Mohon tunggu...
Mohamad AB
Mohamad AB Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan

Menulis untuk bertutur kata...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Alasan Korupsi Telah Membudaya di Negeri Ini?

28 Juli 2015   22:13 Diperbarui: 4 April 2017   17:23 1779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Psikolog politik dari Universitas Indonesia Hamdi Muluk, berbagai modus yang dilakukan pejabat untuk menyembunyikan dana korupsi, "Istri menjadi tempat menaruh duit, lalu istri yang akan melakukan pencucian uang,".Yang paling nekat dilakukan yakni biasanya koruptor memanfaatkan bisnis pribadi sebagai kedok menyimpan uang.Bahkan, yang paling gila ada oknum pejabat yang sengaja mengambil istri muda hanya untuk alasan menyimpan duit hasil korupsinya.

Diakui atau tidak fenomena korupsi yang kini ternyata telah masuk ke lingkungan keluarga, bisa dikatakan mulai membudaya. Hal ini ditunjukkan sebagian fakta ini tentu menjadikan bukti bahwa nilai nilai koruptif telah merembes masuk kedalam ranah keluarga. Menurut Johan Budi,dari sejumlah fakta kasus korupsi yang melibatkan perempuan seolah olah menjadi sinyal bahwa peran perempuan dalam keluarga tengah mengalami kemunduran dan demoralisasi.

Kalau di telisik,rasa kekerabatan dan ikatan persaudaraan dikeluarga ternyata menjadi basis munculnya budaya korupsi gaya baru . Inilah realita baru yang harus menjadi PR besar bagi bangsa,bagaimana mencegah berlanjutnya bahaya korupsi ini yang kian semakin nekat,melibatkan sendi sendi bangsa paling dasar berupa tatanan kehidupan keluarga. Bagi pelaku dan keluarganya mungkin akan menganggap kini korupsi bukan hal baru karena telah membudaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun