Â
Â
[caption id="attachment_182475" align="alignright" width="640" caption="Sebagian koleksi bongkahan batu-batu alami H.Andi Makkulawu/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
Warga pecinta batu-batu mulia sudah ada sejak lama di berbagai daerah kepulauan Nusantara. Mereka umumnya menjadikan batu-batu alam Indonesia yang bercorak indah sebagai permata cincin.
Tersebut sejumlah nama batu mulia Indonesia, seperti batu akik, kecubung, delima dan peros banyak diburu para penggemar batu mulia untuk dijadikan permata cincin. Selain keindahan corak batu-batu mulia tersebut berbeda satu sama lain dan masing-masing memiliki pesona motif tersediri, juga masih banyak yang memercayai batu-batu alam itu memiliki daya magis.
Di sejumlah daerah dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan misalnya, sampai sekarang masih banyak warga memercayai batu mulia jenis Peros dapat digunakan untuk mengobati mules atau sakit perut. Caranya, dengan merendam batu Peros tersebut ke air putih, kemudian diminumkan kepada penderita.
Selain itu, sejumlah jenis batu mulia lainnya pun masih diyakini tak hanya indah sebagai permata perhiasan cincin di jari tangan, tetapi memiliki daya magis yang dapat memberikan aura tertentu bagi mereka yang memakainya. Semisal pemakai batu mulia jenis tertentu akan selalu lancar-lancar dalam menjalani semua urusan atau usaha yang ditekuninya.
Ada juga batu mulia yang masih diyakini sebagai penolak bala serta penangkal racun binatang berbisa. Juga, ada batu mulia yang masih dipercayai memiliki daya magis menangkal ‘Ilmu Hitam’ yang ditujukan kepada pemakainya.
Batu-batu mulia dalam ukuran sebesar permata cincin harga jualnya ada yang sampai bernilai jutaan rupiah sebutir. Tak heran jika sampai sekarang pun masih dijumpai banyak orang yang menekuni pekerjaan sebagai pembuat cincin dari besi putih, kuningan, tembaga, perak dan emas yang berpermatakan batu-batu mulia di Sulawesi Selatan.
[caption id="attachment_182476" align="aligncenter" width="576" caption="Drs.H.Andi Makkulawu/Ft: Mahaji Noesa"]
‘’Batu-batu mulia tersebut tak dipungkiri memiliki keunikan bahkan keanehan yang dapat memperkuat keyakinan kita terhadap kebesaran serta kekuasaan Tuhan pencipta alam semesta ini,’’ jelas Drs. H.Andi Makkulawu (56 tahun).
Mantan Camat Manggala dan Camat Tamalate di Kota Makassar yang meminta pensiun dini tahun 2007 setelah menduduki Jabatan sebagai Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemkot Makassar ini mengaku, sejak kecil sudah tertarik dengan bentuk dan corak keindahan dari batu-batu mulia. Dia bahkan sempat menunjukkan salah satu keunikan dari batu-batu mulia saat ditemui di kediamannya Jl.Korban 40.000 Jiwa Kota Makassar, Selasa siang (12 Juli 2012).
[caption id="attachment_182477" align="aligncenter" width="576" caption="Koleksi bongkahan batu mulia jenis Peros/Ft: Mahaji Noesa"]
Dia memperlihatkan 7 buah cincinnya yang berpermata batu mulia. Cincin tersebut secara bergantian dimasukkan ke jari manis tangan kirinya. Setiap memasukkan cincin, dia melakukan gerakan pengukuran menggunakan jengkal – renggangan ibu jari hingga jari kelingking tangan kanan. Kemudian menjengkal dari lekukan lengan siku tangan ke arah jari manis tangan kiri yang dipasangi cincin berpermata batu mulia tersebut.
Setiap pergantian cincin dilakukan pengulangan pengukuran seperti itu, dan ternyata satu sama lain tidak memiliki ukuran jengkal yang sama. Padahal panjang jarak dari pergelangan siku ke ujung jari manis yang diukur jelas tidak berubah, yang berbeda adalah cincin yang dikenakan di jari manis itu.
Â
’Jika dilakukan pengukuran seperti itu lantas terjadi pengukuran yang tidak lebih atau ukurannya kurang dari dua jengkal mulai dari lekukan siku ke ujung jari manis yang dipasangi cincin berpermata batu mulia, maka batu mulia tersebut sebaiknya tidak digunakan oleh yang bersangkutan,’’ jelas Andi Makkulawu. [caption id="attachment_182480" align="aligncenter" width="576" caption="Koleksi batu mulia milik H.Andi Makkulawu/Ft: Mahaji Noesa"]
Namun begitu, Andi Makkulawu yang pernah terpilih sebagai Keluarga Harmonis tingkat Kota Makassar, justru tidak tertarik untuk mengoleksi cincin berpermata batu mulia. Ayah dari Aulia Fitriani, S.Sos,Msi, danAyudia Pratiwi yang kini sedang menjalani pendidikan akhir di Fakultas Kedokteran UMI Makassar, justru sejak tahun 80-an menjadi pemburu sekaligus kolektor batu-batu mulia dalam ukuran bongkahan batu besar.
Dia menyatakan tidak tertarik dengan cerita lama tentang daya magis yang dimiliki batu-batu mulia tersebut. ‘’Batu-batu mulia termasuk batu-batu alam lainnya memiliki keindahan warna dan keunikan motif yang satu sama lain tidak memiliki persamaan. Disitulah seninya, sehingga saya tertarik untuk mengoleksi batu-batuan dari alam itu sebagaimana bentuk aslinya. Keliru jika kita menyombongkan diri hanya karena memiliki batu alam jenis apa saja yang kecil dari begitu banyak sekali batu bermotif indah ciptaan Tuhan di muka bumi ini,’’ katanya.
Saat ini lebih dari 300 bongkahan batu-batu alam koleksi Andi Makkulawu. Batu-batu tersebut masing-masing diberi dudukan semacam pot yang dibuat sesuai dengan bentuk bongkahan batu yang diperoleh dari alam. Sebuah kamar di lantai atas rumahnya, dijadikan semacam bengkel dan tempat berbagai peralatan membuat dudukan batu-batu alam, termasuk peralatan untuk mengilapkan koleksi batu-batunya tersebut.
[caption id="attachment_182482" align="aligncenter" width="432" caption="Bentuk lain dari koleksi batu mulia milik Andi Makkulawu/Ft: Mahaji Noesa"]
Ratusan koleksi bongkahan batu alam yang dimiliki Andi Makkulawu saat ini, selain ditata dalam dua lemari koleksi berukuran besar, diletakkan sebagai asesori yang memenuhi semua sudut rumah mulai dari taman, teras, ruang tamu hingga ruang-ruang terbuka lainnya. Indah sekali, tak hanya terlihat dari aneka warna dan motif. Akan tetapi ada bongkahan batu alam koleksinya yang berbentuk berbagai macam serangga, burung, buaya, buah kenari, hati dan jantung manusia, berbentuk pulau Sulawesi, janin dalam rahim, menyerupai bayi, kepala singa, roti gulung, dan lain-lain.
Terdapat koleksi sebuah bongkahan batu jenis Peros yang jika dipecah dapat dibuat menjadi lebih dari dua ratus permata untuk cincin. Sudah banyak pemilik duit yang datang untuk membeli sejumlah koleksi bongkahan batu-batu alam tersebut, namun selalu ditampik. ‘’Sampai sekarang saya belum mau menjual satu pun koleksi batu-batu alam ini kepada siapapun,’’ tandas Andi Makkulawu.
Dia menyatakan menyukai semua koleksi bongkahan bata-batu alamnya.. Namun, ceritanya, pernah suatu ketika di sore hari dia menemukan ada seorang lelaki tua duduk di ruang tamunya, padahal saat itu pintu masuk terkunci.Lelaki tua itu rambutnya terurai panjang, kedua bola mata polos berwarna putih.
‘’Ketika saya mendekatinya, lelaki tua itu lalu menunjuk bongkahan batu jenis Badara Cera yang saya ambil dari daerah Jawa Barat, dan dia menyatakan itulah batu yang terbaik di antara semua batu yang saya miliki. Setelah itu orang tua tersebut menghilang. Apa makna dari ucapan orang gaib itu, sampai sekarang saya belum paham,’’ tutur Andi Makkulawu.
Di Jepang ada cabang seni menyangkut batu-batuan yang dikenal dengan nama Suiseki dan Biseki. Hobi Andi Makkulawu ini boleh disebut masuk dalam cabang seni Suiseki, yaitu Seni Batu Alami. Mengoleksi batu sesuai bentuk aslinya ketika ditemukan di hamparan alam. Sedangkan Cabang Seni Biseki, batu-batu alam dimungkinkan untuk direkayasa dalam bentuk yang diinginkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H