‘’Dengan sedikit keterampilan menggunting dan menjahit, RB-RB cacat itu setelah diolah kembali dapat laku terjual, dan menguntungkan,’’ kata Ibu Rabi, pedagang RB PK-5 di sekitar wilayah Andonohu.
[caption id="attachment_357864" align="aligncenter" width="480" caption="Bursa penjualan sepatu RB sore hingga malam hari di Pantai Kendari Beach/Ft: Mahaji Noesa"]
Selain di pasar-pasar umum, PK-5, serta pusat-pusat penjualan RB di kota Kendari, kini setiap hari dalam kondisi cuaca yang cerah -- mulai sore hingga malam hari jalanan tepi pantai di arah barat Pantai Kendari Beach jadi lokasi baru tempat penjualan berbagai jenis sepatu RB. Dengan duit Rp 20.000 di lokasi ini dapat diperoleh sepasang sepatu santai RB. Kehadiran penjual sepatu-sepatu RB membuat malam-malam sepanjang Pantai Kendari Beach yang bersuasana pasar malam tersebut kian meriah.
Sejak membanjirnya RB di pasaran kota Kendari sejak awal tahun 80-an, banyak membantu khususnya warga berpenghasilan rendah memenuhi kebutuhan sandangnya, termasuk saat Indonesia dilanda krisis ekonomi dan moneter. Sekarang, pakaian RB juga ternyata diminati kalangan berduit. Hal itu terlihat secara kasat mata, setiap hari pusat-pusat penjualan RB di kota Kendari selalu ramai dikunjungi pembeli pria maupun wanita pemilik mobil pribadi.
Paling menarik PK-5 RB di depan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kota Lama Kendari. Mereka sudah menggelar jualannya mengikuti arus kunjungan TPI yang sudah ramai sejak subuh hari. Sejumlah penjual di sini mengaku, banyak nelayan asal pulau-pulau sering memborong RB pagi hari. Pengakuannya, baju dan celana bekas impor yang dibeli untuk dibarter ikan dengan nelayan pencari ikan di pulau-pulau dan wilayah pantai depan perairan Teluk Kendari.
Sejumlah buruh dan pekerja swasta dari berbagai tempat di kota Kendari mengaku sudah puluhan tahun membeli baju dan celana RB untuk keperluan busana harian anak-anaknya. Model dan kualitasnya bagus, harganya murah. ‘’Di kota Kendari ini lebih mahal harga sebungkus sabun bubuk detergen dibandingkan harga selembar baju RB,’’ komentar La Ana, mengaku warga dari kelurahan Purirano kecamatan Kendari.
Rekannya, Ridwan menimpali, ‘’Jika pendapatan rakyat tidak bertambah, lalu harga beras mahal, harga BBM naik, tarif listrik dinaikkan, dan kemudian pemerintah jadi melarang penjualan pakaian-pakaian bekas impor yang berharga jual murah, maka lengkaplah hebatnya derita rakyat kecil di awal langkah Indonesia Hebat sekarang!’’
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H