Suasana ketika sopir Angkot Petepete berdemo di Balaikota Kendari (Kamis, 2/4/2015) siang/Ft: Mahaji Noesa Ko
Puluhan sopir Angkutan Kota (Angkot) Petepete, Kamis (2/4/2015) siang, mendatangi Kantor Walikota Kendari. Mereka datang berkonvoi menggunakan Angkot mewakili rekan dari semua trayek, menuntut dinaikkannya nilai sewa Angkot, setelah pemerintah menaikkan harga BBM (bensin) menjadi Rp 7.300 per liter.
Para sopir Angkot umumnya menginginkan agar tarif sewa Angkot dalam kota Kendari juga dinaikkan mengikuti kenaikan harga BBM. Konsep para sopir dan pemilik Angkot menghendaki kenaikan sewa Angkot menjadi Rp 5.000 per orang untuk penumpang umum dari sebelumnya Rp 4.000 per orang, dan Rp 3.500 per orang untuk siswa dan mahasiswa dari sebelumnnya Rp 3.000 per orang.
Akan tetapi setelah sejumlah perwakilan sopir melakukan dialog langsung dengan Pemkot Kendari,Kamis siang, melahirkan keputusan bahwa tarif sewa Angkot di kota Kendari saat ini Rp 4.500 per orang untuk penumpang umum, dan sewa untuk siswa dan mahasiswa tetap seperti semula Rp 3.000 per orang.
Penetapan tarif tersebut menurut penjelasan terbuka juru bicara para sopir, akan diberlakukan sekalipun nantinya harga BBM (bensin) dinaikkan hingga Rp 8.000 per liter. Penetapan tarif ini, katanya, akan diiringi dengan upaya Pemkot Kendari membuka sejumlah trayek baru, serta akan bertindak tegas tidak membiarkan mobil-mobil angkutan antarkota masuk kota mengantarjemput penumpang. Semua penumpang antarkota harus naik turun di terminal.
Kenaikan tarif Angkot yang tidak sesuai dengan harapan para sopir maupun pemilik Angkot disambut dengan berbagai komentar miring. Ada yang menyebut, keputusan kenaikan tarif dilakukan secara tergesa-gesa tanpa memberikan kesempatan kepada perwakilan para sopir untuk menjelaskan alasan rinci mengapa mereka menuntut kenaikan tarif Rp 4.000 menjadi Rp 5.000 per orang untuk penumpang umum. Idealnya, menurut banyak sopir, tarif untuk penumpang umum naik menjadi Rp 5.000 per orang sedangkan tarif untuk siswa dan mahasiswa tetap Rp 3.000 per orang.
Keputusan kenaikan tarif yang tidak memuaskan para sopir dan pemilik Angkot tersebut diterima dengan ramainya gerutuan, dan sepakat melakukan mogok Angkot tidak beroperasi sepanjang hari Kamis (2/4/2015). Akibatnya, sepanjang siang terlihat banyak siswa dan pegawai berjalan kaki secara bergerombol di tepi-tepi jalan protokol yang menjadi trayek Angkot. Jasa ojek dan taksi kota jadi sasaran pilihan warga melakukan aktivitas.
Poros jalan Kota Lama Kendari – Mandonga – Pasar Baru, Wuawua sepanjang kl 15 km merupakan salah satu trayek Angkot terpanjang di kota Kendari, ibukota provinsi Sulawesi Tenggara. Masih banyak jalan protokol yang cukup potensial sebagai trayek Angkot karena melintasi banyak pemukiman, tempat-tempat layanan publik, serta fasilitas layanan umum di kota Kendari namun belum ditetapkan sebagai jalur Angkot. Seperti sepanjang poros bypass, dari Kota Lama hingga RSUD Abunawas, RSUD Abunawas -Pasar Andonohu, Bypass Andonohu – Pasar Lapulu, dan sejumlah trayek baru potensial dibuka dari jalur bypass Kota Lama, bypass Andonohu, Mandonga – Labibia, Mandonga ke wilayah-wilah baru di kecamatan Powatu, dan Pasar Lapulu ke Bungkutoko, Nambo hingga Sambuli di timur kota.
Menurut banyak sopir Angkot sebelum meninggalkan lokasi kantor Balaikota Kendari, Kamis siang, mereka akan tetap memberlakukan tarif Rp 5.000 per orang terhadap penumpang umum mulai Jumat, 3 April 2015. Paling tidak, jelas seorang sopir Angkot, jika penumpang menyodorkan uang pas lembaran Rp 5.000 jangan lagi berharap kembalian Rp 500, untuk menyesuaikan tarif sebagaimana yang ditetapkan Rp 4.500 per orang untuk penumpang umum. ‘’Sekarang langka orang mengantongi uang koin Rp 500,’’ katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H