Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pesona 3 Pantai Berpasir di Pesisir Laut Banda

20 Maret 2015   07:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:24 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panorama perkampungan suku Bajo di Selat Nambo/Ft: Mahaji Noesa

Terdapat tiga obyek wisata pantai berpasir jadi favorit kunjungan warga kota Kendari untuk berekreasi di hari-hari libur. Obyek tersebut masing-masing memiliki pesona keindahan alampesisir Laut Banda. Dua obyek yaitu Pantai Kassilampe dan Pantai Nambo lokasinya berada di kota Kendari. Sedangkan yang satunya, Pantai Batu Gong masuk wilayah administratif kabupaten Konawe yang berbatasan di bagian utara wilayah kota Kendari.

Jika suatu waktu anda ke kota Kendari, ibukota provinsi Sulawesi Tenggara, tidak sulit mendapat petunjuk dan kendaraan tumpangan ke lokasi rekreasi pantai tersebut. Selain semua taksi kota stand by untuk mengantar, para tukang ojek yang bertebaran di penjuru kota Kendari umumnya akrab dengan ketiga obyek dan dengan senang hati akan sedia digunakan jasanya mengantar ke lokasi.

Kassilampe

Permandian alam pantai Kassilampe terletak hanya sekitar 4 kilometer dari Kota Lama Kendari. Sepanjang hari tersedia angkutan kota Petepete jenis mikrolet dengan tarif Rp 5.000 per orang. Jika menumpang motor ojek yang banyak berpangkalan di lokasi Kota Lama depan Pelabuhan Nusantara dan sekitarnya hingga Kassilampe Rp 10.000 per orang. Hanya sekitar 5 menit perjalanan dari Kota Lama apabila berkendara taksi kota sudah dapat sampai di Kassilampe.

Perjalanan mencapai lokasi terbilang singkat tapi punya sensasi tersendiri melalui jalan berliku di lereng bukit, menyusur pesisir Teluk Kendari, melewati sejumlah tanjakan serta penurunan. Jalur Kota Lama – Kassilampe melewati dermaga kapal-kapal motor pelayaran rakyat yang kebanyakan warga Kendari menyebutnya sebagai Pelabuhan Kapal Wanci, lantaran kapal-kapal motor dari Pulau Wanci (kini kabupaten Wakatobi) yang sebelumnya banyak menambat di pelabuhan ini.

14268100511975469119
14268100511975469119
Pantai Kassilampe di mulut Teluk Kendari/Ft: Mahaji Noesa

1426810196742651915
1426810196742651915
Nikmatnya di Pantai Kassilampe menyaksikan lalu lalang berbagai jenis kapal masuk keluar Teluk Kendari/Ft: Mahaji Noesa

14268104761406400892
14268104761406400892
Bermandiria di pantai Kassilampe/Ft: Mahaji Noesa

Ada mesjid raya pertama di kota Kendari yang berdiri di atas sebuah bukit dengan view panorama laut Teluk Kendari. Gunung Kelor di sebelahnya padat dengan pemukiman penduduk dibangun bersusun mengikuti lereng bukit. Suatu panorama spekta sebagai ciri pemukiman rakyat mengikuti alur-alur bukit di Kota Lama Kendari.

Menikung ke arah timur dari jalan di lereng Gunung Kelor akan dijumpai sebuah asrama militer yang konon sudah dibangun tahun 1932. Di bagian belakang arah utara asrama ini terdapat pemukiman padat Kampung Salo, pemukiman yang sejak masa penjajahan Belandadihuni oleh mayoritas warga asal Pulau Jawa.

Kendari Caddi dan Kampung Butung, pemukiman penduduk lainnya yang juga harus dilewati sebelum tiba di Kassilampe. Kedua pemukiman ini awalnya dihuni mayoritas warga beretnis Bugis, Sulawesi Selatan. Entah siapa memberi nama, yang pasti penamaan Kassilampe berasal dari bahasa Bugis yang berarti Pasir Panjang.

Kassilampe inilah obyek rekreasi pantai pertama di kota Kendari, dibuka olehpemerintah provinsi Sulawesi Tenggara setelah mulai berotonomi melepas diri dari provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulselra) tahun 1964. Mulai dikembangkan dalam masa kepemimpinan Edi Sabara sebagai gubernur ketiga provinsi Sultra.

Menurut warga sekitar Kassilampe, tahun 70-an ketika lokasi permandian ini mulai ditata serta diubah namanya menjadi Pantai Maya Ria, setiap minggu selalu dipadati pengunjung dari berbagai penjuru kota Kendari. Digambarkan seringg pasir pantai hampir tak terlihat dipenuhi pengunjung. Tapi seiring dengan perkembangan kota dengan terbukanya sejumlah tempat rekreasi pantai lainnya di kota Kendari dan sekitarnya, Kassilampe bukan lagi jadi pilihan utama. Hanya jelang hari-hari libur panjang sekolah, jelang memasuki puasa ramadhan atau sesudah lebaran idul fitri setiap tahun pantai ini tampak dipadati pengunjung. Hari-hari libur biasa pengunjungnya, katanya, biasa-biasa saja.

Namun begitu, sejumlah pedagang kaki lima menyatakan, jika hari cerah dan air laut pasang, pagi, siang atau sore hari ada saja pengunjung yang datang perorangan, bersama rombongan atau keluarga berenang merendam diri di pantai berpasir putih sepanjang sekitar 500 meter di mulut Teluk Kendari tersebut.

Dari pantai Kassilampe dapat disaksikan panorama Laut Banda yang terhampar luas bagai tak berbatas, termasuk di pesisir pantainya dapat merasakan goyangan gelombang laut terdalam di dunia tersebut. Dari pantai Kassilampe para pengunjung dapat menyaksikan pergerakan berbagai jenis kapal motor yang tak pernah sepi keluar masuk Teluk Kendari dalam jarak yang cukup dekat. Lantaran dekatnya, terlalu sering terlihat adegan para penumpang kapal yang lewat saling menggoda saling melambaikan tangan dengan pengunjung yang berenang atau bersantai di pantai Kassilampe. Pelabuhan Peti Kemas yang belum dimanfaatkan di Pulau Bungkutoko terlihat jelas di seberang depan pantai Kassilampe.

Tarif masuk ekonomis, termasuk untuk biaya parkir kendaraan, sewa ban pelampung, serta sewa cottage. ‘’Bisa sewa per jam, bisa sewa per hari, sering ada juga yang bermalam di kotek,’’ jelas seorang petugas pantai.

Nambo

Dibandingkan dengan Kassilampe, obyek wisata pantai pasir putih Nambo yang ditangani langsung pihak pariwisata Pemkot Kendari tampak lebih tertata. Hal itu terlihat dari suasana lingkungan dan pemeliharaan kebersihan pantai. Termasuk ketersediaan fasilitas untuk kenyamanan pengunjung, gazebo, penginapan, air bersih, warung dan resto.

Dengan areal pantai yang cukup luas, memungkinkan berbagai event dilaksanakan pihak pemerintah maupun swasta di lokasi pantai wisata Nambo. Tanggal 11 – 12 April 2015 nanti misalnya, pihak pariwisata kota Kendari akan menggelar Festival dan Ekspo Nambo dengan beragam acara di Pantai Nambo.

Di pantai ini juga para pengunjung sambil bersantai, bermain menyusur pasir pantai atau berenang berendam diri menikmati hangatnya suhu air dari samudera lepas Laut Banda, dapat menyaksikan berbagai jenis kapal yang melintas dalam pelayaran datang dan pergi ke arah pantai timur provinsi Sulawesi Tengah, serta pelayaran kapal untuk jalur Teluk Kendari – Pulau Muna dan Pulau Buton. Termasuk dapat melihat sesayup aksi para nelayan dengan beragam cara dan armadanya melakukan penangkapan ikan di laut lepas. Bagi pengunjung yang menginap dapat menyaksikan perguliran indah matahari terbit dari laut lepas di arah timur saat pagi hari.

1426810726452496932
1426810726452496932
Suasana teduh Laut Banda dari muara Selat Nambo/Ft: Mahaji Noesa

Perjalanan dengan transportasi darat menuju lokasi Pantai Nambo dapat dilakukan dari berbagai arah kota Kendari. Sekalipun belum tersedia jalur angkutan kota langsung dari pusat kota Kendari, angkutan sejenis taksi dan bus carteran dapat mencapai lokasi yang berada di jalur jalan kualitas hotmix ke arah Moramo dan Kolono, kabupaten Konawe Selatan (Konsel). Jaraknya sekitar 10 km dari pusatperdagangan Wuawua kota Kendari.

Sekarang ini para pengunjungjalur darat dari pusat kota Kendari ke Pantai Nambo yang terletak di kecamatan Abeli arah timur kota, dapat melalui Jembatan Kuning lalu melintasi Pulau Bungkutoko keluar di jembatan yang menghubungkan Nambo – Bungkutoko. Melaluijalur ini dapat menyaksikan kehidupan masyarakat pulau, juga sensasi suasana perkampungan dan aktivitas nelayan masyarakat suku Bajo di pesisir Selat Nambo.

1426811052298249017
1426811052298249017
Pantai pasir putih Nambo/Ft: Mahaji Noesa

14268112291616752805
14268112291616752805
Gazebo atau lapak untuk pengunjung di pantai Nambo/Ft: Mahaji Noesa

Melalui jalur laut Teluk Kendari perjalanan dapat lebih cepat mencapai lokasi Pantai Nambo. Hanya saja para pengunjung umumnya tak mau mengambil risiko dengan menumpang alat penyeberangan model Pappalimbang atau Jhonson yang kini tersedia di lintasan Teluk Kendari. Salah satu kelemahan terlihat, Pemkot Kendari belum mampu menghadirkan model transportasi semacam bus laut yang aman dan nyaman bagi warga di kota yang tumbuh mengelilingi teluk seluas lebih 10 km persegi.

Batu Gong

Batu Gong merupakan nama sebuah desa di kecamatan Lalonggasumeeto kabupaten Konawe. Berjarak sekitar 25 km dari Bundaran Mandonga kota Kendari, masuk melalui jalur Alolama yang telah beraspal mulus ke arah kelurahan Labibia. Namun demikian nama Batu Gong cukup akrab dengan warga kota Kendari. Maklum, dahulu desa ini masuk wilayah kota Kendari sebelum dilakukan pemekaran pembentukan kabupaten Konawe. Lagi pula di desa inilah terletak pantai Batu Gong, obyek wisata pantai berpasir putih sepanjang lebih 5 km menghadap Laut Banda.

Gunung-gunung batu bak memagar di ujung selatan pantai Batu Gong umumnya berongga akibat dahsyatnya hantaman gelombang Laut Banda selama puluhan tahun terutama di musim timur. Salah satu batu di mulut sebuah rongga batu apabila terhempas gelombang mengeluarkan bunyi dan bergema bagai gong yang ditalu, sehingga dinamakan pantaiBatu Gong.

Akan tetapi itu cerita lama. Batu tersebut sudah tidak ada, kecuali gunung batu pesisir yang berongga bagai goa-goa purba. Menurut Amirun, salah seorang warga Batu Gong, batu bergaung di mulut rongga sudah hancur lantaran selama ini selalu diketuk secara kasar oleh pengunjung.

Selain hamparan pasir yang terbentang memesona bagai permadani putih di pantai Batu Gong, sejumlah warga mengakui kini tak terlihat ada penataan lingkungan pantai yang lebih apik dibandingkan ketika pantai masih dikelola Pemkot Kendari.

14268114251743089050
14268114251743089050
Pantai pasir putih Batu Gong/Ft: Mahaji Noesa

1426811646620583088
1426811646620583088
Di lokasi ini batu bergaung bagai bunyi tabuhan gong yang telah hancur/Ft: Mahaji Noesa

Pantai dalam penanganan Pemkab Konawe sekarang, di dalamnya terdapat banyak lapak milik warga dipersewakan. Demikian halnya beberapa rumah penginapan serta warung. Namun lapak dan penginapan lebih banyak melewati hari sepi tanpa penghuni lantaran pengelolaan obyek yang masih terbilang tradisional. Tak terlihat program melakukan event-event yang dapat menarik banyak pengunjung ke lokasi, selain berharap kunjungan di hari-hari libur istimewa, seperti menyambut pergantian tahun, liburan sekolah, hari-hari jelang memasuki ramadhan (bulan puasa) atau setelah Hari Raya Idul Fitri. Pada hal Perda Pemkab Konawe ada mematok pungutan retribusi masuk kawasan wisata Rp 10.000 - Rp 15.000 per orang. Banyak WC dan kamar bilas air tawar di Pantai Batu Gong terlihat kumuh bahkan hingga ditumbuhi benalu parasit lantaran lama tidak terpakai.

Menuju pantai Batu Gong juga dapat dilakukan dari jalur Kota Lama Kendari melawati lokasi Pantai Kassilampe terus ke arah Mata, Toronipa dan Soropia. Jalannya beraspal mulus. Hanya saja jarak tempuhnya lebih dari 30 km. Sepanjang poros ini dapat disaksikan perkampungan Suku Bajo di pantai timur Konawe. Bagi yang ingin menikmati paduan panorama hutan, tebing dan pesisir pantai, jalur alternatif ke pantai Batu Gong tersebut akan memberikan kepuasan tersendiri .

Video Pantai Kassilampe:
http://youtu.be/oH5afEnRqoI

Video Pantai Batu Gong:
https://youtu.be/czC_swmByi8

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun