Mohon tunggu...
Magriza Apriansyah
Magriza Apriansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penggerak

Bergerak sebagai pemerhati beberapa kebijakan dan fenomena dilihat dari sisi filsafat, hukum, sosial dan antropologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kebijakan Televisi Analog Menuju Televisi Digital Membantukah?

15 Juli 2022   21:03 Diperbarui: 15 Juli 2022   21:07 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Televisi hari ini di Indonesia menjadi media mainstream yang sangat dinikmati oleh masyarakat Indonesia karena harganya terjangkau, mudah dan cepat. Televisi pula menjadi media dalam rangka menyiarkan segala hal dalam rangka kebijakan pemerintah Indonesia seperti layanan masyarakat Propaganda berhenti merokok, Keluarga Berencana (KB) dan lain lain. 

Dalam dewasa ini juga menjadi sarana hiburan setiap masyarakat, termasuk saya sebagai penulis hari ini karena masa kecil di isi oleh acara-acara di televisi pula.

Namun saya sebagai penulis sudah berhenti menonton televisi dengan berbagai alasan yang mungkin pembaca juga mengalami hal tersebut. 

Hari ini pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memberi kebijakan tentang peralihan televisi analog menuju televisi digital, masyarakat di minta beralih menuju televisi digital bilamana belum diganti maka beberapa chanel atau stasiun televisi akan hilang karena tidak dapat menerima transmisi televisi digital.

 Pertanyaan hari ini apakah kebijakan tersebut yaitu beralihnya televisi analog menuju televisi digital menjawab permasalahan yang ada di televisi, sebab di dalam pertelevisian di Indonesia menemui masalah yang sangat majemuk karena ada beberapa alasan yang sangat menguatkan kebijakan tersebut tidak menjawab tantangan.

Kebijakan beralihnya televisi analog menuju televisi digital tidak dapat menjawab tantangan karena adanya kesenjangan. Sebab transmisi televisi analog belum tersebar merata di Indonesia, namun transmisi sinyal telekomunikasi seperti handphone juga belum tersebar pula yang mungkin masih menjadi tugas dari pemerintah. 

Seperti di pulau jawa tersendiri sudah banyak tersebar transmisi analog, namun di beberapa pulau terluar belum mendapatkan transmisi analog bahkan ada pula yang tidak mengenal televisi karena belum masuk pada daerah tersebut namun hari ini seluruh masyarakat dituntut untuk mengganti transmisi televisi analog menuju televisi digital yang masih banyak kesenjangan. 

Pemerintah melalui Kominfo harusnya lebih fokus dalam membangun media telekomunikasi di area-area terdepan, terbelakang dan terisolir seperti jaringan handphone karena itu menjadi hal yang paling penting sebelum televisi analog dirubah menjadi televisi digital.

Beralihnya transmisi tidak menjawab permasalahan di televisi tentang tontonan yang menjadi tuntunan dimana hari ini banyak sekali acara-acara televisi yang mungkin tidak layak menjadi tontonan dan tuntunan. Sebab pemerintah kurang dalam berkordinasi dengan beberapa lembaga terkait seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dll. 

Dalam rangka filterisasi acara-acara yang ada di televisi yang berupa tontonan namun tidak bisa menjadi tuntunan. Peralihan transmisi televisi analog menuju televisi digital tidak menjawab permasalahan tentang esensi tontonan yang menjadi tuntunan, beralihnya hal tersebut hanya terkait tentang teknologi namun tidak menjawab tentang pendidikan melalui media mainstream seperti televisi. 

Hari ini pertelevisian Indonesia sangat banyak dijajah oleh acara bahkan sinema oleh negara-negara lain seperti banyak sinetron turki, India dan korea belum bisa menampilkan sinema yang berasal dari Indonesia yang mendidik.

Beralihnya citra diri masyarakat Indonesia, sinema yang ditampilkan berbasis rating atau kesukaan hal tersebut sebagai indikator kebijakan ini mau di bawa kemana sebab banyak acara yang mendidik seperti Jejak petualang yang menceritakan banyak kebudayaan, acara si Bolang untuk kategori anak-anak, dan masih banyak lagi acara yang mungkin banyak memberi pengaruh baik bagi masyarakat yang menontonnya. 

Namun sebenarnya apakah dalam pertelevisian Indonesia rating itu berdasar masyarakat yang memiliki arti bahwa masyarakat mengalami pergeseran kebudayaan, manipulasi rating oleh pertelevisian swasta sebagai pasar bebas dalam mengambil keuntungan iklan komersil, atau memang acara-acara tersebut dengan segala faktornya sudah mengalami penurunan kreativitasnya.

Kebijakan peralihan tersebut dirasa telat, sebab ada banyak batasan di dalam televisi hari ini. Media mainstream seperti televisi beralih ke media mainstream yang ada di sosial media seperti youtube. Hal tersebut sedikit ketinggalan satu langka karena hampir kebanyakan masyarakat Indonesia yang sudah beralih pada sosial media yaitu youtube yang mungkin ada banyak pilihan. 

Sebab youtube banyak menampilkan faktor-faktor yang sangat mendidik di dalam beberapa chanel, kebebasan dalam mengekspresikan seluruh karya, seperti chanel DC (Documentary Watch) yang menampilkan sisi-sisi yang ada di dunia yang tidak masuk dalam pertelvisian di Indonesia.

Kebijakan timpang peralihan ke transmisi televisi digital namun televisi kabel premium (bayar) yang mungkin lebih banyak chanel atau stasiun televisi yang lebih bermacam-macam pula dan lebih menarik pula. 

Namun orang-orang yang memiliki ekonomi di atas akan beralih kepada televisi kabel premium (bayar) karena chanel dan acaranya lebih menarik ketimbang televisi digital biasa, karena televisi digital pula yang biasa menampilkan hal yang sama dengan keadaan yang dulu ketika perubahan hanya ada di bidang teknologi saja dan hasil proyeksi gambar namun tetap tidak merubah chanel dan acara.

Namun ada banyak keuntungan pula yang mungkin di dapatkan dalam peralihan televisi analog menuju televisi digital penulis pula tidak mungkin menghilangkan kebaikan-kebaikan yang mungkin di capai, namun keresahan-keresahan yang ada dalam tulisan merupakan wujud kecintaan pada Indonesia yang mungkin sedikit ikut membangun adanya perubahan di dalam pertelevisian di Indonesia. 

Penulis pula tidak habis-habisnya mengatakan bisa saja tulisan ini salah namun ada beberapa orang yang mungkin ikut menyetujui tulisan ini sebagai keresahan yang sama, semoga kita dapat menjadi masyarakat Indonesia yang masih menyaksikan televisi kita menjadi suatu hal yang sangat bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun