Ribuan jamaah muslimin dan muslimat spontan terisak, bahkan ada yang terdengar menangis keras ketika melakukan sujud dalam shalat sunat Tobat berjamaah, tengah malam 21 Ramadhan 1432 H (21 Agustus 2011 M) di masjid Raya Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
[caption id="attachment_126072" align="aligncenter" width="672" caption="Shalat malam, jamaah melimpah hingga teras Masjid Raya Makassar/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
Shalat sunat Tobat tersebut merupakan rangkaian dari ibadah shalat lail yang rutin dilaksanakan dalam bulan Ramadhan setiap tahunnya, mulai dari malam 21 Ramadhan hingga malam akhir Ramadhan di Masjid Raya Kota Makassar. Dilaksanakan setiap malam mulai pukul 01.00 dinihari, dan biasanya berakhir sekitar pukul 2.30 dinihari (wita).
Kecuali di malam 21 Ramadhan 1432 H, shalat Tobat tersebut baru dimulai pukul 1.34 dinihari. Setelah sebelumnya dilakukan semacam acara pembukaan dari pihak pelaksana, pambacaan kalam Ilaahi, dan petunjuk ringkas tentang tata cara pelaksanaan rangkaian shalat lail berjamaah yang disampaikan oleh Imam Masjid Raya Makassar, al-Mukarram Drs.Syekh Abdul Malik Assiraj.
Shalat lail berjamaah di Masjid Raya Kota Makassar ini dimulai dengan pelaksanaan shalat Tahajjud 8 rakaat (4 x 2 rakaat).
[caption id="attachment_126073" align="alignleft" width="461" caption="Masjid Raya Makassar malam hari/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
Setelah doa diakhir shalat tahajjud, dilanjutkan dengan shalat tasbih 4 rakaat. Dilakukan 2 x 2 rakaat. Dengan bacaan tasbih: ‘’Subhaanallah, walhaamdu lillah, walaa ilaaha illallaah, wallaahu akbar.’’Keseluruhan sebanyak 300 kali bertasbih, atau sebanyak 75 kali pengucapan tasbih untuk setiap rakaat.
Kemudian, dilanjutkan dengan shala Tobat 2 rakaat. Setelah salam di akhir shalat tersebut, dilakukan sujud kembali. Sesuai dengan petunjuk Syekh Abdul Malik Assiraj yang memimpin langsung shalat lail dan pembacaan doa-doanya, dalam sujud ini setiap jamaah diminta membayangkan dan mengakui perkataan, perbuatan maupun sikap yang tidak pantas atau tidak terpuji, terhadap Allah Swt maupun terhadap sesama manusia, terutama terhadap kedua orang tua.
Sembari mengenang semua itu, dianjurkan membaca lafadz doa-doa penyesalan atau pengakuan dosa. Dicontohkan, membaca: ‘’Laa ilaaha illaa anta, subhanaaka innii kumtu minadz dzalimiin’’ – doa yang diucapkan Nabi Yunus ketika ditelan dan berada dalam perut ikan besar. Dianjurkan dibaca sampai sebanyak 41 kali.
Ketika melakukan sujud inilah akan terdengar secara spontan isak tangis dari para hamba Allah yang memohon tobat kepadaNya. Pengalaman pada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, setiap malam hampir semua jamaah spontan terisak ketika melakukan sujud Tobat memohon ampun dari Allah Swt dalam shalat Tobat berjamaah di Masjid Raya Makassar.
[caption id="attachment_126074" align="alignright" width="461" caption="Suasana jamaah shalat lail (21 Ramadhan 1432 H) di salah satu pojok Masjid Raya Makassar/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
Sesudah shalat tobat, dilanjutkan dengan shalat sunat Hajat 2 rakaat. Sujud terakhir shalat ini agak lama, lantaran sebagaimana petunjuknya, setiap jamaah dianjurkan (dalam hati) menyampaikan masing-masing hajatnya kepada Allah Swt. Dianjurkan, intinya, mohon usia hidup dapat digunakan lebih banyak beribadah dan berbakti kepada sesama karena Allah. Mohon dilapangkan rezeki untuk menunjang ibadah, dan mohon dijauhkan dari malapetaka, bencana dan fitnah yang menggoyahkan iman.
Pelaksanaan shalat lail di Masjid Raya Makassar tersebut, setiap tahun selalu dihadiri banyak jamaah yang berasal dari luar daerah atau luar Kota Makassar. Mereka biasanya datang berombongan, dan bermalam di Masjid Raya Makassar hingga akhir Ramadhan. Mereka yang berasal dari rombongan keluarga biasanya ikut membawa serta para orang tua dan anak-anaknya hingga yang masih berumur Balita.
Selain itu, shalat lail Ramadhan berjamaah di Masjid Raya tersebut, setiap tahun tak pernah sepi dari kedatangan rombongan anggota majelis taklim dari berbagai daerah kabupaten/kota lainnya yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Tak heran, jika hingga sepuluh malam terakhir Ramadhan jamaah Masjid Raya Makassar kian padat terutama di malam hari.
Pengurus Masjid Raya Kota Makassar sejak awal Ramadhan 1432 H hingga memasuki sepuluh malam terakhir, setiap sore melayani jamaah yang berbuka tidak kurang dari 2.000 orang setiap harinya.
Lampu-lampu dalam ruangan Masjid Raya Makassar yang sengaja diredupkan ketika berlangsung shalat lail berjamaah, membuat suasana terasa lebih khusu’ shalat dan sujud di atas lantai marmer masjid yang sejuk.
Malam Kemuliyaan
Shalat lail sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan memiliki keutamaan tersediri. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis Bukhari-Muslim, Dari Aisyah: ‘’Adalah Rasul Saw, ketika masuk malam 10 akhir Ramadhan, beliau beribadah semalam suntuk, dan keluarganya beliau bangunkan, dan beribadah dengan sepenuh jiwa raganya, hingga mempererat sarungnya.’’
Dari Aisyah: ‘’Adalah Rasul Saw, I’tikaf (di masjid) pada malam-malam 10 akhir Ramadhan (yaitu mulai 21 sampai 30).’’
‘’Carilah Lailatul Qadar itu pada malam ganjil, pada 10 akhir Ramadhan.’’
‘’Sungguh, Kami telah menurunkan Al Quran pada malam kemuliyaan (lailatu qadar)’’ (Quran, al-Qadar 1).
‘’Sungguh kami telah menurunkan Al Quran pada malam yang penuh berkat.’’ (Quran, ad-Dukhan 3).
Dari Aisyah, ya Rasul bagaimana menurutmu (apa yang harus dilakukan) jika aku menepati malam kemuliyaan (lailatul qadar)? Dan apa yang harus kubaca? Jawabnya: ‘’Ucapkanlah olehmu kalimat sebagai berikut:
‘’Allaahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annnii’’
Artinya: ‘’Ya Allah, Engkaulah yang Pengampun, dan suka mengampuni dosa, untuk itu ampunilah dosa-dosaku.’’ (HR. Turmudzi).
Iman al-Ghazali menceriterakan (disadur dari buku: ‘‘Menyingkap Hati Menghampiri Ilahi’’ -- Pustaka Hidayah, Bandung) , ‘’Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, ‘’Jika datang malam Lailatul Qadar, malaikat Jibril turun ke bumi diiringi para malaikat yang lain. Mereka memberi salam kepada setiap orang yang berzikir kepada Allah.
Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurayrah, dikatakan bahwa pada malam Lailatul Qadar, para malaikat turun ke bumi dengan jumlah yang tidak dapat dihitung. Mereka turun dari pintu-pintu langit yang terbuka bagaikan cahaya yang memancar. Terbukalah kerajaan malakut pada saat itu. Bagi orang yang terbuka hijabnya, ia dapat melihat malaikat yang sedang berdiri, ruku, dan sujud kepada Allah sambil berzikir dan bertasbih. Di antara mereka ada yang dapat melihat surga dan neraka dengan segala isinya.
Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : ‘’Barangsiapa menghidupkan malam keduapuluh tujuh dari bulan Ramadhan sampai subuh, hal itu lebih dicintai Allah daripada melaksanakan shalat di seluruh malam pada bulan itu.’’
Rasulullah Saw pernah bersabda: ‘’Umatku diberi lima hal dalam bulan Ramadhan yang tidak diberikan kepada umat sebelum mereka, yaitu bau mulutnya orang yang berpuasa di hadapan Allah lebih harum daripada minyak wangi, mereka dimintakan ampun oleh para malaikat sampai mereka berbuka, mereka dilindungi dari godaan setan, Allah menghiasi surgaNya dan berfirman, ‘‘Engkau akan diwarisi oleh hamba-hambaKu yang salih, dan mereka akan diampuni pada malam terakhir bulan Ramadhan’’
Lalu beliau ditanya, Ya Rasulullah, apakah malam itu malam Lailatul Qadar?’’
‘’Bukan, tetapi setiap orang yang beramal akan disempurnakan pahalanya,’’ jawab Rasulullah Saw.
Telkomsel Ramadhanku
Simak juga:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H