Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kilatan Dewa di Sungai Malili, Permukaan Air Dapat Naik Tiba-tiba

26 Januari 2012   13:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:25 4454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warna-warni ledakan berbagai jenis kembang api menjadi bagian dari kelengkapan cerita fragmen Perjuangan Datu (Raja) Luwu, Andi Jemma, dipentas malam kesenian menyambut peringatan Hari Perlawanan Rakyat Luwu ke 66, 23 Januari 2012 di Kota Malili, ibukota Kabupaten Luwu Timur. Biasnya juga memantulkan pemandangan indah sepanjang Sungai Malili yang mengalir di sisi selatan Kota Malili.

[caption id="attachment_157572" align="alignright" width="480" caption="Salah satu papan peringatan dipajang di dekat mulut jembatan yang melintasi Sungai Malili, Luwu Timur/Ft;Mahaji Noesa "][/caption]

Puluhan ribu warga yang memadati lapangan tempat penyelenggaraan malam kesenian yang berlangsung di lapangan dekat mulut Jembatan Malili di tepi Sungai Malili, sesaat tampak terdiam tatkala terlihat panorama ledakan warna-warni kembang api di udara seolah menyatu dengan pantulan cahaya dari permukaan Sungai Malili malam itu.

Terkesan sesaat seperti ada suasana mistis menyelimuti sekitar lokasi pertunjukkan kesenian di Kota ‘Batara Guru’ Malili tempat asal tokoh Sawerigading seperti cerita dalam mitos I La Galigo yang terkenal sebagai bagian dari karya sastra terpanjang yang pernah ada di dunia. Apalagi mendung yang sejak seharian menggantung di atas langit kota, memang, tidak juga mencurahkan hujan hingga berakhir pagelaran malam kesenian tersebut. Bahkan hujan baru tercurah nanti keesokan harinya saat memasuki shalat dhuhur, 23 Januari 2012, setelah dilaksanakan upacara puncak Peringatan Hari Perlawanan Rakyat Luwu yang sekaligus dirangkaian dengan Peringatan Hari Jadi Tana Luwu ke-744 di Lapangan Mangkutana, Kecamatan Mangkutana, sekitar 60 km dari Kota Malili.

‘’Malam itu, saat ledakan kembang api mewarnai langit Kota Malili, terlihat ada kilatan nyata seperti dalam cerita-cerita dewa ketika turun dari langit. Seperti ada kilatan lain berlarian di atas Sungai Malili,’’ komentar seorang penduduk di Kampung Nelayan Desa Wewangriu di tepi selatan aliran Sungai Malili, di Kota Malili.

[caption id="attachment_157575" align="alignleft" width="480" caption="Panorama indah di seputar Sungai Malili, Luwu Timur/Ft:Mahaji Noesa"]

13275830362103700435
13275830362103700435
[/caption]

Peringatan Hari Perlawanan Rakyat Luwu dan Hari Jadi Tana Luwu dilakukan secara bergilir setiap tahun di kabupaten/kota yang ada dalam wilayah Luwu Raya yakni meliputi Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur, dan Kota Palopo. Peringatan yang dipusatkan di Kabupaten Luwu Timurtahun 2012,bertepatan dengan Hari Raya Imlek 2563 yang bershio Naga Air dalam penanggalan Cina, mulai 23 Januari 2012.

Sebelum dimekarkan, keempat wilayah otonom tersebut merupakan satu kabupaten saja yaitu Kabupaten Luwu. Saat ini, dua wilayah kecamatan – Walenrang dan Lamasi (Walmas) yang ada di Kabupaten Luwu juga sudah disetujui oleh Gubernur Sulawesi Selatan untuk dimekarkan menjadi sebuah daerah otonom tersendiri dengan nama Kabupaten Luwu Tengah (Luteng), hampir bersamaan dengan disetujuinya pembentukan Kabupaten Bone Selatan sebagai pemekaran Kabupaten Bone.

Kota Malili sebelumnya hanya berstatus sebagai ibukota Kecamatan Malili di Kabupaten Luwu Utara. Dipilih sebagai ibukota kabupaten seiring dengan terbentuknya Kabupaten Luwu Timur berdasarkan Undang-undang No.7 Tahun 2003 tertanggal25 Pebruari 2003, sebagai pemekaran dari Kabupaten Luwu Utara (Lutra) di Sulawesi Selatan.

Saat ini kabupaten yang sebenarnya baru memasuki usia 9 tahun tersebut dipimpin oleh Bupati Drs.H.A. Hatta Marakarma,MP dan Wakil Bupati HM.Thorig Husler. Di Kabupaten Lutim inilah tempatnya tambang nikel terbesar di dunia yang dikelola PT.INCO, perusahaan pertambangan asal Kanada.

Juga di wilayah Kabupaten Lutim ini pula letaknya Danau ‘Tiga Ter’ – Terluas, Terdalam, dan Terindah. Masing-masing, Danau Towuti yang merupakan danau Terluas di Pulau Sulawesi. Kemudian Danau Matano sebagai danau terdalam di Kawasan Asia, mencapai kedalaman sampai600 m dengan dasar berada lebih dari 200 m di bawah permukaan laut. Sedangkan Danau Mahalona merupakan salah satu danau yang memiliki lingkungan alam indah menawan di Indonesia.

Dengan luas wilayah 6.944,98 kilometer bujursangkar, Kabupaten Lutimjuga merupakan salah satu daerah andalan penghasil kakao di Provinsi Sulsel. Saat ini terdapat lebih dari 37 ribu hektar tanaman kakao yang ada di Lutim dengan hasil dapat mencapai 130 ribu ton setiap tahun.Di samping itu Lutim memiliki sekitar18 ribu hektar lahan persawahan yang tingkat produktivitasnya mampu menghasilkan sampai 6,3 ton per hektar untuk padi non hibrida.Tahun 2012 direncanakan pencetakan sawah baru sebanyak 1.500 ha di Lutim.

[caption id="attachment_157576" align="alignright" width="480" caption="Tanggul penahan yang retak tergerus arus Sungai Malili di Desa Wewangriu, Malili,/Ft: Mahaji Noesa "]

132758315962072361
132758315962072361
[/caption]

Selain memiliki potensi yang besar dari sektor tanaman pangan, tanaman pertanian dan perkebunan, juga Lutim memiliki potensi yang cukup besar dari sektor kelautan dan perikanan. Termasuk untuk budidaya rumput laut yang kini sudah dikembangkan di areal lebih dari 2.200 hektar di pesisir Pantai Lutim yang panjangnya mencapai 117 kilometer.

Paling berkesan saat masuk Kota Malili, ibukota Lutim yang berjarak sekitar 565 km dari Kota Makassar, adalah menyaksikan pembangunan gedung-gedung baru khususnya milik pemerintah daerah di lokasi yang benar-benar baru dibuka tanpa merusak lingkungan alam asri berbukit hijau sekitarnya. Berlatar alam pegunungan Verbek yang menawan di bagian timur dan hamparan laut Teluk Bone di bagian barat, Malili juga berpotensi berkembang sebagai Kota Gerbang Wisata di perbatasan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah perbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara hanya berjarak sektar 36 km dari Kota Malili.

Sungai Malili yang membentang di arah selatan Kota Malili pun sangat berpotensi dikembangkan menjadi obyek wisata kota yang menarik. Tak Hanya sebagai lokasi untuk menyaksikan terbitnya matahari (sunrise) dari balik pegunungan Verbek di arah hulu sungai atau panorama senja (sunset) sore hari di arah barat muara sungai. Akan tetapi, Sungai Malili juga dapat menjadi pentas ‘live’ menyaksikan derap kehidupan khususnya masyarakat petani dan nelayan yang menggunakan sungai sebagai jalur transportasi. Apalagi di ujung barat ke arah muara sungai berlokasi Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Lutim yang berimpit dengan pelabuhan termasuk Pelabuhan Perikanan Indonesia.

Pengembangan Kawasan sekitar kedua sisi Sungai Malili yang berlatar panorama alam indah sebagai obyek wisata tentunya memerlukan penanganan yang sangat memperhatikan ‘Safety’ lantaran arus sungai yang deras dan berkarakter sewaktu-waktu dapat meluap.

Pembangunan tanggul pengaman sepanjang pesisir sungai yang airnya berasal dari danau ‘Tiga Ter’ di Kecamatan Nuha tersebut dan membuang ke Teluk Bone, perlu mendapat perhatian serius. Apalagi sejumlah perkampungan penduduk masih berimpit langsung dengan tepian sungai yang disebut-sebut sejak jaman dulu menjadi tempat berkembang biaknya beragam reftil buaya. Tanggul pengaman yang di bangun di Desa Wewangriu, kini puluhan meter telah retak terkikis abrasi arus sungai lantaran dibuat tanpa menggunakan bantuan tiang pancang.

Pembuatan tanggul sepanjang aliran Sungai Malili diperlukan tak hanya di sisi kanan-kiri sungai yang melintasi Kota Malili, tapi juga di wilayah-wilayah pesisirsungai yang terdapat pemukiman penduduk. Lebih jauh perlu dipikirkan kemungkinan pencegahan jika terjadi hal buruk selain akibat arus sungai yang deras dan dapat terjadi luapan secara tiba-tiba. Mengingat, di arah hulu Sungai Malili terdapat tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) – PLTA Larona, PLTA Balambano, dan PLTA Karebbe.

Peringatan seperti terpampang di sejumlah tepian Sungai Malili saat ini yang menyatakan ‘’Awas permukaan air sungai dapat naik tiba-tiba’’ mungkin perlu dicari tuntunan lain yang tidak terkesan ‘Serem’ atau ‘Ngeri’ tanpa mengurangi adanya kehati-hatian terutama dari para pendatang atau pelancong untuk menikmati keindahan panorama alam pesisir sungai di Kota Malili tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun