Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Keder di Musim Jembatan Ambruk

26 Februari 2012   08:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:08 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pascaruntuhnya jembatan Kutai Kartanegara (Kukar), 26 Nopember 2011 di Kalimantan Timur, negeri ini sepertinya memasuki musim jembatan ambruk. Selain kemudian terjadi sejumlah peristiwa jembatan roboh di tempat lain, terungkap banyak jembatan di Indonesia kini dalam kondisi rusak.

[caption id="attachment_163429" align="aligncenter" width="640" caption="Inilah jembatan Bamba di Kecamatan Batulappa, Pinrang, Sulawesi Selatan yang tiba-tiba saja ambruk 6 Desember 2011 lalu, sampai sekarang belum diperbaiki/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Jembatan Ampera yang membentang di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, pascaruntuhnya jembatan Kutai Kartanegara, dikabarkan juga konstruksinya sudah mengalami pergeseran yang meminta perhatian.

Demikian halnya dengan jembatan Sumpang Minangae yang berada di lintas jalan negaraMakassar – Parepare dikabarkan perlu segera mendapat kajian mengingat usianya yang sudah tergolong tua untuk menanggung beban bertambah banyaknya kendaraan melintas dari jalur Trans Sulawesi.

Melalui Label News sebuah stasion tivi, barusan dikabarkan sekitar 100 buah jembatan di wilayah Yogyakarta kini dalam kondisi rusak yang butuh perhatian perbaikan. Beberapa saat sebelum runtuhnya jembatan Kukar, tepatnya pada 9 Nopember 2011 terdapat dua buah jembatan yang runtuh secara bersamaan di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan. Masing-masing, jembatan Sumpangngo di Kecamatan Pitu Riawa dan jembatan Rappang di Kecamatan Panca Rijang.

Kedua jembatan tersebut roboh akibat banjir yang melabrak pondasi jembatan. Jembatan Rappang sepanjang 27 meter yang dibangun dengan anggaran sekitar Rp 1,7 miliar justru mengalami kerusakan dikikis banjir saat masih dalam tangan dikerjakan pihak kontraktor berkualifikasi CV.

Pada 6 Desember 2011 saat masih hangatnya cerita robohnya secara tiba-tiba jembatan kebanggaan pemerintah dan masyarakat di Kutai Kartanegara, jembatan Bamba yang melintas di atas Sungai Bamba sepanjang sekitar 70 meter dengan lebar 3 meter di Kecamatan Batulappa, sekitar 12 km dari Kota Pinrang ibukota Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan, juga tiba-tiba saja roboh meski tak menyebabkan adanya korban jiwa.

[caption id="attachment_163430" align="alignleft" width="384" caption="Jembatan Balley sudah dibangun di sisi jembatan Bamba yang ambruk/Ft: Mahaji Noesa"]

1330245353498326314
1330245353498326314
[/caption]

Jembatan berkonstruksi beton yang dibangun menggunakan dana APBD Kabupaten Pinrang sekitar Rp 2,4 miliar tersebut mengalami patah tengah, pada hal baru sekitar dua bulan dinyatakan selesai dikerjakan oleh kontraktor PT FPM.

Hingga pekan lalu tampak jembatan Bamba yang patah tersebut masih dibiarkan tergeletak tanpa terlihat ada upaya perbaikan kembali. Kecuali sebuah jembatan balley sudah dibangun bersisian dengan Jembatan Bamba yang ambruk tersebut. Menurut informasi, Pemerintah Kabupaten Pinrang menyewa jembatan Balley tersebut sebesar Rp 200 juta dari pihak instansi militer hingga dilakukan perbaikan kembali jembatan Bamba. Sampai kini belum ada keterangan jelas apa penyebab jembatan Bamba yang tiba-tiba ambruk tanpa mendapat tekanan dilewati kendaraan atau berupa banjir.

Selain faktor usia konstruksi yang sudah berumur dan akibat bencana alam, menurut Ketua Tim Evaluasi dan Investigasi Teknis Runtuhnya Jembatan Kukar, Iswandi Imran, keruntuhan sebuah jembatan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk dapat terjadi akibat kumulatif berbagai masalah.

‘’Keruntuhan jembatan bisa terjadi akibat adanya kesalahan dalam perencanaan, pelaksanaan, operasional atau juga kesalahan dalam hal pemeliharaannya,’’ katanya kepada wartawan usai melakukan pemaparan hasil investigasi di Kementerian PU Jakarta, Minggu I, Januari2011.

Artinya, menurut seorang wartawan usai mengikuti jumpa pers, runtuhnya jembatan juga bisa terjadi akibat adanya korupsi anggaran yang membuat perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan tidak dapat berjalan sebagaimana yang telah ditetapkan untuk kepentingan teknis konstruksi pembuatan jembatan yang baik.

‘’Maraknya kasus jembatan rusak dan jembatan runtuh belakangan ini, tak salah jika untuk mencari tahu penyebab yang pertama harus diperiksa atau dimintai pertanggunjawaban adalah orang-orang teknis yang diberi tanggung jawab menangani. Untuk kasus-kasus jembatan runtuh atau cepat rusak yang dibangun menggunakan uang negara tidak boleh lepas dari tanggung jawab orang-orang yang bekerja di lembaga teknis PU yang ada di daerah atau di tingkat pusat,’’ tambahnya.

Namun seorang wartawan yang sering meliput di lingkungan Kementerian PU menyatakan, dalam musim jembatan runtuh di Indonesia saat ini, orang-orang teknis tidak perlu keder untuk melaksanakan pembangunan jembatan-jembatan baru yang menjadi kebutuhan vital masyarakat, termasuk untuk kepentingan pengembangan suatu zona.

‘’Runtuhnya jembatan Kukar secara tiba-tiba yang menimbulkan banyak korban jiwa, memberikan hikmah betapa besarnya peran suatu jembatan bagi kehidupan masyarakat dan pengembangan suatu wilayah di Indonesia,’’ katanya.

Rencana pembangunan Jembatan Merah Putih yang melintas di arah mulut Teluk Ambon, sepanjang lebih  1 km misalnya, sangat vital diwujudkan bagi pengembangan kawasan teluk di seputar ibukota Provinsi Maluku tersebut. Semoga pembangunan jembatan yang berada di bawah pengawasan Kementerian PU tersebut dapat terujud sebagaimana direncanakan dapat selesai tahun 2014 mendatang.

Demikian pula impian lama masyarakat di Kota Kendari yang menginginkan hadirnya sebuah jembatan melintasi Teluk Kendari menghubungkan Kota Kendari Lama (Sodohoa,Gunung Jati, Manggadua, Kampung Salo  hingga Kendari Caddi) ke wilayah pengembangan Kota Baru (Abeli, Andonohu dan sekitarnya). Rasanya perlu mendapat dukungan pembiayaan dari pemerintah pusat di samping dukungan dana untuk pengerukan Teluk Kendari yang kini terancam mendangkal.

Pengembangan Kendari sebagai suatu kota yang mengelilingi sebuah teluk yang indah akan berjalan timpang, lantaran mobilitas pengembangan usaha dan aktivitas keseharian warga kota akan lamban dengan tidak tersedianya jembatan penghubung yang membuat koneksitas utuh sebuah kota – zona Kendari lama dan wilayah pengembangan kota baru seperti yang dirasakan selama puluhan tahun di ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun