Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ini Rahasia Pelabuhan Rakyat Rumbarumba Tak Terpengaruh Kenaikan BBM

31 Maret 2015   23:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_358486" align="aligncenter" width="480" caption="Pelabuhan nelayan di desa Rumbarumba, Kolono Timur, kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara juga berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Tarif penyeberangan di pelabuhan rakyat desa Rumbarumba kecamatan Kolono Timur, kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra), belum terpengaruh naik mengikuti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) per Maret 2015. Bahkan ongkos penyeberangan untuk perahu motor carteran kini lebih murah.

Pelabuhan rakyat sederhana berkonstruksi kayu yang dibangun oleh pemerintah kabupaten Konsel sejak tiga tahun lalu, awalnya diperuntukkan sebagai pelabuhan bagi armada nelayan desa Rumbarumba serta nelayan sejumlah desa di pesisir Teluk Kolono, Konsel. Tapi kini seiring dengan banyaknya permintaan banyak nelayan memodifikasi armada mereka sebagai motor penyeberangan mengangkut penumpang dan barang ke pelabuhan Laeya, kabupaten Buton Utara (Butur).

Saat mulai beroperasi tiga tahun lalu, sekitar 8 km di arah timur pelabuhan rakyat ini juga mulai dilakukan pembangunan pelabuhan feri lintas Longgapulu (Desa Amolengu, Kolono Timur) – Labuang Bajo, kecamatan Ereke, kabupaten Butur. Di sisi lain, pun digenjot perbaikan sekaligus pembangunan jalan sepanjang 103km menghubungkan kota Kendari, ibukota provinsi Sultra dengan pelabuhan feri Longgapulu.

Jalanan mulus yang dibuat berkualitas hotmix itulah, antara lain, yang ikut mendorong tumbuh lancarnya arus transportasi angkutan barang dan penumpang poros Kendari – Amolengu, Konsel. Termasuk mendorong animo masyarakat untuk memanfaatkan pelabuhan rakyat Rumbarumba (kl 95 km dari kota Kendari) sebagai jalur penyeberangan ke pelabuhan Laeya, wilayah kabupaten Butur, sembari menanti saat dioperasikannya lintas penyeberangan feri Longgapulu (Konsel) – Labuang Bajo (Butur).

[caption id="attachment_358487" align="aligncenter" width="480" caption="Inilah sejumlah bentuk perahu motor nelayan di desa Rumbarumba yang dimodifikasi menjadi sarana penyeberangan penumpang dan barang/Ft: Mahaji Noesa"]

14278188802118738721
14278188802118738721
[/caption]

[caption id="attachment_358488" align="aligncenter" width="480" caption="Bentuk lain dari perahu motor penyeberangan di desa Rumbarumba/Ft: Mahaji Noesa"]

1427819110339864061
1427819110339864061
[/caption]

Pelabuhan feri lintas Longgapulu – Labuang Bajo yang dibangun sejak tahun 2012 dengan dana ratusan miliar dikucur melalui APBN, entah apa sebabnya hingga triwulan pertama 2015 belum dapat dioperasikan. Padahal sebagaimana ditargetkan batas akhir pekerjaan perampungan dalam tahap III, Nopember 2014.

Dari perbincangan dengan sejumlah pelintas asal kota Kendari diketahui, perjalanan dari kota Kendari menuju wilayah kabupaten Butur maupun ke kota Baubau atau sebaliknya, kini dapat dilakukan dengan waktu yang lebih singkat serta tarif lebih murah melalui pelabuhan rakyat Rumbarumba. Dibandingkan jika melalui jalur penyeberangan dari pelabuhan-pelabuhan kapal di Teluk Kendari, atau melalui lintas penyeberangan feri Torobulu (Konsel) – Tampo (kabupaten Muna).

Tuyung, seorang pemilik perahu motor penyeberangan di Rumbarumba ketika ditemui Selasa (31/3/2015) siang di dermaga Rumba-rumba mengakui, sekalipun harga BBM dinaikkan lagi oleh pemerintah, tapi belum ada kenaikan tarif penyeberangan dari pelabuhan Rumbarumba ke pelabuhan Laeya. Masih seperti tarif sejak awal tahun, Rp 50.000 per penumpang, Rp 75.000 per sepeda motor plus seorang pengendara, dan Rp 110.000 untuk sebuah sepeda motor dengan dua orang penumpang.

[caption id="attachment_358489" align="aligncenter" width="480" caption="Pelabuhan penyeberangan dengan latar permukiman rakyat desa Rumbarumba/Ft: Mahaji Noesa"]

14278192391445690509
14278192391445690509
[/caption]

Bahkan, katanya, tarif carteran perahu motor untuk menyeberang dari pelabuhan Rumbarumbake pelabuhan Laeya, Butur, jika dulunya dipatok minimal Rp 500.000, kini beberapa pemilik perahu motor penyeberangan sudah mau menerima dicarter sekali menyeberang Rp 350.000.

‘’Dengan tarif penyeberangan bertahan dan menurun seperti itu tetap masih ada untung tetapi sedikit. Biar untung sedikit asal lancar,’’ ujar Tuyung. Penyeberangan menggunakan perahu-perahu motor rakyat dari Rumbarumba ke pelabuhan Laeya atau sebaliknya hanya memakan waktu sekitar 1 jam penyeberangan.

Sedangkan perjalanan darat dengan angkutan penumpang dari kota Kendari ke pelabuhan Rumbarumba atau sebaliknya kini dapat ditempuh dengan waktu kl 1,5 jam. Artinya, hanya dalam waktu kurang dari 3 jam seseorang dari kota Kendari sudah dapat menyeberang ke wilayah kabupaten Butur atau sebaliknya.

[caption id="attachment_358490" align="aligncenter" width="480" caption="Tampak ciri khas keramba nelayan di ujung pelabuhan penyeberangan Rumbarumba/Ft: Mahaji Noesa"]

1427819427296464016
1427819427296464016
[/caption]

Tarif angkutan penumpang umum dari terminal Pasar Baru, Wuawua, kota Kendari ke pelabuhan Rumbarumba saat ini Rp 60.000 per orang. Dengan duit Rp 150.000 seseorang sudah dapat melakukan perjalanan dari kota Kendari ke wilayah Butur atau sebaliknya melalui jalur penyeberangan pelabuhan rakyat Rumbarumba. Sedangkan melalui penyeberangan pelabuhan Teluk Kendari atau lintas penyeberangan feri Torobulu – Tampo dari Kendari ke Butur atau sebaliknya, biayanya melebihi Rp 250.000 per orang. Waktu tempuh juga umumnya melebihi 4 jam perjalanan.

Dengan beroperasinya pelabuhan feri lintas Amolengo (Konsel) – Labuang Bajo (Butur) nanti, Tuyung dengan kawan-kawannya tidak merasa kuatir penyeberangan melalui pelabuhan rakyat Rumbarumba akan menjadi sepi. Alasannya, pelabuhan lainnya punya jadwal penyeberangan tetap. Jika melalui pelabuhan Rumbarumba menggunakan perahu motor, penyeberangan dapat dilakukan setiap saat. ‘’Jika sudah ada tiga motor, perahu motor milik rakyat yang banyak tersedia di pelabuhan Rumbarumba sudah akan menyeberangkan,’’ jelas Tuyung.

Selain membayar sewa penyeberangan, tak ada pungutan apapun bagi penumpang yang masuk keluar pelabuhan Rumbarumba. Sebaliknya, sejumlah pemilik perahu motor banyak mengeluhkan pungutan Rp 5.000 dilakukan oleh petugas terhadap muatan setiap sepeda motor yang naik atau turun di pelabuhan Laeya, kabupaten Butur. Setiap perahu motor yang dibolehkan menaik-turunkan di pelabuhan Laeya apabila sebelumnya telah membayar Rp 100.000yang dinyatakan sebagai uang ijin pelabuhan selama setahun.

Video suasana pelabuhan penyeberangan Rumbarumba:

https://youtu.be/kBMXOQTxM_M

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun