Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Penyebab Tangis Massal Tengah Malam Ramadhan di Mesjid Raya Makassar

12 Juli 2015   15:02 Diperbarui: 12 Juli 2015   15:02 2703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Suasana jamaah saat menanti pelaksanaan dimulainya Shalat Lail berjamaah di mesjid raya kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Sudah menjadi agenda tetap setiap 10 malam terakhir bulan Ramadhan, pengurus mesjid raya Kota Makassar melaksanakan shalat lail (malam) secara berjamaah. Dilakukan berturut sejak malam 21 Ramadhan hingga malam akhir Ramadhan, dimulai setiap pukul 01 (wita) setiap malam. Ribuan jamaah setiap Ramadhan tampak sangat khusyu’ mengikuti rangkaian pelaksanaan shalat lail berjamaah tersebut.

Shalat lail berjamaah yang biasanya berlangsung hingga lewat pukul 2 dini hari (wita) tak hanya diikuti oleh warga kota Makassar, tapi juga jamaah secara perorangan, keluarga, maupun dalam bentuk rombongan berdatangan dari berbagai kabupaten/kota lainnya di Sulawesi Selatan. Bahkan cukup banyak jamaah bersama keluarganya secara khusus datang dari provinsi lain di Indonesia untuk mengikuti shalat lail berjamaah di mesjid raya kota Makassar.

Untuk pelaksanaan shalat lail berjamaah 10 malam terakhir Ramadhan tersebut, panitia Ramadhan mesjid raya kota Makassar tampak harus bekerja ekstra terutama berkaitan dengan urusan keamanan dan pemeliharaan kebersihan mesjid berlantai dua, serta penyediaan air bersih di ruang wudhu dan MCK. Masalahnya, banyak warga terutama yang datang dari luar kota menjadikan mesjid raya sebagai tempat beritikaf siang hari, sekaligus tempat nginap selama 10 malam terakhir ramadhan untuk mengikuti shalat lail berjamaah.

Terdapat 5 rangkaian shalat sunat yang dilakukan dalam pelaksanaan shalat lail berjamaah yang dipimpin langsung oleh imam mesjid raya kota Makassar. Pelaksanaan shalat lail dimulai dengan melakukan shalat tahajjud secara berjamaah sebanyak 8 rakaat, 4 x 2 rakaaat, salam setiap 2 rakaat. Sebelum dimulai, lampu penerangan mesjid diredupkan membuat suasana tengah malam yang  hening di antara ribuan jamaaah yang terdiri atas laki-laki dan perempuan dewasa, remaja dan anak-anak.

Setelah shalat sunat tahajjud, dilanjutkan dengan shalat tasbih 4 rakaat, 2 x 2 rakaat, salam setiap dua rakaat. Setiap  gerakan (duduk, ruku dan sujud) dalam shalat sunat tasbih ini, sesuai tuntunannya jamaah membaca tasbih (Subhanallaah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallaah, wallahu akbar) sebanyak 10 kali. Kecuali pada saat berdiri sebelum ruku bacaan tasbihnya dilakukan sebanyak 15 kali. Total bacaan tasbih sebanyak 300 kali dalam 4 rakaat.

Usai iman membaca doa di akhir shalat sunat tasbih, dilanjutkan dengan melaksanakan shalat sunat taubat berjamaah sebanyak 2 rakaat. Di akhir shalat sunat taubat, sesudah salam kembali dilakukan sujud dan dianjurkan membaca doa yang pernah diucapkan Nabi Yunus saat  ditelan dalam perut ikan, yaitu: Laa ilaaha illaa anta, subhanaka innii kuntu minadz dzalimiin berulang sebanyak 41 kali.

Dalam saat seperti inilah keheningan shalat lail berjamaah setiap malam selama 10 malam terakhir Ramadhan lantas selalu pecah dengan isak dan tangis dari ribuan jamaah yang sujud di lantai 2 mesjid raya kota Makassar. Tak jarang di antara jamaah ada yang hingga menangis meraung. Apa pasal hingga itu terjadi?

Dalam tuntunan secara lisan maupun tulisan yang diberikan kepada jamaah pengikut shalat lail berjamaah, bahwa saat sujud tambahan setelah melakukan shalat sunat taubat sembari membaca secara berulang melafazkan doa Nabi Yunus tersebut, jamaah dianjurkan mengenang, mengakui dan menyesali semua perkataan, perbuatan atau sikap tak pantas atau tidak terpuji yang pernah dilakukan terhadap Allah SWT maupun terhadap sesama manusia, terutama kepada kedua orang tua. Isak tangis penyelasan itu spontan dapat terjadi secara massal juga dapat menjadi gambaran manusia pada umumnya tak luput dari segala khilaf dan salah.

Suasana isak tangis penuh penyesalan memohon ampunan dari Allah SWT tersebut,  kemudian kembali hening dengan dilakukan shalat sunat hajat berjamaah 2 rakaat. Dalam sujud terakhir shalat sunat hajat ini berlangsung agak panjang, karena sesuai tuntunannya jamaah  dinyatakan dapat memohonkan dalam hati segala hajatnya kepada Allah SWT. Sekurang-kurangnya memohon 3 hal, dipanjangkan usia agar dapat lebih banyak beribadah dan berbakti kepada sesama karena Allah. Mohon dilapangkan rezeki untuk menunjang ibadah, dan mohon dijauhkan dari segala malapetaka, bencana dan fitnah yang dapat menggoyahkan iman.

Rangkaian shalat lail berjamaah selama 10 malam terakhir Ramadhan ditutup dengan shalat sunat witir 3 rakaat, disertai doa qunut. Lampu-lampu mesjid pun kembali menyala terang. Wajah-wajah jamaah setiap usai shalat lail berjamaah umumnya tampak segar dan cerah bagaikan rona wajah para pemenang dari suatu perlombaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun