Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indahnya Pemukiman Rakyat di Bukit Nipanipa Kota Lama Kendari

7 Januari 2015   01:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:40 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_345147" align="aligncenter" width="560" caption="Salah satu sudut pemukiman rakyat bukit Nipanipa di wilayah Gunung Jati Kota Lama Kendari/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Menyaksikan ramai dan pesatnya pertumbuhan kawasan pemukiman, pendidikan, perkantoran, industri serta pusat-pusat perdagangan modern di wilayah Mandonga, Andonuhu, Wuawua, Lepolepo dan sekitarnya, banyak pihak tak menyangka jika 50 tahun lalu kota Kendari, ibukota provinsi Sulawesi Tenggara sebelumnya luasnya hanya sekitar 10 kilometer persegi.

Kawasan Kota Lama itulah sebutan resmi saat ini diberikan pemerintah serta warga terhadap wilayah kota Kendari ketika pertama kali ditetapkan sebagai ibukota provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tahun 1964, setelah menjadi daerah otonom tersendiri berpisah dari provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulselra) yang beribukota di Makassar.

Awalnya, area Kota Lama Kendari berpusat di wilayah pelabuhan laut yang kini telah menjadi pelabuhan nusantara Kendari. Hingga sekitar 2 km ke arah barat berbatas dengan lapangan sepakbola Benubenua. Juga sekitar 2 km ke arah timur berbatas dengan permandian pantai Kassilampe. Jalanan, tempat-tempat pemukiman penduduk serta gedung-gedung perkantoran swasta dan pemerintah dibangun di tempat-tempat datar lereng perbukitan Nipanipa berbatasan langsung dengan bibir pantai bagian utara Teluk Kendari.

[caption id="attachment_345148" align="aligncenter" width="560" caption="Pemukiman rakyat di bukit Nipanipa lorong Fajar Merantau Kota Lama Kendari/Ft: Mahaji Noesa"]

1420544363765176449
1420544363765176449
[/caption]

[caption id="attachment_345149" align="aligncenter" width="560" caption="Pemukiman rakyat mengikuti kontur bukit Nipanipa ke arah Kampung Salo Kota Lama Kendari/Ft: Mahaji Noesa"]

1420544522229845340
1420544522229845340
[/caption]

Sekalipun sejak masa pendudukan Belanda kawasan Kota Lama Kendari sudah dilirik sebagai area konsentrasi militer, namun tak banyak bangunan peninggalan lama yang dapat menjadi bukti jika area Kota Lama pernah direncanakan oleh pihak kolonial untuk kelak dijadikan sebagai wilayah pusat pemerintahan. Kamp militer Belanda yang konon dibangun tahun 1930-an di wilayah Kampung Salo yang kini masih dijadikan kantor dan asrama militer, sejumlah bangunannya yang belum direnovasi masih tampak dengan ciri arsitektur asrama jaman dulu.

Ikon Kota Lama Kendari umumnya hadir setelah memasuki masa Kemerdekaan RI, seperti kawasan pertokoaan yang kini masih bertahan dengan wajah lamanya di depan area Pelabuhan Nusantara Kendari. Area pertokoan ini dahulu, disebut-sebut memiliki sejumlah toko jual-beli emas yang dikenal hingga di berbagai daerah lain berkualitas ‘Emas Kendari’ dengan jaminan kemurnian kadar emas 24 karat.

[caption id="attachment_345155" align="aligncenter" width="560" caption="Salah satu penunjuk arah Kota Lama di sekitar bundaran Mandonga kota Kendari/Ft: Mahaji Noesa"]

14205449622030509093
14205449622030509093
[/caption]

Di area sekitar Kota Lama pernah dijadikan pusat perkantoran dan pemerintahan tingkat provinsi Sulawesi Tenggara. Di kota lama dibangun rumah jabatan pertama Gubernur Sultra, rumah jabatan Ketua DPRD Provinsi Sultra, gedung pertemuan Wekoila milik Pemprov Sultra, dan RRI Stasion Kendari. Ada juga Mesjid Raya pertama kota Kendari dan Gereja Oikumene Sultra. Kini ikon tersebut umumnya sudah berpindah dibangun di wilayah-wilayah pengembangan baru kota Kendari yang luasannya meliputi hampir 300 km persegi.

Sekalipun begitu, sebagai wilayah pelabuhan Kota Lama dan sekitarnya yang seolah ditinggal hiruk pikuk perkembangan kemajuan kota metro Kendari, tetap saja diminati sebagai kawasan pemukiman. Hal itu terlihat dengan kasat mata perkembangan kondisi barisan bukit Nipanipa, mulai dari wilayah Manggadua, Gunung Jati, Sodohoa, Benuabenua hingga Tipulu Kemaraya yang dahulu pernah didengungkan akan dikembangkan sebagai Taman Hutan Rakyat (Tahura), dari hari ke hari dipadati pertambahan pembangunan rumah pemukiman.

Puluhan ribu KK kini telah membangun pemukiman permanen mengikuti lereng-lereng perbukitan Nipanipa yang berketinggian lebih 400 meter dpl (dari atas permukaan laut) dengan kemiringan 15 hingga 85 derajat. Suatu pemandangan kawasan pemukiman asli Indonesia yang murni dikembangkan oleh rakyat yang kemungkinan model pengembangannya hanya satu-satunya di dunia dapat disaksikan di sekitar bukit Nipanipa, kota Kendari.

Indahnya kehidupan pemukiman di bukit Nipanipa merupakan ikonik Kota Lama Kendari. Tak hanya dapat dilihat bagaimana rakyat mampu membangun serta menata lingkungan dan bentuk pemukiman mereka disesuaikan dengan kontur kemiringan bukit yang bervariasi tersebut. Lebih dari itu, yang patut diacungi jempol kemampuan rakyat menjaga serta memelihara harmonisasi kehidupan sehari-hari di antara kepadatan penduduk dan malang melintangnya posisi bangunan pemukiman serta asesorinya yang seolah saling menghimpit tindih menindih mengikuti lekuk perbukitan.

[caption id="attachment_345157" align="aligncenter" width="560" caption="Teluk Kendari dengan latar bukit Nipanipa/Ft:Mahaji Noesa"]

14205450671246959415
14205450671246959415
[/caption]

Menariknya, sejumlah pemukiman di lereng-lereng perbukitan yang terbilang terjal terlihat dibangun bertingkat pula. Antara pemilik rumah atau bangunan yang satu dengan lainnya juga tampak sangat kuat saling kerjasamanya membuat dan membangun ketahanan ancaman dari bencana alam banjir atau longsor. Demikian juga pengaturan sanitasi lingkungan yang dapat dibuat saling terkoneksi membutuhkan pengertian sangat tinggi dari masing-masing warga.

Dari wilayah bukit Nipanipa dapat disaksikan keindahan alam Teluk Kendari yang membentang seluas lebih 30 km persegi di tengah wilayah kota Kendari. Belakangan, terlihat sejumlah pemilik modal melirik lokasi sekitar bukit Nipanipa dengan membangun semacam tempat peristerahatan atau penginapan.

Memandang kerlap-kerlip lampu jalan dan pemukiman yang kini tumbuh di bukit Nipanipa malam hari dari arah selatan Teluk Kendari, seolah kita menyaksikan sebuah hotel berukuran super raksasa di tepi pantai dengan kesibukan super aktif lalu-lalang armada nelayan berhias beragam warna lampu navigasi.

Beberapa peñata lanskap perkotaan setelah menyaksikan keindahan panorama malam pemukiman bukit Nipanipa sepanjang Kota Lama Kendari dari arah selatan kota, berharap Pemkot Kendari dapat melengkapi membangun lampu-lampu hias yang atraktif di puncak Nipanipa guna menghidupkan panorama kota malam hari, sekaligus dalam kaitan upaya menumbuhkan dinamika usaha warga kota agar dapat ‘hidup’ siang dan malam hari.

Langkah seperti itu, juga disebut dalam rangka menyemangati perkembangan baru kota Kendari dengan akan segera dibangunnya jembatan Bahteramas oleh Pemprov Sultra sepanjang lebih 1 km melintas di atas Teluk Kendari menghubungkan Lapulu (selatan kota) ke Kota Lama Kendari (utara kota). Demikian juga akan segera dibangunnya sebuah mesjid terapung ‘Nuralam’ (mengabadikan nama Gubernur Provinsi Sultra) di arah barat Teluk Kendari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun