Mohon tunggu...
I Made Maha Dwija Santya
I Made Maha Dwija Santya Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saat ini tergabung dalam tim keuangan perusahaan Candra Group. Berpartisipasi aktif dalam beberapa organisasi, seperti Jegeg Bagus Klungkung (Duta Wisata) dan pengurus inti KONI Klungkung,\r\nGemar berdiskusi untuk membangun wawasan. Percaya bahwa politik itu sangat mulia asal dilaksanakan dengan etika, sopan santun, hormat dan bermartabat, serta penuh tanggung jawab. SEBUAH PERLAWANAN!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah Anda Sudah Cukup PUNK? Mari Bercermin!

8 Agustus 2012   19:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:04 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="475" caption="Anak PUNK"] [/caption] Sudah dengar berita tentang kejadian di Aceh yang menimpa (katanya) para kaum Punk di Aceh sana? Saya sendiri belum tahu secara persis seperti apa kejadiannya, siapa yang terlibat, dan siapa yang jadi korban. Sejauh ini saya hanya menerima informasi dari mengikuti timeline-timeline tokoh yang dianggap cukup punk di Indonesia seperti @JRX_SID @rahung, dan memantau beberapa media berita melalui internet. Saya memihak yang mana? Jelas saya NETRAL Tapi melalui blog pribadi ini saya mencoba untuk menuangkan opini saya terhadap fenomena ini. Pertama mungkin saya mulai dari definisi Punk itu sendiri. Secara pribadi saya menjabarkan Punk sebagai bentuk perlawananterhadap apapun, namun tetap dengan dasar-dasar yang jelas dan tentu dengan cara yang cerdas. Saya kali ini mengambil contoh Jerinx Superman is Dead sebagai contoh yang tepat sebagai Punk dengan perlawanan yang cerdas. Benarkah dia cukup Punk? Seperti apa perlawanan si Jerinx ini?

  1. Pertama yang saya tahu dia melawan penggunaan plastik secara berlebihan. Saya mulai tahu Jerinx melakukan kampanye ini saat kelas satu SMA, itu sekitar tahun 2005an melalui video klip band side project-nya in the arms of the angels-Devildice. Menurut saya cukup masuk akal ide nya, caranya sederhana yaitu dengan selalu membawa tas belanja sendiri saat berbelanja, dengan begitu penggunaan tas plastik dapat diminimalisir. Perlawanan ini secara nyata sudah Jerinx lakukan dengan tidak menyediakan kantong plastik bagi pelanggan yang berbelanja di Distro RUMBLE miliknya  . Memang cukup merepotkan, tapi bukankah memang setiap perjuangan butuh pengorbanan?
  2. Kedua, Jerinx bersama SID juga mengkampanyekan tentang “bangga dengan bersepeda”. Kampanye yang sangat cocok untuk kondisi bumi saat ini, dimana polusi sudah sangat merajalela. Percayalah, kampanye ini sudah mereka suarakan jauh sebelum trend sepeda fixie merambah Indonesia, yaitu sejak akhir tahun 2006an, bedanya mereka menggunakan Sepeda Low Rider. Idenya sederhana dan penuh makna.
  3. Ketiga Jerinx melakukan ‘perlawanan’ dengan produk fashion RUMBLE. Fashion? perlawanan hanya melalui penampilan fisik? Apakah itu Punk Cerdas? Ini cara pandang Jerinx mengapa itu bisa disebut Punk Cerdas: Saya sudah sangat muak melihat ‘keseragaman’ di dalam bisnis clothing di Bali/Indonesia. Sudah saatnya ada clothing lokal yang bisa ‘lepas’ dari konsep ‘cool’ yang didatangkan dari pusat. Sudah saatnya setiap daerah dan remaja nya punya gaya dan cara pikir mereka sendiri, bukan hasil cuci otak dari pihak yg ‘itu-itu’ saja. Yeah, pemikiran Jerinx memang ajaib!

Oke, dari contoh di atas sudah terlihat jelas bukan mengapa Jerinx layak disebut anak Punk? Mari kita kembali ke kasus Anak Punk di Aceh. Pertanyaan besar saya pada kasus ini adalah, SIAPA YANG MENGKLAIM 65 ORANG YANG DIGUNDUL ITU ADALAH ANAK PUNK? Apakah karena mereka berambut mohawk? Atau karena mereka jarang mandi? Atau karena mereka selalu berjaket kulit dengan sepatu boots dan fasih berkata ‘fuck’? Kalau memang dasarnya hanya karena penampilan mereka, berarti sangat mudah menjadi ‘Anak Punk’ ya? Misalkan, perbuatan mereka melanggar hukum seperti mengganggu masyarakat yang ada di jalanan, apakah kita sebagai Anak Punk harus tetap membela mereka karena mereka adalah ‘Anak Punk’ dilihat dari penampilan mereka? Hei hei hei, saya tidak mau jadi ‘Anak Punk’ kalau pemikirannya sedangkal itu. Okelah, harus diakui bahwa faktor penampilan itu tidak bisa lepas dari PUNK, tapi saya pribadi menilai bahwa konsep PUNK itu akan luntur bila penampilan tersebut tidak dibarengi dengan karya positif yang ia hasilkan. Yakinkah kamu fenomena ini bukan akal-akalan media yang ingin mengusik solidaritas para punkers di Indonesia dengan sengaja menyisipkan kata ‘anak punk dalam beritanya’? Coba pikir lebih dalam. [caption id="" align="aligncenter" width="463" caption="Anak PUNK"][/caption] Tulisan saya kali ini sebenarnya muncul dari keresahan saya ketika sedang mengecek timeline dan banyak akun twitter yang ‘meributkan’ masalah punk di Aceh. Banyak kata-kata FTP dan FTG bertebaran di twitter. Kamu tahu apa itu FTP dan FTG? FTP itu Fuck The Police, dan FTG itu Fuck The Government. Astaga, bencana macam apa lagi ini. Sedikit-sedikit menyalahkan pemerintah, sedikit-sedikit menyalahkan polisi. Saya paling tidak suka cara yang seperti ini. Oke, beberapa oknum pemerintah dan polisi memang ada yang ‘menyebalkan’, tapi apakah harus menganggap semua polisi dan pemerintah itu ‘FUCK’? Menurut hemat saya, ada beberapa faktor yang mungkin menyebabkan berita tentang ‘Nasib Punk di Aceh’ ini sampai mendunia. Serius, berita ini masuk berita internasional. Pertama, Punk itu selalu identik dengan kaum yang ‘tidak mapan’ dan hidupnya penuh perjuangan. Iya kan? Disadari atau tidak stereotip itu sudah kadung terpatri di alam bawah sadar kita. Kedua, Aceh adalah kawasan di Indonesia yang menjalankan Syariat Islam. Bagi beberapa kalangan ini adalah suatu ‘masalah’. Dianggap tidak setia pada NKRI lah, dianggap tidak menghormati agama lain lah, dianggap sok suci lah, dianggap tidak menghargai Bhinneka Tunggal Ika lah, dan masih banyak lagi cibiran yang miring yang menimpa kawasan ini. Dua hal ‘sensitif’ inilah yang menyebabkan mereka, para kaum yang ‘sirik’ pada Aceh memiliki kesempatan untuk ‘memanipulasi’ berita, seakan-akan bahwa kaum punk yang sudah ‘tidak mapan’ itu kembali dilecehkan di kawasan yang ‘sok suci’ itu. Hal ini tentu untuk membangkitkan amarah para kaum punkers yang notabene didominasi oleh orang-orang yang ‘nekat’. Yang sangat saya sayangkan pada kasus ini adalah para punkers yang mendengar berita ini langsung saja tersulut amarahnya. Ckckckkck. Perdebatan di media sosial tidak bisa dihindarkan lagi. Para kaum punkers berteriak marah karena ‘saudara’ nya merasa dilecehkan. Solidaritas mengalahkan objektivitas berpikir para punkers. Sampai-sampai suara untuk surat petisi digital pun dikumpulkan.

Arti ‘perlawanan’ menjadi kabur, hilang ditelan emosi. [caption id="" align="aligncenter" width="431" caption="@JRX_SID"][/caption] Please, stop sejenak perbuatan melecehkan dan kata-kata makian di media sosial pada Aceh atau pun pada Polisi dan Pemerintah. Mari kita duduk melingkar, dinginkan kepala, coba renungkan bersama-sama dengan pikiran terbuka tentang masalah ini.
  1. Pertama kita harus mencari tahu apa yang terjadi di sana? Penangkapan dan penggundulan? Iya memang terjadi penangkapan dan penggundulan 65 orang dengan dandanan punk. Ingat, hanya dandanan lho!
  2. Kedua, mengapa hal itu sampai terjadi pada mereka? Benarkah mereka ditangkap karena mereka menganut ideologi punk? atau hanya karena dandanan mereka dianggap kurang sopan? hanya karena itu? yakin? Saya sendiri sih tidak mau gampang dihasut berita murahan ya. Mana mungkin aparat bisa menangkap dan seenaknya menggunduli kepala orang tanpa ada payung hukum yang jelas. Berpikirlah lebih jernih sob, ga semua anak punk itu cerdas seperti kamu! Kadang cara mereka menyalurkan kreativitas mereka salah, kadang mereka juga salah memahami ideologi punk seperti apa.
  3. Tindakan apa yang harus kita lakukan melihat fenomena ini? Cari tahu terus informasinya sob! Punya akun facebook kan? Punya akun twitter kan? Sering browsing dan cari berita kan? Pakai itu semua! Jangan hanya menilai dari satu sudut pandang aja, dan juga jangan juga hanya menerima mentah-mentah pendapat-pendapat tokoh idolamu. Ingat, idolamu juga manusia bro, bisa aja pas bikin postingan emosinya lagi mengontrol pikirannya. Mau ikut-ikutan jadi orang emosian? Ga kan? Setelah tau informasinya dengan jelas, baru deh kita boleh membuat kesimpulan siapa yang harus dibela dan harus diperjuangkan.
  4. Action, Lakukan ‘Perlawanan’! Uda tau kan siapa yang mesti dibela? Masa mau diem aja? Ngaku anak ‘Punk’ kan? Lakukan Perlawanan Bro! Tapi inget harus dengan caraCERDAS. Dan mencaci maki itu jelas bukan cara cerdas :)
Oke kayaknya cukup segitu aja opini dari saya, uda kepanjangan juga kayaknya. Hehe. Pesan terakhir: Tanamkanlah jiwa-jiwa PUNK dalam diri kalian untuk melakukan ‘perlawanan pada dunia’, tentunya dengan cara yang CERDAS [caption id="" align="aligncenter" width="394" caption="..."][/caption] FYI: Berita Terbaru Tentang Nasib (yang katanya) Anak Punk yang Digundul di Aceh —-> klik link http://www.acehkita.com/foto/foto-punk-berseragam-polisi/ [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Anak PUNK"]
Anak PUNK
Anak PUNK
[/caption] (Tulisan lama yang sebelumnya sudah pernah saya publikasikan di Tumblr http://dog-eats-shit.tumblr.com/post/14306558842/apakah-anda-sudah-cukup-punk-mari-bercermin)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun