Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengemis Ngesot Makassar yang Menggedor Rasa Kemanusiaan

17 Januari 2016   01:38 Diperbarui: 17 Januari 2016   20:16 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Pengemis ngesot ketika menyusur Jalan Jend Sudirman kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Pengemis ngesot merupakan sebutan yang dilekatkan oleh banyak warga di kota Makassar terhadap pengemis penyandang cacad tubuh buntung kaki sebelah atau keduanya. Mereka beroperasi mengemis di lokasi-lokasi keramaian umum, sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain menggunakan semacam kotak duduk beroda. Digerakkan manual dengan tangan bertongkat.

Beberapa tahun lalu saya tertarik dengan cerita miring mengenai salah seorang lelaki pengemis ngesot. Di lingkungannya, si pengemis diketahui warga sesungguhnya kedua kakinya tidak cacad, dapat berdiri dan berjalan normal. Tapi dia tak sungkan setiap hari berpura-pura, melipat kaki sebagai pengemis ngesot untuk mendapat pemberiaan uang belas kasih dari keramaian orang-orang yang beraktivitas di berbagai lokasi.

[caption caption="Salah seorang Wanita pengemis ngesot di pintu keluar sebuah SPBU di kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"]

[/caption]

Dari pengakuan si pengemis ngesot palsu tersebut, jika beroperasi siang hingga sore hari mendapatkan pemberian berupa duit minimal Rp 200 ribu. Ketika itu pengemis ngesot di kota Makassar masih terlihat di satu dua lokasi saja. Tidak seperti belakangan ini, para pengemis ngesot tak hanya dijumpai di tempat-tempat konsentrasi massa, seperti di sekitar pusat-pusat perbelanjaan, pasar, rumah-rumah sakit, SPBU, kawasan pertokoan, serta tempat-tempat lainnya yang ramai pengunjung. Pun, sudah banyak pengemis ngesot terlihat berpangkalan di tepi-tepi jalan poros kota Makassar.

Dari mana asal mereka, dan apa pasal sehingga populasi pengemis ngesot saat ini kian bertambah banyak di kota Makassar? Belum pernah terdengar ada keterangan maupun penjelasan valid tentang hal tersebut dari para pihak. Jumlah pastinya saja belum terdata di Dinas Sosial kota Makassar sebagai instansi berkompeten melakukan pembinaan, bantuan, bimbingan, rehabilitasi, dan pemberdayaan masyarakat terkait masalah sosial.

Di tengah maraknya kehadiran pengemis ngesot yang pergerakannya di ruang publik amat mengetuk iba, menggelitik rasa kemanusiaan, mulanya masih terbetik rasa curiga pertambahannya banyak disusupi pengemis ngesot palsu. Namun setelah melakukan pengamatan secara dekat dengan sejumlah pengemis ngesot di banyak lokasi di kota Makassar, ternyata mereka adalah saudara-saudara kita bangsa Indonesia yang benar-benar berkaki buntung, tak dapat berdiri atau berjalan tanpa bantuan atau menggunakan semacam alat bantu.

[caption caption="Pengemis ngesot di tepi poros Jl Urip Sumoharjo kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"]

[/caption]

Suatu pagi saya mengamati seorang lelaki pengemis ngesot bergerak dari arah timur Jalan Perintis Kemerdekaan depan kampus Universitas Hasanuddin. Dia ngesot menggunakan kotak kursi berodanya menyisir tepian jalan ke arah barat hingga sejauh lebih 3 kilometer. Dalam perjalanan ngesot ditempuh selama hampir satu jam tersebut, dia mendapat pemberian dari seorang pengendara sepeda motor selembar uang Rp 2.000. Lebih dua jam mengamati di tempat mangkalnya tepi poros Jalan Urip Sumoharjo, tak satu pun dari ramainya warga melintas berkendara terketuk rasa untuk mampir mengisi pundi rantang plastik yang diletakkan di sisinya.

Kemudian di lain hari, mengamati hampir 3 jam seorang wanita parubaya pengemis ngesot berpangkalan di jalan keluar sebuah SPBU di kota Makassar, tidak terlihat seorang pun yang melakukan pemberian. Ada rasa canggung untuk menanyakan langsung kepadanya, termasuk kepada pengemis ngesot lainnya tentang berapa jumlah rerata uang yang mereka peroleh dari pemberian warga setiap hari.

Wahai pemerintah kota Makassar, terasa bijak dan amat pengertian tidak melakukan penerapan tegas aturan melarang mengemis dan melakukan pemberian uang atau barang kepada pengemis ngesot di tempat-tempat umum. Sebagaimana adanya pasal larangan seperti itu dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Makassar No.8 Tahun 2008 tentang Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis dan Pengamen.

Harapan dari banyak warga, segera ada kepedulian sosial para pihak, kebijakan kemanusiaan dari pemerintah kota Makassar khususnya terhadap para penyandang cacad buntung kaki tersebut, agar dalam ketidakberdayaan fisik tidak mesti berjuang mempertahankan hidupnya dengan cara berkeliling ngesot, mengemis di ruang-ruang publik.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun