Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Hizbut Tahrir Sultra Kritik Keras Kebijakan Jokowi

12 April 2015   18:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:12 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_360361" align="aligncenter" width="480" caption="Spanduk HTI Sultra di depan mesjid Tempat Pelelangan Ikan (TPI) kota Kendari/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]


Akan ada tabliq akbar dengan dua topik pada Ahad, 26 April 2015 (7 Rajab 1436 H) bertempat di mesjid agung Al Kautsar, kota Kendari. Topik pertama: ISIS dan Khilafah Islamiyah dalam Pandangan Islam, dilaksanakan mulai pukul 08.30 wita dengan pemateri Al-Ustadz Lukman bin Muhammad Ba’abduh. Dilanjutkan topik kedua: Menyingkap Kebatilan Agama Syi’ah dimulai pukul 14.00 wita hingga selesai, pemateri Al-Ustadz Faishal Mahri,Lc. Penyelenggaranya adalah Ma’had Minhajus Sunnah Kendari.

Informasi ini saya dapatkan melalui booklet da’wah Al-Ilmu yang sengaja dibagikan kepada jamaah Jumat, 10 April 2015 (21 Jumadil Akhir 1436 H) di mesjid agung Al-Kautsar. Booklet yang diterbitkan pihak pondok pesantren Minhajus Sunnah, kelurahan Rahandouna, Kendari, seperti halnya buletin Jum’at Alkautsar, danbuletin dakwah Al Islam terbitan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sulawesi Tenggara (Sultra), setiap hari Jumat selalu hadir dibagikan secara gratis kepada jamaah di mesjid Al Kautsar.

Tertarik dengan catatan ada kata sambutan dari Gubernur Sultra, Kapolda Sultra, dan Dan Rem 143 Halu Oleo, semalam saya lantas menyimak isi booklet da’wah Al-Ilmu terbitan Jumat, 10 April 2015 yang saya bawa pulang dari mesjid Al Kautsar. Menarik, bukan karena judulnya yang terasa agak serem: ISIS, Al-Qaedah, dan Berbagai Aliran Khawarij lainnya Bahaya Laten Terhadap Islam dan Umat Islam. Akan tetapi penjelasan tentang orang-orang Khawarij (baca: teroris) di Iraq yang mendeklarasikan Khilafah Islamiyyah sebagai ganti dari ad-Daulah al-Islamiyyah fi al-Iraq asy-Syam (DAIS) atau Islamic State in Iraq and Syam (ISIS).

Sebelum kemunculan ISIS, dijelaskan, didahului kehadiran al-Qaedah pimpinan Usamah bin Laden. Ada juga gerakan Front Pembelaan Jabhatun Nushrah, Ikhwanul Muslimin (IM) serta berbagai gerakan yang berideologi dan berprinsip Khawarij. Di antaranya menganggap masyarakat muslim kini telah menjadi masyarakat jahiliyyah, murtad atau kafir. Gerakan-gerakan tersebut tak segan melakukan teror dan pertumpahan darah untuk mendirikan Daulah Islamiyya atau Khilafah Islamiyyah

1428836143902051559
1428836143902051559
Booklet dakwah Al-Ilmu terbitan pondok pesantren Minhajus Sunnah, Rahandouna, kota Kendari/Ft:Mahaji Noesa
1428835288608988496
1428835288608988496
Inilah sejumlah buletin dakwah Al-Islam produk HTI Sultra/Ft:Mahaji Noesa

Penyebutan kata Khilafah Islamiyyah membuat teringat kepada organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang belakangan begitu gigih menyuarakan penegakan sistem ketatanegaraan Indonesia berdasarkan Syariah dan Khilafah. Bahkan dalam tulisan ‘Surat untuk Indonesia’ yang diterbitkan melalui buletin Al Islam edisi 27 Maret 2015 (6 Jumadul Tsani 1436 H) yang juga ikut disebarkan kepada khalayak umum dalam bentuk lembaran khusus oleh HTI DPD I Sultra, dengan tegas diserukan negeri harus diselamatkan dengan syariah dan khilafah. ‘’Save Indonesia with Sharia and Khilafah, Selamatkan Indonesia dengan Syariah dan Khilafah,’’ tulisnya.

Alasannya, antara lain, demokrasi yang selama ini dipercaya sebagai sistem politik terbaik mewadahi aspirasi rakyat, kenyataannya bohong belaka. Rakyat hanya diperhatikan saat kampanye atau sebelum pemilihan. Setelah terpilih anggota legislatif, kepala daerah, dan bahkan presiden, lebih memperhatikan para penyokongnya. Lahirnya UU liberal, dan lembeknya pemerintah di hadapan perusahaan asing seperti Freeport, disebut sebagai bukti nyata diabaikannya aspirasi rakyat serta ketundukan pemerintah pada kekuatan para cukong di dalam dan di luar negeri.

Keputusan rezim Jokowi – JK bergegas menaikkan harga BBM, memberlakukan liberasi Migas secara total, mencabut subsidi BBM dan menetapkan sesuai dengan harga pasar, juga ditunjuk sebagai bukti kebijakan yang sangat sarat kepentingan asing. Diperkirakan melalui kebijakan ini perusahaan Migas asing dapat meraih untung hingga Rp 150 triliun setiap tahun.

Sebelum ditulisnya ‘Surat untuk Indonesia’, buletin dakwah Al-Islam terbitan HTI DPD I Sultra telah menerbitkan tulisan-tulisan berkaitan, masing-masing berjudul : Pejabat ‘Saling Sandera’ Rakyat Makin Sengsara (Al-Islam edisi 30 Januari 2015), PT Freeport Dimanjakan, Rakyat Dirugikan (Al-Islam edisi 6 Pebruari 2015), Kebijakan Kapitalistik Penyebab Utama Harga-harga Naik (Al-Islam edisi 13 Maret 2015), dan sejumlah tulisan lainnya.

Dalam beberapa tulisan di Al Islam, tak sungkan materinya melancarkan kritik keras terhadap pemerintah Indonesia dalam kepemimpinan Presiden Jokowi. Bahkan dapat dikatakan secara terang-terangan ‘menantang’ kebijakan pemerintahan Jokowi – JK. ‘’Pemerintahan Jokowi mengklaim akan mewujudkan Tri Sakti. Butir keduanya mandiri atau berdaulat secara ekonomi. Namun faktanya, di hadapan PT Freeport saja pemerintah tak berdaya. Alhasil, kemandirian atau kedaulatan ekonomi hanyalah omong kosong……Syariah Islam sudah memberikan aturan dan panduan yang jelas dalam pengelolaan SDA. Lebih dari itu, dengan menegakkan syariah Islam secara menyeluruh, keberkahan akan benar-benar melimpahi negeri dan penduduknya dari segala arah’’(Al Islami, hal 2, edisi 6 Pebruari 2015).

Tajamnya tulisan kritik pihak HTI DPD I Sultra khususnya yang terbaca melalui buletin dakwah Al-Islam, saya menjadi paham setelah membaca postingan Agus Trisa di Kompasiana, 11 April 2015 berjudul Kritik-kritik Hizbut Tahrir. Dalam penjelasannya, ternyata Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik yang memperjuangkan kembalinya kehidupan Islam di bawah naungan khilafah Islam. Melancarkan kritik kebijakan dan perilaku politik para pemimpin politik, bukan pada individu-individunya. Dengan pemahaman perubahan masyarakat hanya akan terjadi dengan terjadinya perubahan pemikiran, perasaan, dan sistem yang dianut oleh suatu masyarakat.

Hari Ahad, 17 April 2015 HTI DPD I Sultra akan mengadakan Rapat dan Pawai Akbar bertajuk ‘Bersama Umat Tegakkan Khilafah’ di lapangan Eks MTQ kota Kendari, bersama Ustadz HM Harry Moekti.

Saya belum punya referensi lengkap tentang partai politik terkini di Indonesia, termasuk belum tahu persis apakah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sudah resmi termasuk salah satu Parpol berbasis Islam di negeri ini. Pastinya, secara konstitusional hingga saat ini landasan falsafah negara Indonesia adalah Pancasila. Titik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun