Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Dawet Ayu Luluhkan Cinta di Sulawesi Selatan

6 Januari 2016   23:53 Diperbarui: 7 Januari 2016   07:52 1563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Salah satu penjual Es Dawet Ayu di poros protokol Jl Urip Sumoharjo kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"][/caption] 

Es Dawet Ayu berlabel Asli Banjarnegara, sejak beberapa tahun terakhir tampak hadir dan diminati warga di kota Makassar.Para penjual jajanan rakyat asal Jawa Tengah tersebut mudah dikenali melalui gerobak penjualannya yang umumnya diberi asesori khas, gambar Petruk dan Gareng, tokoh punakawan dalam cerita pewayangan.

Gerobak penjualan Es Dawet Ayu bahkan kini sudah terlihat banyak berpangkalan di tepi-tepi jalan protokol yang ramai seperti di Jl Urip Sumoharjo hingga Jl Perintis Kemerdekaan kota Makassar.

Selain memakai gerobak ada juga yang berjualan Es Dawet Ayu menggunakan wadah dipikul, berpindah-pindah menjajakan jualannya dari satu tempat ke tempat lain.

[caption caption="jajanan rakyat Es Dawet Ayu Rp 5.000 per gelas/Ft: Mahaji Noesa"]

[/caption]

[caption caption="Ada gambar Petruk dan Gareng ciri khas penjual Es Dawet Ayu khas Banjarnegara/Ft: Mahaji Noesa"]

[/caption]

Dijual dengan harga Rp 5.000 per gelas, Es Dawet kini sedang laris manis di kota Makassar. ''Ya, kalau cuaca lagi panas terik setiap hari bisa dapat pembeli lebih dari Rp 300 ribu. Paling sedikit sehari laku Rp 200 ribu,'' jelas Amat, salah seorang remaja penjual Es Dawet Ayu di tepi trotoar depan Taman Makam Pahlawan Panaikang, kota Makassar.

Remaja putus sekolah setelah tamat SMP ini mengaku asal Purwokwerto, Jawa Tengah. Datang ke Makassar setahun lalu bersama beberapa temannya untuk berjualan Es Dawet Ayu. Mereka ngontrak rumah di komplek perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Makassar.

Penjual Es Dawet yang ada di sekitar Perumnas Tamalate, Makassar, dan di kota Sungguminasa, ibukota kabupaten Gowa, katanya, masih punya hubungan keluarga. Tapi Amat menggeleng tidak mengenal para penjual Es Dawet Ayu yang beroperasi di wilayah sepanjang Jl Cenderawasi, kecamatan Mariso, dan di Jl AP Pettarani dan sekitarnya di kecamatan Panakkukang, Makassar.

''Kami masing-masing datang berjualan Es Dawet Ayu dengan modal sendiri, tidak ada yang mensponsori. Demikian juga dengan pemasangan gambar Petruk dan Gareng di setiap gerobak atau bakul penjualan Es Dawet dilakukan atas kesadaran sendiri karena dari sononya, sejak dulu tanda penjual Es Dawet memang sudah begitu,'' jelas Amat.

Es Dawet Ayu sama dan serupa dengan jajanan Es Cendol yang juga sejak lama dikenal di wilayah Sulawesi Selatan. Terbuat dari tepung beras yang dimasak kemudian dicetak dibentuk menjadi semacam butiran-butiran seukuran cabai rawit. Butiran-butiran tersebut disajikan dengan tirisan cairan gula aren bersantan kelapa plus butiran es batu atau es kristal.

Warga di sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan dahulu sering menjadikan Es Cendol sebagai sajian pembuka atau menu pemanis dalam acara-acara seperti pesta perkawinan, selamatan, dan acara sukaria lainnya. Termasuk menjadi jajanan musiman, ramai dibuat dijual untuk menu buka puasa saat bulan Ramadhan.

Es Cendol ini juga pernah jadi jajanan khas musim panas yang banyak dijual di sejumlah daerah di Sulawesi Selatan dengan sebutan Es Cinta. Menunya, Es Cendol dicampur dengan tape beras. Rasanya khas. Cinta adalah akronim dari kata CINdolo dan TApe. Cendol dalam bahasa bugis disebut Cindolo.

Poros Es Cinta musim panas paling meriah di sepanjang jalan antara Rappang (kabupaten Sidrap) dengan Pinrang, ibukota kabupaten Pinrang. Tapi itu, dulu. Sekarang Es Cinta Sulsel luluh tidak sepopuler Es Dawet Ayu Banjarnegara yang mampu menerobos memenuhi selera warga hingga ke wilayah-wilayah perkotaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun