Berada di ketinggian antara 600 hingga 1300 m dari atas permukaan laut (dpl), Kecamatan Ulu Ere sejak dulu dikenal sebagai wilayah penghasil berbagai jenis sayuran dataran tinggi, seperti kol, wortel, buncis dan kentang di Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan.
[caption id="attachment_108571" align="aligncenter" width="648" caption="Pembibitan Bunga Crysan di Desa Bonto Marannu, Ulu Ere, Kab.Bantaeng/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
Menurut catatan pihak Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantaeng, di Kecamatan Ulu Ere terdapat sekitar 580ha lahan milik petani yang ditanami kentan setiap tahun, 620 ha untuk tanaman kol/kubis, 37 ha untuk sawi, 544 ha untuk wortel , 78 ha untuk buncis, 340 untuk bawang merah, dan 98 ha bawang daun.
Ketua Gapoktan Loka, Jabbar (35) yang ditemui beberapa waktu lalu di Desa Bonto Marannu, ibukota Kecamatan Ulu Ere, menyebut tingkat kesuburan tanah di wilayahnya cukup baik.. Dia memberi contoh, produksi tanaman kentan saat ini dapat mencapai 15 ton/ha, kol 25 ton/ha, wortel 30 ton/ha, bawang merah 25 ton, dan sawi juga mencapai sekitar 25 ton/ha.
[caption id="attachment_108573" align="alignright" width="300" caption="Ketua Tim Penggerak PKK Bantaeng, Ny.Hj.Lies Nurdin (ketiga dari kiri) berpose bersama anggota PKK lainnya/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
‘’Hasil sayur-mayur petani Ulu Ere selain dipasarkan di wilayah Sulawesi Selatan, juga sejak lama sudah punya langganan tetap dengan sejumlah pedagang sayuran di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Timur,’’ katanya.
Masyarakat petani sayur mayur di wilayah kecamatan ini tampak kian bergairah ketika Pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam kepemimpinan H.Nurdin Abdullah menetapkan wilayah Ulu Ere sebagai Kawasan Pengembangan Agro Wisata di Kabupaten Bantaeng.
Keseriusan Pemkab terlihat selain membenahi lokasi outbond di Loka Camp Ulu Ere dengan menghadirkan tempat penginapan bagi pengunjung. Juga dilakukannya perbaikan jalanan sepanjang 25 kilometer dari Kota Bantaeng, ibukota Kabupaten Bantaeng hingga ke kawasan agro wisata paling puncak di Lannying (1450 dpl) Kecamatan Ulu Ere.
Dengan bermobil dalam tempo perjalanan sekitar 30 hingga 40 menit dari Kota Bantaeng, sudah bisa sampai di lokasi dimana kita dapat menikmati kesejukan halimun pegunungan sembari memandang keindahan alam tiga dimensi -- pegunungan, dataran dan hamparan Laut Flores yang memesona di depan Kota Bantaeng.
[caption id="attachment_108574" align="aligncenter" width="640" caption="Petani sayur mayur di kawasan puncak agro wisata Ulu Ere, bantaeng/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
Di wilayah ketinggian dengan suhu harian antara 16 hingga 28 derajat Celsius ini, masyarakatnya pun kini telah diperkenalkan dengan sejumlah tanaman buah-buahan bernilai ekonomis tinggi, seperti appel dan strawberry. Untuk keberhasilan pengembangan tanaman buah-buahan tersebut, sebelumnya sejumlah petani dari Ulu Ere telah diboyong oleh Pemkab Bantaeng melakukan studi banding ke berbagai wilayah penghasil tanaman buah-buahan di Pulau Jawa.
[caption id="attachment_108575" align="alignleft" width="466" caption="Menanam strawberry di Puncak Ulu Ere/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
Masih di Kecamatan Ulu Ere, pihak Balai Benih Hortikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantaeng kerjasama pihak Koica Korea, sejak tahun lalu berupaya mengenalkan sekaligus mengembangkan berbagai jenis tanaman bunga-bungaan yang bernilai tinggi di pasaran, seperti anggrek tanah, serta berbagai jenis anggrek lokal maupun anggrek spesifik lainnya, tanaman bunga mawar, bunga sedap malam, garbera dan granium.
‘’Kami senantiasa berupaya terutama untuk dapat membantu masyarakat petani di Bantaeng agar hidup sejahtera keluar dari garis kemiskinan dengan kemampuan mengolah dan memanfaatkan setiap potensi sumberdaya alam di sekitarnya,’’ ujar Bupati H.Nurdin Abdullah dalam suatu perbincangan.
[caption id="attachment_108576" align="aligncenter" width="640" caption="Kebun pembibitan strawberry dan appel di Montea, Ulu Ere/Ft: Mahaji Noesa "][/caption]
Orang nomor satu di daerah yang berjuluk ‘Kabupaten Butta Toa’ ini menekankan tidak akan memberikan ijin investor dari manapun untuk membangun hotel atau penginapan di kawasan agro wisata Ulu Ere. Masyarakat sekitar diberi kesempatan untuk menyewakan rumah-rumah mereka sebagai tempat penginapan (home stay). ‘’Jika investor masuk membangun hotel atau tempat penginapan di lokasi ini, lambat atau cepat akan mengganggu kealamian kawasan dan masyarakatnya yang kental dengan kehidupan tradisi dan budaya petani sayur mayur di dataran tinggi,’’ katanya.
Sejak dilantik sebagai Bupati Bantaeng, 6 Agustus 2008, memang, H.Nurdin Abdullah yang master agro luaran Kyushu University, Jepang tersebut, telah membuatbanyak terobosan tak hanya berkaitan dengan peningkatan disiplin dan kinerja aparat pemerintahan, pembangunan infrastruktur di pusat Kota Bantaeng sebagai Kota Jasa dan Pelayanan di wilayah selatan Sulawesi Selatan. Akan tetapi juga terobosan dalam hal meningkatkan taraf hidup khususnya masyarakat petani melalui pengelolaan hasil usaha pertanian dengan semua subsektornya.
Hebatnya, Nurdin Abdullah yang pernah jadi Komandan ‘Mahasiswa Internasional’ di Jepang tersebut, ketika terpilih menjadi Bupati Bantaeng justru dapat memanfaatkan jaringannya menjalin kerjasama dengan sejumlah investor luar negeri dalam hal pengolahan dan pemasaraan, khususnya terhadap produk pertanian masyarakat petani di Kabupaten Bantaeng. Di Bantaeng, contohnya, kini sudah ada industri pengolahan ikan, rumput laut, talas, dan pembuatan cuka dari nira dan sari lontar.
‘’Niat paling utama saya jadi bupati, berupaya menghilangkan masyarakat miskin di Kabupaten Bantaeng,’’ ujar pemilik PT. Maruki Internasional tersebut. Dan, tahun 2010 kemarin inkam per kapita penduduk Kabupaten Bantaeng sudah dapat digenjot mencapai Rp 10 juta. Atau telah mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibanding saat Nurdin Abdullah baru dilantik menjadi Bupati Bantaeng, dengan inkam penduduk hanya sekitar Rp 5 juta per kapita.
Bergairahnya masyarakat petani mengolah dan memanfaatkan setiap jengkal lahan pertaniannya di Kabupaten Bantaeng, juga tak lepas dari kegigihan Tim Penggerak PKK Kabupaten Bantaeng yang dipimpin Hj.Ny.Lies Nurdin, senantiasa keluar masuk pedesaan memberikan pembinaan, bimbingan serta bantuan yang berkaitan dengan upaya pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga melalui kalangan wanita.
Salah satu hasil yang patut diacungi jempol, pihak PKK Bantaeng kini telah mampumemproduk sejumlah makanan kemasan yang diolah dari bahan-bahan lokal hasil pertanian di Kabupaten Bantaeng. Makanan kemasan itupun sudah menembus penjualan di supermarket dan toko-toko swalayan di Kota Bantaeng maupun di berbagai kota lainnya di Sulawesi Selatan, termasuk di Kota Makassar. Di antaranya, berupa produk Dodol Rumput Laut, Dodol Jagung, Dodol Apel, Stick Keju dll, yang rasa dan kemasannya tak kalah dengan produk makanan kemasan produk pabrik tersohor.
Atas prakarsa Tim Penggerak PKK Bantaeng, juga di Kampung Loka Desa Bonto Marannu,Ulu Ere, sejak tahun lalu masyarakat sudah mulai mengembangkan tanaman bunga crysan atau bunga Seruni (chrysanthemum), dari yang berbunga tunggal berwarna putih, ungu dan kuning. Termasuk juga crysan cabang dengan bunga putih, kuning, ungu, dan merah.
Seperti dengan produk pertanian lainnya yang dikembangkan dalam periode Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah, pengembangan bunga crysan tersebut sebelumnya terlebih dahulu telah dijajaki pasarnya. Dengan harga Rp 1.500/potong,, sudah ada tiga toko kembang di Kota Makassar yang dalam tahap awal siap membeli masing-masing sekitar 200 potong bunga crysan setiap harinya.
Dengan jarak hanya sekitar 123 km dari Kota Bantaeng, produk semacam bunga crysan asal Ulu Ere masih akan segar tiba di Kota Makassar. Apalagi bunga asal Asia Timur (Korea, Jepang, dan China) yang kini banyak dibudidayakan serta digemari masyarakat di Amerika dan Eropa tersebut, keawetannya berdaya tahan hingga seminggu setelah dipetik.
Jika ke Ulu Ere, sebelum masuk wilayah outbond Loka Camp dan desa agro di Bonto Lojong, Muntea serta Lannying, akan melewati Desa Bonto Marannu, tempat berbagai jenis bunga bernilai ekonomis kini sedang dikembangkan oleh penduduk setempat. Melintas di ibukota Kecamatan Ulu Ere tersebut, kita selolah memasuki ‘Desa Bunga’ lantaran hampir semua halaman rumah penduduk dijadikan kebun bunga. Indah dan sejuk di ketinggian sekitar 1100 dpl.
Langkah awal, tahun ini direncanakan akan dikembangkan di Desa Bonto Marannu sekitar 10.000-an bunga crysan, sebagai pohon induk yang dapat menghasilkan 15 hingga 20 stek setiap pohonnya dalam masa 4 bulan. Langkah berikutnya, dipastikan keindahan crysan di Bonto Marannu tak hanya menarik perhatian pengunjung kawasan agro wisata. Akan tetapi juga akan membunga-bungai hati semua penduduk Ulu Ere dan sekitarnya untuk menanam kembang pencetak uang tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H