Tikus masih menyerang tanaman padi petani di kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, hingga penghujung tahun 2016. Tikus Melawan atau Tikus Menyerang. Mewai BalaoE,  begitu  kata petani  dalam bahasa Bugis di kecamatan Sajoanging dan Penrang yang kini  ribuan hektar sawahnya diserang hama tikus.
Hama tikus di kedua kecamatan bertetangga di pesisir pantai timur kabupaten Wajo tersebut justeru menyerang tanaman padi  Ase Bare’ (Bhs Bugis, berarti Padi Musim Barat) ketika baru mulai bertumbuh di bulan Desember 2016.
Langkah penyelamatan tanaman padi dari serangan hama tikus, para petani terpaksa harus mengeluarkan dana ekstra memagar keliling petakan sawah mereka menggunakan seng plat atau plastik karpet setinggi 35 – 40 cm.
Dalam perbincangan dengan sejumlah pengolah padi Ase Bare’ di desa Assorajang kecamatan Sajoanging memaparkan, bahwa dalam setiap hektar sawah mereka harus menyediakan dana sekitar Rp 6 jutaan untuk membeli dan memasang pagar seng plat untuk setiap hektar sawah.
Dalam hitungan mereka, jika tanaman padi dapat terselamatkan dari serangan hama tikus bakal diperoleh hasil minimal 4.000 kg gabah. Jika harga gabah masih seperti biasa Rp 4.000/kg, maka hasil kotor yang dapat diperoleh dari 1 hektar tanaman padi adalah Rp 16 juta.
Tak heran jika berkunjung ke hamparan persawahan yang kini sedang ditumbuhi padi di kecamatan Sajoanging dan Penrang, akan terlihat pemandangan unik petakan-petakan sawah berpagar seng plat atau plastik jenis karpet. Â Â
‘’Sawah dipagari, sesuatu perlakuan yang baru kali ini terjadi karena racun untuk membunuh tikus kini sepertinya tidak mempan lagi. Dulu kalau kita tebar racun tikus di sekitar sawah terlihat ada tikus yang mati, sekarang tebar racun tikus tetap ganas,’’ jelas Hamid, seorang petani penanam Ase Bare’ di Lawesso, Penrang.
Namun begitu, banyak petani di kecamatan Sajoanging dan Penrang membiarkan saja tanaman padinya digasak tikus. Selain tak memiliki dana untuk memagar sawahnya, mereka juga berpandangan bahwa pemagaran sawah menghindari hama tikus hanya akan sia-sia lantaran hujan tidak akan turun hingga Pebruari 2017 di hamparan Ase Bare’. Itu artinya, padi akan mati.
Musim Tanam Ase Bare’ di kedua kecamatan mulai Nopember 2016 bertepatan waktunya dengan deretan penanggalan arab, bulan-bulan yang dianggap baik melakukan hajat pernikahan di kalangan etnik Bugis, Sulawesi Selatan. Hingga jelang tutup tahun 2016 terlihat masih banyak undangan acara pengantin yang baru diedarkan di wilayah kecamatan Sajoanging dan Penrang.
‘’Mau percaya atau tidak, kenyataan selama ini jika masuk bulan-bulan Musim Kawin jarang hujan turun, meskipun dalam hitungan ilmu pengetahuan sudah masuk musim hujan. Di daerah Bugis sampai sekarang banyak orang pandai Mappanini Bosi atau pandai menahan agar tidak hujan di musim banyak acara perkawinan,’’ jelas Palingai, warga Raddae, Penrang.
Namun para petani yang telah memagari sawah-sawahnya agar tidak digerogoti tikus, tetap optimis hujan akan turun dalam bulan Januari 2017 untuk membasahi tanaman padi Ase Bare’ yang umumnya ditanam di lahan sawah tadah hujan di kecamatan Sajoanging dan Penrang.