Pada suatu hari, tinggallah seorang gadis bernama Maula yang menjalani kehidupannya di sebuah perdesaan yang cukup dekat dengan sebuah istana. Disana, hiduplah seorang putri bernama Ishita. Meskipun Maula hanyalah rakyat biasa, orang-orang di perdesaan tersebut menyebut Maula sebagai putri istana karena sifatnya yang ramah dan suka menolong.
Sedangkan untuk Ishita, ada rumor yang beredar di perdesaan bahwa dia adalah sosok yang sombong dan gila hormat.
Setiap hari, Maula selalu berjalan-jalan keliling desa untuk menolong mereka yang membutuhkan, seperti menurunkan kucing yang berada di atas pohon, membantu petani mencangkul tanah, membantu memberi makan hewan ternak, dan lain-lain. Sedangkan Ishita menjalani kesehariannya dimulai dari pembelajaran di kamarnya sendiri.
Pelajaran yang diberikan pun beragam, mulai dari cara menjadi putri istana yang baik, bertutur kata yang santun, dan memasang muka yang ramah. Tetapi pelajaran seperti ini membuat dia merasa bosan dan pada suatu hari, dia memutuskan untuk melakukan kunjungan ke daerah perdesaan di kerajaannya.
Dalam kunjungannya, dia disambut baik di beberapa desa, seperti diberi buah-buahan, cinderamata, dan sebagainya. Sedangkan di desa lainnya, dia tidak mendapatkan perlakuan spesial dan dianggap sebagai rakyat biasa, walaupun cara berpakaiannya seperti putri kerajaan dan menaiki kereta kerajaan.
Di desa yang selanjutnya dia menemui calon tunangannya karena ketampanannya, dan memberlakukan desa itu dengan baik. Tetapi ketika dia mengunjungi desanya Maula, dia tidak disambut dengan baik. Banyak tatapan sinis yang tertuju kepada dia, banyak juga yang saling berbisik tentang keburukannya.
Semakin lama, suasana disana semakin suram dengan dilemparnya buah-buahan yang busuk dan sampah-sampah lainnya kepada Ishita. Banyak di antara mereka membanding-bandingkan antara sifat Ishita dan Maula yang bertolak belakang.
Mereka juga mulai mengolok-olok Ishita dari rumor yang beredar tanpa mengetahui kebenerannya walaupun mereka ada di hadapan Ishita. Semua ini membuat Ishita semakin kesal dan menunjukan sifat sombongnya itu, yang justru membuat rakyat semakin yakin tentang rumor yang beredar.
Alhasil, dia menjadi murka dengan perlakuan buruk di desa tersebut dan mulai memaksa orang-orang disana agar menghormati dia. Dia mulai mengerahkan prajurit yang ikut dengannya untuk menutup toko yang ada, mengobrak-abrik beberapa rumah, dan mencaci-maki masyarakat di sana.
“Kalian hanyalah rakyat kecil, seharusnya kalian menghormati aku sebagai ratu kalian di masa depan” Ucapnya. Tetapi, Maula membalasnya dengan kepolosannya. Dia bertanya “Bukankah kau harusnya tidak menjadi sombong agar mendapatkan kehormatan?”.
Ishita merasa tersinggung karena ini baru kali pertama dia disebut sebagai pribadi yang sombong. Dia pun membalas “Janganlah kau berkata seenaknya. Apakah kau mau aku memerintahkan prajuritku untuk merubuhkan desa ini?”. Maula bingung dengan responnya dan memutuskan untuk tidak melanjuti percakapannya.
Ishita pun memprovokasinya dan berkata “Kenapa terdiam? Apakah kau takut sekarang?”. Orang-orang pun menjadi semakin takut dan mulai tunduk kepada Ishita, sedangkan Maula tetap berdiri dengan tampak kebingungan. Ishita pun semakin kesal atas perbuatan Maula dan kembali ke istana.
Sesaat dia di istana, Ishita mengadu kepada ayahnya yang merupakan seorang raja. Ayahnya pun penasaran dan pergi ke desa tempat Maula berada. Tetapi sesaatnya dia disana dan melihat Maula, dia pun terkejut. Dia pun kembali ke istana dan mengutus prajurit untuk membawa Maula ke istana.
Disana, dia membandingkan antara Maula dan Ishita yang bila dilihat dari dekat, merupakan anak kembar yang berasal dari orang tua yang berbeda. Dia pun menyadari bahwa Ishita bukanlah anak dari dia sendiri, tetapi mereka adalah anak yang tertukar.
Maula pun dinobatkan sebagai putri baru dan langsung menyebutkan perbuatan keji yang dilakukan oleh Ishita, dan Ishita pun memohon ampun dari Maula dan Sang Raja. Tetapi, Sang Raja sudah membuat keputusan untuk mengeluarkan Ishita dari kerajaannya atas perbuatannya itu.
Ishita pun diusir dari wilayah kerajaannya dan memulai kehidupan barunya di kerajaan sebelahnya. Disana dia hanya bisa meratapi nasibnya yang sekarang hanya seorang rakyat biasa. Tetapi, Maula mengejarnya untuk memberi Ishita sebuah kalung yang berharga. Ishita pun menangis dan menyesal atas perbuatan yang dia lakukan terhadap Maula dan warga-warga di desanya.
Maula memaafkannya dan sedikit membantu Ishita untuk menjalani kehidupan barunya di desa tersebut.
Maula mengajari Ishita cara menjalani kehidupan sebagai rakyat biasa, sedangkan Ishita mengajari Maula cara menjadi putri istana. Walaupun mereka tidak berteman, hubungan mereka sekarang sudah pulih karena sifat Maula. Ishita pun berterima kasih kepada Maula atas bantuannya dan melanjutkan kehidupannya di desa. Sedangkan Maula kembali ke istana untuk menjalani kehidupannya sebagai putri.
Dari saat itu, kehidupan dari kedua perempuan itu menjadi semakin baik. Maula semakin bersikap selayaknya ratu dan setiap hari mengunjungi perdesaan untuk membantu para warga disana. Ishita juga setiap hari semakin meninggalkan sifatnya yang sombong dan egois itu dan mulai membantu para warga disana.
Disana, dia juga disebut putri istana, sama seperti Maula yang dulu disebut sebagai putri istana. Konflik yang sama pun terjadi di perdesaannya Ishita, tetapi raja dan ratu disana merupakan tirani yang kejam dan mereka pun memperjuangkan kemerdekaannya.
Beberapa tahun kemudian, Maula mengunjungi tempat dimana Ishita tinggal hanya untuk menemukan bahwa Ishita sudah tidak berada disana. Ishita sekarang sudah menjadi ratu di kerajaan tersebut. Begitu pula dengan Maula karena ayah dan ibunya yang merupakan raja dan ratu disana sudah tidak kuat lagi untuk memimpin dan meneruskan tahtanya ke Maula. Mereka pun memutuskan untuk menggabungkan kedua kerajaan tersebut.
Kerajaan baru tersebut menjadi sangat maju karena kebaikan dari mereka membuahkan banyak kooperasi dengan kerajaan lain yang saling menguntungkan. Mereka sering bernegosiasi dengan kerajaan lain untuk menjalin sebuah hubungan antar sumber daya. Mereka pun bersikap tegas kepada pihak lain yang hanya ingin mencari keuntungan satu sisi dan tidak segan untuk melakukan agresi jika hal tersebut terus berlanjut.
Suatu malam, Maula dan Ishita duduk di balkoni istana untuk melihat bintang-bintang di langit. Mereka pun berbincang tentang pencapaian yang mereka dapatkan selama ini. “Kalau kamu ikut tunduk kepadaku waktu itu, tidak akan ada kemajuan seperti ini,” ucap Ishita.
Maula pun membalas “Aku senang melihat perubahan sikapmu selama ini. Kalau kamu tidak merubah sikapmu, kemungkinan kamu akan selalu ditekan oleh tirani dikerajaanmu dulu.” Keesokan harinya, mereka pun melakukan kunjungan secara diam-diam ke daerah perdesaan untuk memantau kemajuan yang telah mereka capai. Mereka pun bangga dengan hasil yang mereka dapatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H