Mohon tunggu...
Mohamad AB
Mohamad AB Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan

Menulis untuk bertutur kata...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Lantas,Kenapa Mau Menulis Di Kompasiana ?

26 Juli 2015   23:19 Diperbarui: 8 Juli 2017   15:50 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="ilustrasi"][/caption]Kenapa Mau Menulis Di Kompasina ?   Inikah Sulitnya Menjadi Penulis Sejati ?

Oleh: Mohamad. A.Bahagia

Barangkali ini pertanyaan yang sulit dijawab oleh saya,Bagaimana menjadi sosok Penulis sejati itu? Penulis yang seperti apa? Apakah maksudnya menulis karena tanpa terpengaruh faktor lingkungan luar kita? Tanpa pamrih begitu? Jadi begitu tulus ikhlasnya sehingga kegiatan menulis betul betul tidak terkait dengan motivasi diri pribadi.Pokoknya menulis ansich begitu ? Diakui setiap tindakan yang kita perbuat semuanya pasti dimotori oleh berbagai rangsangan otak kita, kalau dengan bahasa motivator adalah tidak ada perbuatan yang percuma.

Berarti menulis entah apa saja pasti bertujuan sesuatu bukan asal gores saja karena kita bukan orang yang bergerak tanpa kendali otak. Lazimnya menulis pasti punya maksud tertentu,ketika masih di ubun ubun idenya berarti yang tahu baru penulisnya,ketika sudah terangakai menjadi sebuah kata kata lalu menjadi kalimat, kemudian menjadi pesan yang dapat dimaknai oleh pembacanya , itu berarti penulis sudah berkomunikasi dengan pembacanya.

Lalu apa betul sebuah tulisan tidak ingin dibaca? Jadi apa artinya menulis kalau tidak ingin dibaca? Lantas apa maksudnya maunya menulis ini? Disinilah kenapa HL menjadi penting bahkan lebih bagus lagi ada HL sekaligus HR …

Teramat sulit bagi saya untuk menjelaskan kalau menulis tapi tanpa maksud tertentu. Paling mudah kita bisa bertanya kenapa seorang anak abg menulis semacam graffiti di dinding tembok orang ,pasti ada maksud yang ingin disampaikan entah berupa pesan perlawan kepada geng lain,atau sekedar kebanggaan pada gengnya sendiri atau sekedar umpatan kepada pihak lain.Kalau seorang demonstran pasti akan menulis umpatan yang bertujuan mengaspirasikan keinginannya atau umpatan ketidak setujuan dari sebuah kebijakan rezim yang sedang berkuasa.

Jadi bagaimanapun menulis bagi saya tetap bertujuan sesuatu karena menulis adalah bertutur kata ,dengan kata lain cara berkomunikasi lewat kata kata.Bicara soal faktor dorongan yang mempengaruhi seorang mau menulis tentu banyak faktor dan sangat beragam macamnya.

Motivasi seorang mau menulis itu bisa karena ,hobby yang sudah ndatuk ,menyatu hingga sulit dicegah.Indikatornya seorang penulis akan bisa lega jika isi idenya di kepala sudah dinikmati orang lain ini tanpa motivasi materipun jenis penulis seperti ini akan senang jika tersalurkan hobbinya.

Menulis karena Tugas kewajiban,sebagai prasarat mulai dari bangku sekolah sampai perguruan tinggi bahkan sampai tingkat doctoral dll.Atau menulis karena tugas jabatan misalnya bagi seorang guru,menulis adalah memperbanyak point disamping menebar ilmunya dsb.

Ada lagi, menulis untuk professional yang dilakukan para Jurnalis, tentu sangat berbeda karena harus taat sekali oleh norma yang mengaturnya,yang tidak akan saya jelaskan disini,namun kepuasannya tidak akan siasia karena akan dihargai dengan karier,jabatan dan materi mengikutinya .

Nah ini mungkin yang mau dibidik,jika ingin mencari sisi perbedaan yang menonjol di permukaan, bedanya jika penulis sejati akan menulis dengan kesadaran sendiri,tanpa iming iming materipun bersedia mau menulis bahkan segala kebutuhan akomodasi ditanggung sendiri sudah biasa,bahkan terkadang tidak berfikir resiko yang akan dihadapi. Tapi penulis professional baru akan melakukan jika memang itu sesuai tuntutan pekerjaan, SOP,Juklak ,lebih termotivasi karena tugas , dan kewajibannya yang melekat .

Tapi tidak berarti pekerjaan ini bukan tanpa panggilan hati nurani,semua orang pasti mengatakan pekerjaan jurnalistik adalah memerlukan panggilan hati nurani,lebih mendahulukan kepentingan liputan daripada yang lain terkadang melupakan bekal akomodsi dan plafond anggaran setiap rencana liputan demi memenangkan keingin redaktur.

Menjadi Jurnalis membutuhkan sikap idealis kalau tidak apa jadinya mungkin tidak ada berita di koran karena insting wartawan adalah momen,momen targetnya headline yang dibatasi deadline .

Kalau kita kembalikan kepada kepentingannya memang menulis itu tergantung latar belakang penulisnya.Masalah ini kita tidak perlu dibahas.Yang penting kita sama dalam berkegiatan kepenulisan yang sehat dan bisa bertutur kata dengan nikmat dan santun menyejukan hati.Udara panas di luar sana tidak perlu dibawa kemari,kita saling berinteraksi justru untuk menajamkan otak dan fikiran sehat kita saling berbagi ilmu dan gratis. Maka bagi saya yang termudah bisa dilakukan kita adalah saling asah asih dan asuh dengan dialektika yang bersahabat saling membangun bersama.

Menjadi penulis sejati mungkin itulah yang kita ingin capai bersama,karena kita bingung apa lagi selain itu yang utama,yakni menjadi individu pribadi yang bisa menulis dan bisa bertanggung jawab beretika saling membangun.Sehingga materi apapun tidak menjadi ukuran perlu atau tidaknya untuk menulis sesuatu seperti yang terjadi di Kompasiana ini…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun