Mohon tunggu...
Albert Magnus Dana Suherman
Albert Magnus Dana Suherman Mohon Tunggu... Konsultan - Albert M. D. Suherman

Belajar sambil bermain, bermain sambil belajar. Mempelajari sebuah permainan tanpa mempermainkan sebuah pelajaran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gerakan Islam dalam Merespon Tantangan Global

18 April 2018   12:39 Diperbarui: 18 April 2018   12:47 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Munculnya gerakan sosial sebagai respon terhadap tindak-tanduk penguasa belakangan ini diwarnai oleh aksi gerakan keagamaan. Sebut saja Aksi Bela Islam yang mewarnai sengitnya hajat demokrasi pada Pilgub DKI Jakarta tahun 2016. Kelompok aksi ini terbukti mampu mengoyak habis salah satu pesaing hingga ke meja hijau dan jeblos ke penjara.

Hingga resensi ini dibuat, kelompok aksi yang menamai diri Alumni 212 ini masih tetap eksis mengawal kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat, khususnya umat Islam. Sudah sejak lama, gerakan Islam, baik di Indonesia maupun secara global turut berperan di kancah politik. Untuk memahami lebih jauh mengenai kontribusi gerakan Islam, khususnya di Indonesia, buku 'Membela Agama Tuhan' ini memberi tinjauan yang komprehensif.

Buku ini mengangkat kisah gerakan Islam dengan berbagai varian dan ciri khasnya yang muncul ke permukaan, runut sejak masa pra-kemerdekan hingga pasca runtuhnya rezim Orde Baru. Selain berkontribusi aktif dalam dakwah dan pembenahan akidah umat Islam, gerakan ini juga berperan dalam memukul mundur kolonialisme, menyusun pondasi dan arah dasar negara, hingga upaya mewujudkan cita-cita negara Islam sebagai respon atas ketidakmampuan pemerintah dalam membenahi permasalahan sosial di masyarakat.

Permasalahan sosial seperti kemiskinan, diskriminasi, konflik, dan militerisasi diulas habis dengan sudut pandang para pembela agama Tuhan yang tak lain adalah masyarakat akar rumput, para pemuka agama, aktifis muda, akademisi, hingga para professional. Dalam pusaran konflik seperti di Ambon dan Poso, ditampilkan pula gesekan-gesekan dan perseteruan gerakan Islam dengan kelompok lawan (hal. 171-187).

Relasi dan pengalaman penulis sebagai Tim Pembela Muslim untuk advokasi beberapa kasus hukum yang menimpa kelompok Laskar Jihad memiliki porsi tersendiri dalam buku ini. Bahwa kelompok ini tidak semata-mata perjuangan fanatis melalui angkat senjata, tetapi juga melalui pelayanan sosial bagi masyarakat sebagai bentuk perjuangan jihad sekaligus pertanda tumbuhnya era masyarakat sipil (hal. 214).

Penulis kerap menyelipkan kutipan teks-teks suci dan penggalan orasi para aktor gerakan yang pada masanya pernah membakar gelora perjuangan para pembela agama Tuhan. Informasi dari dinamisnya realita di lapangan yang diceritakan penulis memancing human interest pada tiap-tiap paragraf yang hampir mustahil khalayak dapatkan dari media arus utama. Sebagai sumber referensi, penulis menggunakan rujukan yang amat beragam, mulai dari buku dan jurnal ilmiah, karya sastra, film, media nasional, hingga media komunitas seperti Majalah Sabili, Majalah Salafy, dan lainnya yang semakin memperkaya sudut pandang.

Pada penghujung bab dalam buku ini, gerakan Islam dikonfrontasikan dengan kaum fundamentalisme pasar yang menggantungkan nasibnya pada ekonomi kapitalis yang dikuasai Barat. Bagi penulis, gerakan Islam hadir sekaligus sebagai respon perlawanan atas tindakan-tindakan represif dan diskriminatif dari kapitalisme global yang kian hari kian mencekik rakyat. Pada bagian ini kental sekali gaya penulisan 'kiri' yang menjadi aroma khas dalam buku-buku penulis.

Mengiringi kisah perjuangan nilai-nilai gerakan Islam yang tiada habisnya di medan laga yang mewarnai kancah politik, buku ini memberi sudut pandang yang unik yaitu dengan nada keberpihakan, kontekstual, sekaligus objektif dari perjuangan para pembela agama Tuhan, ketimbang menghakiminya sebagai bentuk gerakan radikal yang konotasinya kerap dianggap negatif. Buku ini masih sangat relevan dibaca, baik untuk akademisi maupun para aktor gerakan, untuk pengembangan khazanah keilmuan sekaligus salah satu contoh alternatif gerakan sosial dalam merespon tantangan sistem global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun