Suara musik berirama dangdut yang dikeraskan Selasa siang, dan sejumlah anak terlihat riang bermain berlari naik turun dari ruang-ruang lantai bawah ke lantai atas di rumah adat kabupaten Kendari memberi kesan kuat tempat yang masih berlabel P2ID kabupaten Kendari kini telah menjadi tempat kediaman keluarga.
Menurut sejumlah warga yang berdiam sekitar kawasan P2ID, sejak 14 tahun lalu ketika La Ode Kaimuddin (alm) tidak lagi menjabat sebagai Gubernur Sultra, terlihat rumah-rumah adat tersebut tidak pernah diurus. Bahkan dua gebernur berikut penggantinya tidak pernah lagi memanfaatkan kawasan P2ID yang sebelumnya dirancang sebagai kawasan miniatur provinsi Sultra, lokasi pusat promosi dan informasi daerah.
Puluhan bangunan instansi pemerintah Provinsi Sultra yang pernah dibangun sebagai tempat promosi dan informasi menggunakan biaya yang cukup besar dalam kawasan seluas lebih 13 hektar yang berpagar susunan batu alam mirip dinding Benteng Keraton Wolio di kota Baubau, Pulau Buton, kini semuanya tinggal puing, dinding-dinding bangunannya sudah roboh, kerangka besi bangunan sebagian besar telah hilang tak diketahui siapa yang mengambilnya.
[caption id="attachment_351697" align="aligncenter" width="480" caption="Sisa kerangka dari puluhan bangunan milik instansi Pemprov Sultra yang sudah hancur di kawasan P2ID Sultra/Ft: Mahaji Noesa"]
[caption id="attachment_351700" align="aligncenter" width="480" caption="Tampak bagian depan dinding dan plafon rumah adat Kendari di P2ID yang rusak berat/Ft: Mahaji Noesa"]
Sudah puluhan tahun tak terurus, termasuk ditandai dengan kondisi rusak parahnya dua pintu gerbang masuk keluar di arah barat kawasan P2ID Sultra. Demikian pula dengan taman dan jalanan penghubung dalam kawasan yang kini sudah menghutan ditumbuhi pohon dan belukar. Gedung Auditorium Pemerintah Sulawesi Tenggara yang dibangun dalam kawasan P2ID entah apa sebabnya sudah cukup lama tidak difungsikan dan kini dijadikan sebagai ruang sekolah SMK Tambang Nusantara.
Beberapa bagian pagar kawasan tampak dibiarkan rusak dan dijadikan tempat pemukiman serta berbagai jenis usaha. Sebuah gerbang masuk di arah utara kawasan samping kantor Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kota Kendari yang bersisian dengan kantor Kecamatan Kadia,ditutup lantaran kerangka besinya sudah karatan rusak tak berfungsi.
[caption id="attachment_351701" align="aligncenter" width="480" caption="Gerbang P2ID Sultra yang meniru bentuk gerbang Benteng Keraton Wolio di kota Baubau, Pulau Buton/Ft: Mahaji Noesa"]
[caption id="attachment_351698" align="aligncenter" width="480" caption="Dua Anjing penjaga di rumah adat Muna P2ID Sultra/Ft: Mahaji Noesa"]
[caption id="attachment_351699" align="aligncenter" width="480" caption="Lokasi di tepi luar pagar kawasan P2ID Sultra jadi tempat penjualan Sirtu/Ft: Mahaji Noesa"]
Melihat kondisi lokasi P2ID saat ini, seolah membenarkan ocehan-ocehan pascareformasi, bahwa pemerintah sudah cukup mahir merancang program pembangunan berbiaya besar tapi belum pandai memeliharanya. Paling parah banyak kasus proyek dirancang menurut keinginan pucuk pimpinan di daerah, ganti pimpinan ganti program.