Mohon tunggu...
Mahadharu Ashifaati Ashfan
Mahadharu Ashifaati Ashfan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Meski kita tidak bertatap muka, namun dalam puisi selamanya kita berjumpa. Follow agar tidak ketinggalan tulisan tulisan lainnya ya 😀

Selanjutnya

Tutup

Money

Permasalahan Budidaya Udang Vaname di Probolinggo

4 Maret 2022   21:17 Diperbarui: 5 Maret 2022   19:12 4851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Latar Belakang Masalah

Di Indonesia udang merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan yang perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya. Seperti diketahui, Presiden Jokowi menginginkan udang vaname menjadi sebagai salah satu prioritas nasional di bidang perikanan. Berdasarkan data International Trade Center (2017), terlihat bahwa nilai ekspor udang vaname beku (Whiteleg Shrimps) terhadap total nilai ekspor perikanan tahun 2016 mencapai lebih dari 27%. Dari data tersebutlah dapat disimpulkan bahwa udang memiliki peranan besar terhadap kinerja ekonomi perikanan Indonesia.

Probolinggo terletak sekitar 100 km sebelah tenggara Surabaya, dan berbatasan dengan selat Madura disebelah utara. Probolinggo ini terletak diwilayah tapal kuda, jawa timur dan menjadi jalur utama pantai utara yang menghubungkan pulau jawa dengan pulau bali. Berdasarkan karakteristik daerah 60% mata pencaharian penduduk bekerja di sector pertanian, sedangkan untuk daerah pantai seperti di Kec Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending,Pajarakan, Kraksaan dan Paiton sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan dan berbudidaya udang. Budidaya udang vaname bisa menjadi peluang usaha bagi para pemula di probolinggo yang ingin terjun di dunia bisnis. Budidaya ini banyak diminati masyarakat probolinggo karena keuntungan yang di dapatkan lumayan menggiurkan, tentunya dengan modal yang cukup besar juga.

Permasalahan budidaya udang vaname di probolinggo itu bermacam macam mulai dari manajemen lingkungan dalam pemeliharaan udang, pengelolaan air kurang maksimal, benur atau bibit kurang bermutu dan yang paling umum adalah penyakit. Jenis penyakit udang yang menyerang antara lain AHPND (Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease), Black Gill Disease, Black Spot Disease, Covert Mortality Disease, Enterocytozon Hepatopenaei (EHP), IHHNV, Myo, Taura Syndrome, Berak Putih, White Spot Syndrome (WSS) dan Yellow Head Disease.

Identifikasi Masalah 

            1. Penyakit 

(m.bisnis.com) Menurut Ketua Harian Shrimp Club Indonesia (SCI) Hardi Pitoyo menyebutkan saat ini ada sejumlah jenis penyakit yang berpotensi mengintai dan mengganggu budidaya udang seperti white spot, white feces syndrome, dan AHPND yang menyerang udang pada tahap larva. “diduga penyakit ini akan berimbas apabila dibiarkan. Sudah ada 2 negara yang kena,” Ujarnya. Untuk itu, dia minta agar semua pihak bisa bekerja sama untuk mengatasi serangan wabah penyakit ini.

            2. Pengelolaan air kurang maksimal 

Berbudidaya udang itu yang menjadi tolak ukur keberhasilannya adalah kualitas airnya, jika kualitas air buruk maka sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan budidaya. Menurut Bagus Dwi Prasetyo, Kualitas air seolah menjadi primadona dalam sebuah tambak udang. Bagaimana tidak, hampir setiap upaya yang dilakukan dalam budidaya adalah untuk menjaga kualitas air. Hal ini tidak berlebihan, karena kualitas air yang baik membuat udang nyaman untuk hidup, makan, dan tumbuh sehat. Beberapa hal mengancam mempengaruhi kualitas air tambak udang, seperti blooming plankton, pH sumber air yang tinggi, turunnya konsentrasi DO, serta menumpuknya bahan organic di dasar kolam.

          3. Benur atau Bibit kurang bermutu

Hampir sering kali terjadi, permasalahan panen dini di usia 10-20 hari terkadang masalah utamanya pada benurnya sendiri. Pembudidaya kurang teliti pada saat pemilihan benur udang, atau yang hanya dilihat sebagian benur saja yang lainnya tinggal angkut tanpa di cek. Pemilihan benur menjadi hal yang perlu di perhatikan selanjutnya. Benur yang dipilih harus dalam keadaan sehat dan tidak terkena penyakit sebelum ditebar. Virus dan penyakit yang menyerang benur akan menulari benur yang lain dalam tambak sehingga kemungkinan dapat menyebabkan mortalitas massal.

Solusi yang perlu dilakukan Pembudidaya Udang di Probolinggo

Berangkat dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, saya yang juga sebagai pembudidaya ingin memberikan sedikit solusi yang harapannya bisa bermanfaat untuk seluruh pembudidaya udang dan mengembalikan khittah Indonesia sebagai pengekspor udang terbesar di dunia. Maka dari itu, saya akan mencoba memberikan analisis terhadap permasalahan tersebut. 

          1. Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati.

Penyakit adalah hal yang paling merugikan bagi pembudidaya udang vaname. Udang yang terjangkit penyakit juga turun harga jualnya di pasar karena biasanya turut menurunkan kualitas udang. Selain itu, udang yang sakit nafsu makannya turun sehingga pakan yang diberikan dapat terbuang sia sia di kolam. Maka dari itu ada beberapa cara untuk melakukan pencegahan udang terserang penyakit :

  • Menerapkan Biosecurity 

Menjadi bagian penting dalam pengelolaan tambak udang, meliputi pencegahan masuknya pathogen dari luar dan memberikan penanganan jika terjadi penyakit ditambak. Biosecurity mencakup semua tahap pengelolaan tambak udang dari mulai persiapan lahan, persiapan air, penebaran benur, pemeliharaan, penanganan limbah, dan panen

  • Memilih Pakan Yang Berkualitas

Pakan yang diberikan untuk udang harus dijaga kualitas nilai gizi dan terbebas dari kontaminasi penyakit. Terkadang ada pakan yang menyebabkan penyakit berak putih dll pada saat ingin mengganti ukuran pakan dengan dioplos dengan pakan ukuran sebelumnya.

  • Pemberian Suplemen dan Probiotik

Suplemen tambahan dapat diberikan bersamaan pakan dengan dosis yang terukur (tergantung dengan jenis suplemen) terutama yang mengandung karotenoid, beta karoten, vitamin C, astaxanthin karena terbukti meningkatkan imunitas. Dan juga penggunaan probiotik akan membantu ekosistem dalam sirkulasi nutrient agar sampah organic tidak menumpuk terutama di sedimen kolam.

            Ketika sudah melakukan pencegahan, tetapi masih terserang penyakit langkah selanjutnya adalah pengobatan. Apabila udang sudah terkena penyakit maka sebenarnya cara yang paling ampuh dengan memberikan antibiotic atau vaksin. Tetapi antibiotic telah dilarang penggunaannya karena dikhawatirkan membahayakan lingkungan. Sampai saat ini masih belum ada cara penyembuhan yang paling efektif. Salah satu alternative terbaik adalah pencegahan.

  • Penyakit AHPND

Tanda-tanda klinis: udang yang mengalami penyakit AHPND menunjukkan kosongnya saluran pencernaan dan hepatopankreas berwarna pucat dan mengecil, kulit menjadi lunak, dan bintik hitam pada hepatopankreas. Kematian dapat terjadi pada hari ke-10 setelah tebar dan udang yang lemas tenggelam didasar kolam.

Pencegahan: treatmen air sebelum masuk kolam budidaya, penggunaan benur SPF, manajemen budidaya yang baik dengan menjaga kualitas air tetap stabil tidak terjadi perubahan secara mendadak, mengurangi ukuran kolam untuk mempermudah pengelolaan, menambah aerasi untuk meningkatkan kapasitas energi.

Pengobatan: belum ada.

  • White Spot Syndrome (WSS)

wssv-by-cpp-62221c14bb448676d7250296.jpg
wssv-by-cpp-62221c14bb448676d7250296.jpg

Tanda-tanda klinis: Gejala klinis yang tampak pada udang yang terinfeksi berupa bintik putih, biasanya berbentuk lingkaran pada kulit dan terkadang disertai oleh kemerahan pada seluruh tubuh, hepatopankreas membesar dan berwarna putih kekuningan, hilangnya nafsu makan dan setelah beberapa hari udang tampak sekarat dan berenang di atas permukaan air di dekat pinggiran kolam.

Pencegahan: menghindari penebaran benih dimusim yang lebih dingin, menggunakan benur SPF atau benur yang bebas penyakit. Menerapkan biosekuriti dan polikultur udang dengan ikan. Selain itu pakan yang digunakan menghindari penggunaaan pakan hidup.

Pengobatan: tidak ada vaksinasi yang efektif untuk pengobatan WSSV. Dapat dicegah dengan menambahkan beta-glucan, viamin C, fucoidan dan imunostimulan lain pada pakan yang dapat meningkatkan resistensi terhadap virus ini.

  • Infectious Myonecrosis Virus (IMNV / Myo)

myo-vaname-62221c65bb448632e2112a7f.jpg
myo-vaname-62221c65bb448632e2112a7f.jpg

Metode diagnosa: Udang mengalami kram pada jaringan otot, lalu pada segmen badannya terdapat seperti gumpalan awan putih. Jika sudah parah, jaringan otot akan mati dan berwarna merah.

Pencegahan: dapat dicegah dengan memperketat sistem biosekuriti. Sejumlah langkah yang bisa dilakukan para petambak untuk meminimalisir penyakit myo, yang pertama adalah selalu gunakan benur dari indukan yang sudah terbukti bebas dari penyakit atau SPF (Specific Pathogen Free). Selanjutnya adalah penerapan biosekuriti yang ketat dalam kawasan pertambakan, kurangi kepadatan tebar benur tanpa oksigen yang cukup untuk supra intensif dan lakukan pemanenan bertahap. Biosekuriti yang dapat dilakukan contohnya pembalikan tanah tambak, pengeringan tambak selama 2 minggu, pemberian klorin yang harus di netralkan nantinya agar tidak menjadi racun yang membunuh udang. Klorin harus dibilas keluar dari tambak dengan mengalirkan air ke dalam tambak kemudian airnya dibuang. Selanjutnya dapat dilakukan penyaringan air dengan tambak tandon, serta aplikasi plankton dan probiotik dapat memutus mata rantai serangan penyakit. Langkah lainnya untuk mencegah penyakit myo dan penyakit lain masuk tambak baik melalui air, benur, maupun agen pembawa (kepiting, ikan, burung dan lainnya). Misalkan dengan memasang jaring atau plastik di dasar tambak untuk mencegah biota air seperti kepiting masuk tambak dan menggunakan alat penghalau burung. Penerapan biosekuriti juga sebaiknya dilakukan pada satu area pertambakan yang menggunakan satu saluran atau sumber air dan benur yang sama.

Pengobatan: tidak ada vaksinasi efektif untuk IMNV atau Myo. Pada awal fase infeksi ketika mortalitas masih rendah dapat dilakukan: stabilisasi kualitas air khususnya suhu, salinitas, dan pH; meningkatkan aerasi; memberikan pakan tambahan yang mengandung vitamin C; memberikan molase (25% dari FR/hari) atau diberi probiotik; dan mengurangi jumlah pakan atau menghentikan pakan sementara.

  • Berak Putih

white-faeces-disease-in-shrimp-62221cb3e2d60e378b5a6f68.jpg
white-faeces-disease-in-shrimp-62221cb3e2d60e378b5a6f68.jpg

Metode diagnosa: melihat tanda-tanda yang muncul dan dapat diklarifikasi dengan membawa sampel udang ke laboratorium untuk dilakukan uji menggunakan metode PCR.

Pencegahan: dilakukan dengan mengurangi jumlah tebar, mengurangi penumpukan bahan organik dengan melakukan penggantian air, penggunaan klorin dan/atau hidrogen peroksida pada saat persiapan air, menjaga kualitas air, penggunaan bubuk bawang putih pada pakan, penggunaan probiotik untuk mengontrol populasi bakteri Vibrio, mengontrol kestabilan warna air (berhubungan dengan populasi fitoplankton) dengan mengatur rasio C:N:P, penggunaan benur berkualitas (SPF atau SPR), dan kontrol pemberian pakan.

Pengobatan: jika terjadi infeksi penyakit di tambak dapat dilakukan: segera mengurangi jumlah pakan atau menghentikan sementara pemberian pakan, meningkatkan aerasi menggunakan kincir, tambahkan bubuk bawang putih bersamaan pakan, dan gunakan probiotik dengan dosis 3x dari penggunaan normal.

          2. Rutin Mengontrol Kualitas Air 

Hakikatnya, berbudiya udang itu sama saja dengan berbudidaya air, jika kualitas airnya bagus dan terjaga saya pastikan panennya sesuai yang diharapkan. Menjaga kualitas air menjadi sangat penting sebagai komponen utama di tambak. Control harian pH, salinitas, DO, dan suhu adalah standar minimum untuk mengetahui keadaan kualitas air saat itu. Dijaga agar tidak ada perubahan mendadak, perubahan mendadak itulah yang akan menyebabkan udang stress. Jika terjadi maka harus segera mengambil langkah agar mengembalikannya ke keadaan normal. Hal terpenting lain adalah menjaga stabilitasnya. Kemudian secara mingguan mengontrol konsentrasi bahan organic (ammonia, nitrit, nitrat, mineral, karbonat) serta menghitung totalvibrio dan plankton.

           3. Memilih benur yang sehat dan berkualitas

Benur yang berasal dari hatchery yang terjamin kualitasnya, dibuktikan dengan benur yang mengantongi kategori Specific Pathogen Free (SPF) atau Specific Patoghen Resistant (SPR). Pada awal 1990 mulai dikembangkan benur berkualitas bernama Specific Pathogen Free (SPF). SPF adalah sebuah pengembangan genetic udang. Pada 1998, benur SPF sudah mulai masuk ke Asia dan terus meluas pesat ke penjuru Asia. Penggunaan benur SPF tentu sangat menguntungkan. Benur dengan spesifikasi SPF akan menjamin benur telah bebas dari pathogen (terutama virus) penyebab penyakit.

Sedangkan SPR adalah kondisi karakter genetic udang yang memiliki resistensi atau ketahanan terhadap pathogen spesifik (diantaranyaTSV, IHHNV atau WSS). SPF dan SPR adalah karakter yang saling independen, artinya keduanya tidak dapat dalam satu individu yang sama. Tidak semua udang kategori SPF juga mengantongi kategori SPR. Tetapi biasanya udang yang sudah mengantongi SPR tidak perlu mengantongi SPF. Penggunaan benur SPF dan SPR adalah meminimalisir resiko terserang penyakit. Strategi lain tetap harus menjadi standar seperti biosecurity,early warning surveillance (sistem pengawasan dini), dan respon cepat jika terjadi penyakit.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun