Bagi mahasiswa yang kuliah jurusan kehutanan, seperti tidak 'sah' atau bisa diragukan legalitas rimbawannya, jika tidak pernah menginjakkan kaki di permukaan bumi yang paling tinggi itu (gunung). Itulah sebuah keyakinan yang ditanamkan oleh senior-seniorku dulu, bisa dikatakan secara turun-temurun.
Bukan sebuah kebetulan, saya adalah salah satu mahasiswa yang mengeyam pendidikan di jurusan kehutanan. Jurusan yang distigmatisasikan identik atau dekat sekali dengan romansa alam-alam gitu. Baik itu; Hutan, sungai, gunung, pabrik. Eh, pabrik enggak ding. Pokonya macam-macam dah.
Memang, salah satu keindahan alam Indonesia yang paling memukau adalah gunung. Katanya di Indonesia memiliki jumlah gunung sebanyak 127 atau 129 gunung, baik yang aktif maupun yang pasif. Terbanyak di dunia dan menduduki peringkat pertama dari semua negara (wow!). Pokonya negeri inilah rekornya.
Apalagi itu di Jogja, selain dijuluki dengan kota istimewa. Jogja juga merupakan kota yang kaya sekali dengan keindahan pariwisata dan tentu juga beserta Mbak-mbaknya dong. Itu yang paling istimewalah menurutku. Hehehe.
***
Ketika masih semester awal kuliah dulu. Sewaktu di subuh hari, saat masih bisa dikatakan rajin-rajinnya ke masjid (upss, bukan sok pamer). Saya berjalan untuk pergi sholat berjama'ah di masjid. Tanpa sengaja, saya menemukan sebuah baleho kecil yang melekat di batang pohon di samping jalan sebelum masuk ke masjid, yang bertuliskan;
"Gunung 2.930 mdpl sanggup kau tapaki, masjid yang berjarak 100 meter tak mampu kau jalani"
Kalimat tersebut merupakan kalimat sakti, yang langsung menusuk hati. Yang membuat saya berulang-ulang kali mengintrospeksi diri dan mempertanyakan kembali eksistensi makhluk ciptaan Ilahi. Apakah itu benar adanya?
Dalam pandangan saya yang dangkal, tapi masih berakal ini. Memang banyak yang mampu menaklukkan gunung-gunung tinggi, tapi sulit sekali menaklukkan masjid yang membutuhkan 5 menit saja jika untuk melangkahkan kaki.
"Iya, juga ya. Sangat satire kali kalimat itu, atau mungkin Tuhan sedang mendoktrinku. Oh, semesta!" Celoteh saya di dalam hati. Sambil melangkah kaki melanjutkan misi peribadatan.