus dibuat khusus dengan konstruksi kuat, tidak berupa lemari jualan pulsa seperti yang saat ini dipakai untuk memajang sejumlah fosil vertebrata di Rumah Informasi Kawasan Prasejarah Caleo.

Hingga sekarang Rumah Informasi Kawasan Prasejarah Caleo belum punya aliran listrik, tidak memiliki sumber air berupa sumur atau sumber air lainnya. Tak mengherankan jika toilet yang dibuat sebagai kelengkapan gedung yang tahun 1990 hingga 2016 bernama Museum Prasejarah Caleo, hingga saat ini pun tidak pernah difungsikan. ''Sering ada pengunjung mau pipis, terpaksa kita giring numpang ke toilet rumah-rumah penduduk yang ada di sekitar,'' kata Mastang.

''Masih perlu dibuat lebih atraktif dan komunikatif, sehingga temuan fosil-fosil vertebrata yang kini terpajang di lemari etalase,  tidak berkesan kaku seperti sekarang hanya bagai pajangan batu-batuan alam yang lusuh. Juga perlu ada ruang khusus pemaparan informasi up date kondisi kekinian Lembah Walanae dengan semua potensi dan alam lingkungannya'' Begitu komentar dari salah seorang mahasiswa dari Makassar ketika bersama berkunjung ke Rumah Informasi Kawasan Prasejarah Caleo, medio Juli 2017.

Temuan fosil-fosil hewan vertebrata oleh para ilmuwan peneliti nasional maupun internasional yang ada di Rumah Informasi Kawasan Prasejarah Caleo, kabupaten Soppeng, merupakan barang sangat berharga terutama berkaitan dengan kepentingan ilmu pengetahuan, bukti-bukti kehidupan fauna masa lampau yang perlu dipelihara, dijaga keawetannya, termasuk oleh masyarakat dunia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun