Sebuah pelajaran berharga,sudah jatuh tertimpa tangga..mungkinkah ini yang akan menimpa pada Ahok? Semoga ini tidak sampai terjadi.
Pertanyaannya , mungkinkah ,petualangan Ahok ini akan mengantarkan ke tahanan ? Mungkinkah menjadi pesakitan sudah jatuh tertimpa tangga? Semoga ini jangan terjadi,mengingat jasa Ahok telah banyak yang mengikuti dengan ketegasan keterbukaan pengelolaan dana keuangan di Pemda DKI ,kini menjadi semakin transparan,dan terukur,bersih dan bertanggung jawab.
Sulit kita memisahkan unsur pilkada dengan fanatisme agama,karena keduanya sulit dipisahkan. Konsep politik yang ingin memisahkan politik dan agama rasanya hanya akan menerima kemasgulannya ,menjadi kekecewaan tak berujung pangkal.
Dialah yang mengawali dialah yang mengakhirinya, siapa yang tak kenal Ahok,pengalaman sejarah kegagalan pada pilkada Bangka Belitung rupanya telah berulang di DKI.Susah payahnya membangun suara basis Islam terasa betul dipikiran Ahok ,maka kekhawatirannya yang akhirnya berbuntut kecerobohan ini terjadi,dan ini bukan wilayah yang aman,karena domain agama adalah sangat riskan,sensitive . Rupanya kacamata Ahok lupa dikira DKI tidak sereligius Bangka Belitung dulu, melihat ,kondisi warga yang masih ,kokoh terbalut religius sulit dipatahkan mungkin baru percaya bisa diambil hikmahnya.
Menurut tempo,Pada awalnya adalah pidato Ahok di Kepulauan Seribu. Mengutip ayat Al-Quran, ia mengkritik kaum puritan yang menggunakan sentimen agama untuk menjatuhkan lawan politik. Berulang kali Majalah Tempo menyatakan bahwa pidato Ahok itu bukanlah penghinaan terhadap agama. ( Tempo SENIN, 17 APRIL 2017 )
Berprosesnya kasus hukum yang menjerat Ahok adalah bukti,begitu seriusnya kasus ini yang membuat ancaman besar persatuan bangsa,karena kasus ini disinyalir akan menyeret makin melebar keluar wilayah DKI.
Uniknya kasus ini terjadi berbarengan dengan berprosesnya Pilkada DKI ,sungguh unik ketika warga DKI harus menerima kenyataan pahit seorang kandidat yang satusnya terdakwa. Maka bola liar terus menuju sasaran inti. Semua yang menjadi penyebab kondisi ketidak harmonisan akan menerima konsekwensinya. Maka mulai terjadi penangkapan aktivis yang dinilai membahayakan .
Saat musim kampanye pilkada DKI menjadi waswas, udara panas selalu menyertai nuansa politik yang kadang keluar dari bingkai demokrasi. Suasana kaotik pun terjadi. Perang kata, poster, dan spanduk terjadi di media sosial dan jalan raya. Kini kedua kandidat berebut pemilih Islam, kelompok yang mereka yakini menjadi penentu kemenangan pilkada DKI.
Seperti kehabisan akal, Ahok ikut-ikutan menguarkan simbol keislaman.
Seperti pasangan Anies-Sandi, pada kertas suara putaran kedua, Djarot akan berpeci--simbol “kesalehan” yang salah kaprah. Pemilih dibujuk untuk memilih Djarot karena sudah naik haji, sedangkan Anies belum.
Pertarungan gagasan dan adu program menjadi lindap oleh gegap-gempita janji berbalut keagamaan.
Kini babakan ,pilkada telah usai putran I yang mengalahkan AHY kini dilanjutkan putaran ke II yang justru menumbangkan cita cita Ahok menjadi DKI 1 tak tercapai. Begitu sensitivnya kasus sara sampai pada keikutsertaan AHY pada putaran I juga diisukan memanfaatkan sara oleh Ahok,namun ini tak terbukti bahkan dijawab dengan kekalahannya sebagai buktinya.
Kini kasus Ahok dengan kekalahannya sebagai kandidat Gubernur DKI , makin membuat spekulasi yang liar..Sudah jatuh tertimpa tangga…
Karena secara hukum,kasus Ahok telah dibacakan tuntutan jaksa 1 tahun penjara
Mungkin,pelajaran berharga ,sikap hati hati bukan berarti pesimis ,suatu realita membuktikan bahwa polarisasi agama akan terus subur tak akan sirna begitu saja bahkan setelah pilkada DKI usai sekalipun Suatu realita yang sulit,dihindari kenyataan ini akan membuat kita lebih bijak melangkah semakin lebih berhati –hati bertindak ,menjauhkan hal hal menuju ke sara .
Pertanyaannya , mungkinkah ,petualangan Ahok ini akan akan mengantarkan ke tahanan ? Mungkinkah menjadi pesakitan sudah jatuh tertimpa tangga? Semoga ini jangan terjadi,menginat jasa Ahok telah banyak yang mengikuti dengan ketegasan keterbukaan pengelolaan dana keuangan di Pemda DKI ,kini menjadi semakin transparan,dan terukur,bersih dan bertanggung jawab.
(www. super kilat.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H