Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pencipta Lambang Provinsi Sulsel Wafat

14 Februari 2011   12:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:36 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pencipta logo lambang daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Ali Walangadi menghembuskan nafas terakhir hari Minggu, 13 Pebruari 2011 sekitar pukul 21.15 wita, di rumah kediamannya, Jl. Dr.Ratulangi, Kota Makassar. Jenazah dimakamkan siang hari, 14 Pebruari 2011 di Pekuburan Umum Andi Tonro, Makassar berdekatan dengan makam istrinya.

Ali Walangadi

Lelaki kelahiran Gorontalo, 7 Nopember 1928 ini semasa hidupnya selain dikenal sebagai seorang seniman pelukis sejak tahun 50-an, juga termasuk salah seorang seniman dan budayawan di Sulawesi Selatan yang mencetuskan dan menandatangani berdirinya Dewan Kesenian Makassar (DKM) tahun 1969, di Kota Makassar.

Tak heran jika Ketua Komisi C DPRD Provinsi Sulsel, H.Ajiep Padindang yang sebelumnya juga adalah salah seorang aktivis seniman DKM Makassar, pada 14 Pebruari 2011 secara spontan menggantikan foto profilnya di jejaring sosial FB dengan gambar logo Provinsi Sulsel karya almarhum Ali Walangadi.

‘’Telah berpulang ke rahmatullah Pejuang Pemprov Sulsel, Ali Walangadi,’’ tulis Ajiep kemudian dalam statusnya.

Dalam masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Ali Walangadi yang tergabung sebagai pelajar SMP Nasional di Kota Makassar, ikut berjuang menentang kehadiran kembali penjajah Belanda pascakemerdekaan di Kota Makassar, bersama tokoh pejuang Wolter Robert Mongisidi, Moulwy Saelan, Emmy Saelan, M Natsir Said, Alim Bachrie, Eddy Sabara, Daeng Patompo, dll.

Menurut seniman penyair DKM, Anis Kaba, salah seorang sahabat almarhum, puluhan kolega seniman yang tergabung dalam DKM begadang di rumah duka hingga subuh hari. Anggota DPR RI Akbar Faisal tampak hadir melayat ke rumah duka pada malam hari. Pagi harinya, 14 Pebruari 2011, Walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin datang melayat.

Bakat melukis ayah dari 11 orang anak ini sudah terlihat sejak kecil di masa pendudukan Jepang. Terbukti, masa itu ia memperoleh penghargaan medali ‘Gunung Fujiyama’ dan ‘Bunga Sakura’ dari Perwira AL Jepang, Laksda Sugimaro Kadsu atas kepiawaiannya menggambar di Makassar.

1297685800868412879
1297685800868412879
Logo/Lambang Daerah Provinsi Sulawesi Selatan karya Ali Walangadi

Sekalipun Ali Walangadi terlahir dari pasangan keluarga Ibrahim Walangadi (ayah) asal Kabupaten Gowa, Sulsel, dan Nurul Hatibi (ibu) dari Gorontalo, dalam karya-karya lukisnya tampak begitu kental memahami latar kehidupan sejarah budaya serta sosial kemasyarakatan masyarakat Sulsel.

Salah satu contohnya, pilihan kata dengan aksara Lontara ‘Toddopuli’ (Bhs.Bugis-Makassar) yang berarti ‘Teguh dalam Keyakinan’ yang diletakkan di bawah hasil karya logo yang kini masih dijadikan sebagai lambang daerah Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan gambaran ketinggian pemahaman Ali Walangadi terhadap roh kehidupan sosial dan budaya masyarakat Sulawesi selatan.

Berpuluh karya seni lukis Ali Walangadi semasa hidupnya telah dipamerkan dalam berbagai event seni dan budaya di Sulsel. Lambang Logo PT Semen Tonasa di Sulsel, juga adalah karya Ali Walangadi. Dia juga pernah membuat karya Semiotika (skest dan kata) berjudul ‘Revolusi Sulsel 1945-1950’ yang diterbikan oleh Dewan Harian Daerah (DHD) Angkatan 45 Provinsi Sulsel.

‘’……sebuah tembok tua/telah retak/ada Koran nasional/terkoyak cabik di rerumputan/menjadi sampah/diatasnya/anggrek ungu/melata/diam….’’ Demikian antara lain, bait sajak berjudul ‘Sajak 1951’ yang ditulis Ali Walangadi di Makassar, 7 Desember 2002.

Selamat Jalan Seniman Pejuang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun