[caption caption="Inilah Pagoda di atas Vihara Girinaga di kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]Â
Belum banyak yang mengetahui jika kota Makassar, Sulawesi Selatan, kini juga telah memiliki Pagoda. Bangunan khas berbentuk menara untuk peribadatan Buddha 9 lantai dengan ketinggian lebih dari 30 meter tersebut berlokasi di Jl Gunung Salahutu II.
Dibangun tahun 2000, Pagoda di Jl Gunung Salahutu berada di tengah lingkungan pemukiman warga. Berhimpit satu lokasi dengan tempat peribadatan Gereja Toraja Mamasa Jemaat Moria Klasis Makassar. Sekitar 200 meter ke arah utara terdapat Gereja Isa Almasih Makassar Barat, dan di arah timurnya ada mesjid Mardekaya.
Sebenarnya, menurut Roy, pengurus Vihara Girinaga Makassar, Pagoda dengan elemen-elemen bangunan berwarna kuning keemasan hanya terdiri atas 5 lantai, mulai dari lantai 5, 6, 7, 8 hingga lantai 9. Sedangkan lantai 1, 2, 3 hingga lantai 4 itu merupakan Vihara Girinaga tempat persembahyangan umat Buddha di kota Makassar. Inilah satu-satunya Pagoda khas Indonesia dibangun berada di atas vihara.
[caption caption="Arca-arca Buddha di Vihara Girinaga/Ft: Mahaji Noesa"]
[caption caption="Buddha Rupang (patung) sliping Buddha Gautama di lantai 1 Vihara Girinaga/Ft: Mahaji Noesa"]
''Persembahyangan di tempat tertinggi sangat baik dilakukan menuju kedamaian bagi seluruh dunia dan semua mahluk,'' jelas Roy.
Selain arca-arca Buddha, di lantai 1 Vihara Girinaga terdapat Buddha Rupang (patung) Sliping Buddha Gautama berukuran besar. Patung Buddha Rupang seberat hampir 20 ton tersebut dibuat dari pahatan sebuah batu gunung gelondongan, membuat suasana ruang persembahyangan di Vihara Girinaga sejuk dan damai sebagai tempat berdoa dan bersujud bagi umat Buddha memohon perlindungan dan berkah dari kemuliaan Sang Buddha.
Vihara Girinaga juga tergolong salah satu tempat peribadatan berusia tua di kota Makassar. Awalnya dimulai tahun 1960 dengan membangun tempat ibadah sederhana terbuat dari rumah bambu bernama Sam Kaum Bio. Pembangunan dilakukan atas prakarsa Pendeta Buddha Tjeng Tjong Hai selaku Ketua Perkumpulan Sam Kauw Hwee suatu golongan Buddha tiga aliran -- Buddhisme, Taoisme, dan Kongfusionisme, yang dianut warga Cina yang ada di Makassar sejak tahun 1956.
Dalam perkembangannya, setelah tempat peribadatan Sam Kaum Bio dipermanenkan bangunannya tahun 1968, namanya pun diubah menjadi Vihara Tri Dharma yang telah dilengkapi ruang Dharmasala, ruang kantor, ruang perpustakaan, altar, dan taman bodhi. Tahun 1994, nama Vihara Tri Dharma kemudian diubah menjadi Vihara Girinaga.
[caption caption="Vihara Girinaga berhimpit dengan lokasi gereja Toraja Mamasa di Jl G Salahutu/Ft: Mahaji Noesa"]
[caption caption="Pohon Boddhi cangkokan dari India di depan Vihara Girinaga/Ft: Mahaji Noesa"]
Tempat peribadatan Vihara Girinaga sekaligus menjadi pusat penyebaran dan pendidikan agama Buddha di kota Makassar. Vihara ini punya Sekolah Minggu Buddhis (SMB) tingkat dasar dan menengah di Jl Gunung Salahutu II. Sejumlah Bikkhu ternama dari Thailand (Myammar) telah berkunjung ke vihara Girinaga yang mampu menampung persembahyangan hingga ribuan umat.
Menurut Roy, pohon besar yang tumbuh di depan Vihara Girinaga merupakan pohon Boddhi berarti Terang, berusia seumur dengan kehadiran vihara Buddha pertama di Makassar. Asal pohon tersebut, katanya, dicangkokkan langsung dari India.
Keberadaan Pagoda di atas Vihara Girinaga, seperti halnya kehadiran Klenteng Ibu Agung Bahari tahun 1737, Gereja Katedral sejak 1898, mesjid Arab, dan mesjid Kampong Melayu menjadi bukti monumental dari masa ke masa telah terjalin serta tercipta harmonisasi kehidupan antarwarga masyarakat internasional yang multietnik dan multiagama di kota Makassar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H